Jadi alih-alih cemas, kita akan meluangkan lebih banyak waktu untuk mempersiapkannya.
Atau ketika gugup menjelang waktu presentasi, daripada berusaha mengenyahkannya, alihkan perhatian dengan mendengarkan musik atau melakukan latihan pernapasan sederhana.
Apa pun strategi yang dipilih, memiliki pola pikir "stres baik untuk saya" akan mendorong kita untuk mengoptimalkan stres, dan bukan melakukan segala upaya untuk menghilangkannya.
Penelitian menunjukkan ketika menganggap stres sebagai sesuatu yang memiliki manfaat (versus mengancam), kita akan lebih memperhatikan sisi positif dan memiliki fleksibilitas kognitif yang lebih baik.
Pada akhirnya, stres bisa merugikan atau membantu. Cara menanggapi stres akan membuat perbedaan dan memiliki implikasi besar pada kesehatan dan kesejahteraan kita.
Kita bisa belajar mengoptimalkan stres yang tak terhindarkan dengan melengkapi diri dengan pola pikir dan strategi yang benar.
Atau dalam kata lain, kita bisa mencapai tujuan hidup bukan karena tanpa stres, melainkan karena mampu bermitra dengan stres.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H