Mohon tunggu...
Shaffa Zammara
Shaffa Zammara Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Airlangga

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pengaruh Toxic Parenting dalam Tumbuh Kembang Kesehatan Mental pada Anak

9 Mei 2023   16:53 Diperbarui: 9 Mei 2023   17:00 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Setiap keluarga akan tentunya memiliki pola pengasuhan berbeda ketika mendidik anaknya. Setiap

pengasuhan yang dilakukan orang tua akan memberikan pengaruh terhadap perilaku dan karaker

anak. Sehingga pola pengasuhan orang tua terhadap anak itu sangat penting untuk dilakukan dalam

pembentukan karakter anak, apalagi jika dilakukan mulai dari usia dini. Agar karakter dan perilaku anak

akan menjadi lebih baik dalam menentukan kehidupan masa depannya.

Namun, masih banyak terjadi di sekitar kita hal hal buruk yang menimpa sebuah keluarga terutama

terjadi pada anak. Orang tua yang seharusnya menjaga dan merawat, dan memberi kasih sayang penuh

terhadap anaknya. Hal ini yang dewasa ini kenal dengan parenting. Parenting hadir sebagai bentuk

pola asuh dari orang tua kepada anak. Perilaku pola asuh orang tua dapat dikenali lewat perbuatan

dan ucapan terhadap anaknya, misalnya serba melindungi, mengatur, mengkritik, berubah,

mengabaikan, menentang, memerintah, memarahi, mengharuskan anaknya untuk menurut, tidak

membiarkan anak memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga akan menjadikan anak selalu tergantung

terhadap orang tuanya atau tidak mandiri. Pola pengasuhan tersebut jika dilakukan secara terus

menerus bahkan berlebihan akan meracuni mental dan perilaku anak dan merupakan pola asuh yang

tidak sehat.

Setiap keluarga memiliki pola asuh yang berbeda-beda. Pola asuh merupakan interaksi seorang anak

dengan orang tuanya yang meliputi kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis serta sosialisasi yang

berlaku di masyarakat agar seorang anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Pola asuh juga

meliputi pola interaksi terhadap orang tua dan anaknya dalam rangka pendidikan karakter, jadi pola

asuh yang diperankan orang tua dalam mengembangkan karakter anak sangatlah penting (Ayun,

2017). Pola asuh merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena mengikuti di

setiap usia sejak kita kecil. Pola asuh yang baik akan menimbulkan hubungan yang baik pula antara

orang tua dan anak. Namun, berbeda dengan orang tua yang memiliki perilaku toxic parenting karena

akan membuat anak membenci orang tuanya, walaupun apa yang diminta oleh orang tuanya adalah

demi kebaikan anak itu sendiri. Seringkali banyak sekali dijumpai orang tua yang memiliki kepentingan

sendiri dalam mendidik anak-anaknya. Padahal pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan

utama yang harus diberikan orang tua kepada anaknya sebelum anak tersebut mendapatkan

pendidikan diluar lingkungannya.

Toxic dalam bahasa indonesia berarti racun, sedangkan parenting adalah pengasuhan. Jadi Toxic

parenting adalah pengasuhan beracun, maksudnya yaitu pola pengasuhan yang dilakukan oleh

keluarga terutama orang tua yang salah atau keliru, dimana para orang tua tanpa sadar melakukan

pola asuh tersebut sehingga dapat melukai psikologis anak. Menurut sebuah penelitian oleh Rianti dan

Dahlan (2022) toxic parenting biasanya akan terjadi berulang seperti mata rantai. Toxic parenting yang

dilakukan oleh orang-orang bisa jadi merupakan korban dari toxic parenting dari orang tua mereka

sebelumnya. Pengalaman toxic parenting pun lama kelamaan akan menumpuk, sehingga mereka

tanpa sadar akan melakukan hal yang sama di kemudian hari terhadap anaknya.

Sikap orang tua yang egois, selalu menekan, mengkritik, menyuruh anak, membatasi anak itu

merupakan alasan yang sering dilakukan para Toxic parents. Misalnya, orang tua yang Toxic parents

sering sekali memaksakan kehendak menyuruh anaknya belajar dengan giat agar masuk sekolah yang

telah ia pilihkan dengan alasan agar masa depan anak tersebut menjadi lebih baik. Padahal anak-anak

juga mempunyai pilihan sendiri terhadap dirinya, ia juga ingin bersosialisasi dengan lingkungannya.

Selain itu, demi membahagiakan orang tuanya, anak harus melakukan apa yang disuruh orang tuanya

tanpa memikirkan keadaan anaknya bahagia atau tidak. Banyak sekali pengaruh yang akan terjadi dari

perilaku Toxic parents diantaranya adalah gangguan mental. Seorang anak akan merasa trauma sebab

harus selalu melakukan sesuatu sesuai keinginginan dari orang tuanya. Perilaku Toxic parents juga akan

merusak komunikasi antara orang tua dan anaknya karena kebanyakan anak-anak yang sudah

mengalami hal tersebut pasti akan diam saja dan menuruti segala perintah yang harus dilakukan

olehnya. Maka dari itu orang tua perlu memahami pola asuh yang baik agar terhindar dari perilaku toxi

parents yang dapat membahayakan masa depan anak.

