Mohon tunggu...
Shifa Rauda
Shifa Rauda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

"SIDO, Good Company-Bad Stock?"

20 Desember 2017   19:40 Diperbarui: 20 Desember 2017   20:14 1989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konsumsi dalam negeri menjadi salah satu faktor terpenting dalam upaya mempertahankan perekonomian pasar untuk terus meningkat.  Hal ini didorong oleh perluasan kelas menengah yang mempunyai kesanggupan membayar demi mutu dan nilai sehingga mempercepat terbukanya peluang pada sektor consumer goods.  Indsutri consumer goods di Indonesia semakin tumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terlihat dari nilai pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 16,6%. 

Selain itu, misalnya pada  periode 4 Desember 2017--8 Desember 2017, indeks sektor consumer goods mencapai 2.663,71 atau menjadi titik tertinggi dari sepekan, tumbuh 4,04% sepanjang pekan tersebut. Selain itu seiring dengan banyaknya jumlah penduduk Indonesia, maka kebutuhan akan barang konsumi pun semakin meningkat, sehingga dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang, pasar barang konsumsi masih dinilai prospektif.

Sektor industry pengolahan hingga saat ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Pada triwulan I tahun 2017 sub sektor industry dengan pertumbuhan tinggi adalah sub sektor kimia,farmasi, dan obat tradisional sebesar 8,34%, industry makanan dan minuman sebesar 8,15%. 

Selain itu sub sektor farmasi juga memiliki prospek yang baik dan sangat menarik untuk dikoleksi dikarenakan emiten dalam sub sektor ini memiliki omset penjualan yang besar akibat tingginya harga jual produk farmasi di dalam negeri. Hal lainnya yang menarik ialah pemerintah telah menjanjikan adanya insetif kepada industry farmasi nasioanl, dimana pemerintah akan memberikan fasilitas bea masuk, tax holiday, dan tax allowance serta industry bahan baku farmasi akan dibuka tanpa batas bagi investor asing sehingga bisnis emiten farmasi akan semakin bergairah.

Analisis Mikro Perusahaan

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk telah berhasil memiliki market share tertinggi dan reputasi yang baik sebagai industry jamu terbesar di Indonesia. Bidang usaha Sido Muncul pada mulanya hanya berkonsentrasi di bidang jamu (herbal), namun kini Sido Muncul telah merambah bidang ‘food’ dengan produk-produk lebih dari 250 jenis produk yang telah telah diproduksi dan telah berhasil di eskpor ke beberapa negara Asia Tenggara, Australia, Korea, Nigeria, Algria, Hongkong, USA, Arab Saudi, Mongolio, dan Rusia.

Seperti dilansir dalam investasi.kontan.co.id menurut Nafan, Analis Binaartha Paraman Sekuritas, emiten SIDO memiliki propek yang terbilang bagus ke depannya terlebih SIDO emiten yang sedang melakukan peningkatan produksi dan ekspansi ke luar negeri, serta menganggarkan CAPEX sebesar Rp 200 milyar. SIDO juga sedang melaksanakan proyek perluasan pabrik sehingga diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksinya dalam meningkatkan volume penjualan. Prospek kinerja perusahaan dapat dilihat dari laba komprehensif yang diperolehnya dimana dalam hal ini SIDO memiliki income statement yang terus meningkat setiap tahun tahunnya seperti yang terlihat pada grafik dibawah dibawah ini

IC
IC
Sumber: RTI BusinessSelain itu, kinerja perusahaan juga dapat dilihat dari rasio-rasio keuangan yang dimilikinya. Berikut ini merupakan rasio keuangan yang dimiliki emiten dalam sub sektor farmasi.

Melihat tabel diatas, SIDO memiliki angka ROE dan ROA yang termasuk tinggi bila dibandingkan dengan para pesaingannya dalam sub sektor farmasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam menghasilkan keuntungan baik dari modal sendiri maupun dari operasi perusahaan dibandingkan dengan emiten lainnya dalam sub sektor yang sama. Selain itu SIDO juga terbilang baik dari pesaingnya dalam kemampuan memenuhi kewajibannya.  Berikut merupakan rasio keuangan yang dimiliki SIDO dalam beberapa tahun terakhir.

Rasio Keuangan
Rasio Keuangan
Rasio Solvabilitas

Salah satu komponen dari rasio solvabilitas ialah debt to equity ratio yang merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Dengan demikian, semakin besar rasio, maka perusahaan semakin banyak dibantu dengan pembiayaan utang. DER yang dimiliki oleh SIDO dari tahun ke tahun jumlahnya tetap sama artinya perusahaan memiliki hutang yang stabil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun