Pembiayaan yang akan dibahas di sini dibagi dua. Pertama, fase pembangunan (konstruksi). Biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan stadion ini --beserta berbagai fasilitas yang melengkapinya---sangat besar, diperkirakan lebih dari Rp. 1 triliun. Oleh karena itu, agak sulit mengharapkan ada investor swasta yang berminat untuk menggarap proyek ini. Kedua, fase operasional dan perawatan (operation and maintenance/ O&M).Â
Skema pembiayaan yang dapat dipertimbangkan adalah Kerja sama Pemerintah dan Swasta (KPS) dengan skema Build, Operate, Transfer (BOT). Namun, jika Internal Rate of Return (IRR) rendah sepertinya tidak akan ada investor yang mau. Sehingga opsi lain dari KPS adalah dengan memberi penugasan kepada BUMD (PT. Jakpro). Untuk memodali PT. Jakpro membangun stadion tersebut bisa dilakukan penyertaan modal kepada BUMD melalui APBD DKI Jakarta.
Dengan memberi penugasan kepada PT. Jakpro, maka pada fase operation dan maintenance juga bisa lebih fleksibel ketimbang dikelola oleh Perangkat Daerah, dalam hal ini Dinas Pemuda dan Olahraga. BUMD yang memiliki tata kelola selayaknya perusahaan swasta seharusnya bisa lebih kreatif dalam mengoptimalkan potensi pendapatan. Â
Secara umum, potensi pendapatan dalam pengelolaan stadion bisa dibedakan menjadi dua yaitu konvensional dan non konvensional. Pendapatan konvensional adalah yang didapat dari pemanfaatan fungsi utama stadion yaitu menggelar pertandingan sepak bola. Sedangkan pendapatan non konvensional adalah ekstensifikasi fungsi dan fasilitas stadion.
Pendapatan Konvensional
Fungsi utama stadion adalah menggelar pertandingan sepak bola. Mengacu pada asumsi di atas bahwa pengelolaan stadion diberikan kepada PT. Jakpro yang notabene adalah pemilik saham Persija Jakarta, maka Stadion BMW akan digunakan sebagai homebase klub tersebut. Selain terbebas dari biaya sewa, Jakpro bisa mendapat keuntungan cukup besar dari pendapatan tiket.Â
Animo suporter Jakarta (baca: The Jakmania) selama ini terbukti sangat tinggi. Setiap pertandingan Persija, baik di Stadion Gelora Bung Karno maupun Stadion Lebak Bulus selalu dipadati penonton. Hanya saja, buruknya manajemen membuat pemasukan dari tiket tidak signifikan.
Dua faktor yang membuat pendapatan dari tiket penonton tidak maksimal adalah "jebolnya" pintu stadion serta tindakan koruptif panitia pelaksana. Pengelola stadion BMW nantinya harus menaruh perhatian ekstra pada dua hal tersebut agar tidak terjadi lagi.Â
Kelemahan lain adalah terletak pada desain stadion di mana tempat duduknya terbuat dari kayu memanjang. Stadion BMW sebaiknya menggunakan kursi satuan yang diberi nomor.
Untuk mengetahui potensi pendapatan dari tiket, dilakukan simulasi dengan asumsi-asumsi tertentu sebagai berikut :