Keluarga sebagai lini terdepan dalam memantau perkembangan anak yang dapat membentuk

kepribadian anak agar anak dapat memiliki moral, akhlak dan etika yang baik. Karena keluarga

merupakan pondasi awal bagi anak sehingga segala pembentukan watak, moral, tingkah laku dan

pendidikan anak dimulai dari keluarga. Bagaimana cara orang tua mengasuh, memelihara kehidupan,

kesehatan dan membesarkan anak dengan ketulusan dan penuh cinta kasih adalah pola pengasuhan

positif yang akan membawa dampak baik bagi kehidupannya kelak. Peran keluarga dalam mengasuh

anak akan menentukan pola sikap pribadi anak dalam menentukan kehidupannya, dimana proses

pendidikan yang di peroleh anak, tidak hanya dalam sekolah melainkan pada semua faktor yang bisa

dijadikan sumber pendidikan bagi anak.

Dengan itu, pola asuh orang tua sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian, pendidikan dan

semua aspek perkembangan anak. Hubungan antara orang tua dan anak menjadi sangat berpengaruh

bagi perkembangan anak dan peningkatan pengetahuan serta informasi, penguasaan kompetensi,

keterampilan, dukungan emosi dan banyak pengaruh lainnya sejak anak masih usia dini. Sebuah

hubungan yang memiliki kualitas baik akan memberikan pengaruh yang positif bagi anak contohnya

perilaku prososial, kesejahteraan, penyesuaian dan transmisi nilai. Namun sebaliknya hubungan orang

tua dan anak dengan kualitas buruk akan memberikan dampak negatif terhadap perilaku dan

perkembangan anak.

Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 di Indonesia, prevalensi penduduk yang

mengalami gangguan mental emosional berumur 15 tahun ke atas secara nasional adalah 6,0% (37.728

orang dari 703.946). Dalam jurnal Department Of Health South East dijabarkan mengenai Kesehatan

Jiwa pada Anak & Young People (BMA, dalam Puspita 2019), gangguan perilaku: 6 % dari 5-16 tahun

memiliki gangguan perilaku yang lebih sering terjadi pada anak laki-laki.

Menurut (Oktariani 2021) keluarga toxic memberikan efek jangka panjang bagi anak, terutama pada

sisi psikologis yang dapat mengakibatkan trauma. Terlebih lagi, trauma ini justru berpotensi kepada

penerapan pola hidup toxic tersebut kepada keluarga yang akan anak ini bangun di masa mendatang.

Berdasarkan penelitian oktariani (2021) kesehatan mental anak yang dibesarkan dengan orang tua

yang toxic akan mengalami gangguan ketika anak beranjak tumbuh dewasa, perilaku yang akan muncul

pada anak yang memiliki toxic parent, adalah Memiliki kecemasan tinggi, perasaan ketakutan dan tidak

aman yang sangat besar terhadap lingkungan. Merasa kesepian dan tidak ada yang memahami dan

mengerti dirinya, Sering bersikap tidak konsisten, kesulitan membangun prinsip dan nilai hidup.

Dorongan agresif keluar, ingin menentang aturan sosial, melawan figur dominan. Mengembangkan

pertahanan diri yang sangat kuat sehingga menutupi diri mereka yang sesungguhnya/tidak mengenal

diri sendiri. Kesulitan mengekspresikan emosi, respon emosi terkadang tidak sesuai dengan stimulus

yang diberikan. Tidak memiliki tujuan pribadi yang jelas. Tujuan mereka seringkali untuk

membahagiakan orangtua mereka. Merasa tidak bisa membangun kedekatan emosioal dengan orang

lain. Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial. Kesulitan berempati dan memberikan kasih

sayang yang tepat kepada orang lain. Terlalu patuh atau sebaliknya, menjadi sangat memberontak

kepada orang lain. Memiliki ketergantungan yang kuat pada orang selain dirinya. Selalu menyalahkan

orangtua ketika bertemu dengan masalah-masalah dalam hidup. Dalam level yang lebih berat akan

munculnya gangguan kecemasan, gangguan fisik, dan depresi.

Referensi

Ayun, Q. (2017). Pola Asuh Orang Tua dan Metode Pengasuhan dalam Membentuk Kepribadian Anak.

IAIN Salatiga, 5(1), 103-121.

Kepmenkes, R. I. (2013). Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Oktariani. 2021. Dampak Toxic Parents dalam Kesehatan Mental Anak. Jurnal Penelitian Pendidikan,

Psikologi Dan Kesehatan, Vol. 2 (No. 3), 215-222.

Puspita, S. M. (2019). Kemampuan Mengelola Emosi Sebagai Dasar Kesehatan Mental Anak Usia Dini.

SELING: Jurnal Program Studi PGRA, 5(1), 85-92.

Riant, Dahlan A. 2022. Karakteristik Toxic Parenting Anak dalam Keluarga. DIAJAR (Jurnal Pendidikan

dan Pembelajaran), Vol. 1 No. 2, 190 – 196

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun