Kedatangan sejumlah besar pengungsi dapat menciptakan tekanan keamanan bagi negara-negara penerima. Perluasan wilayah dan ketidakstabilan internal negara asal pengungsi dapat memperumit upaya pemantauan dan penanganan potensi ancaman teroris atau kelompok bersenjata. Krisis pengungsi dapat menyebabkan gangguan diplomatik antara negara-negara penerima dan negara-negara asal pengungsi. Perbedaan pandangan dalam menangani krisis dapat memperburuk hubungan bilateral dan menghambat upaya kolaborasi dalam mencari solusi. Beberapa negara penerima dapat memanfaatkan krisis pengungsi untuk keuntungan politik.Â
Mereka dapat menggunakan isu pengungsi sebagai alat propaganda atau pemutarbalikan opini publik untuk memperkuat posisi politik mereka di tingkat nasional maupun internasional. Ketika negara-negara menerima sejumlah besar pengungsi, ini dapat menyebabkan ketegangan diplomatik dengan negara asal para pengungsi. Negara-negara asal bisa merasa tidak senang dengan langkah-langkah yang diambil oleh negara penerima dan merasa bahwa ini merupakan bentuk campur tangan dalam urusan dalam negeri mereka.Â
Penerimaan pengungsi dalam jumlah besar oleh satu negara dapat mempengaruhi dinamika keamanan dan politik di wilayah tersebut. Negara-negara tetangga mungkin merasa khawatir akan dampak pengungsi terhadap stabilitas regional dan bahkan meningkatkan ketegangan antara negara-negara tetangga. Penerimaan besar-besaran pengungsi dapat menyebabkan peningkatan sentimen anti-imigran di negara penerima. Ketakutan akan ekonomi terganggu dan identitas budaya yang berubah dapat memicu respons negatif dari sebagian masyarakat, yang mungkin merasa terancam oleh kehadiran pengungsi.
Analisis dari Perspektif Realisme
Perspektif realisme dalam hubungannya dengan krisis pengungsi Timur Tengah menyoroti peran kekuatan negara dalam menghadapi situasi ini. Teori realisme menekankan pada kepentingan nasional dan keamanan, serta kuasa dan persaingan antara negara-negara. Dalam konteks krisis pengungsi ini. Berdasarkan perspektif realisme, negara-negara penerima mungkin enggan melakukan intervensi militer di negara asal pengungsi. Alasan di balik hal ini adalah untuk menghindari konflik langsung dengan negara-negara di wilayah tersebut, yang dapat mempengaruhi kepentingan nasional dan keamanan mereka.
Negara-negara penerima cenderung memprioritaskan kepentingan nasional mereka dalam menangani krisis pengungsi ini. Mereka mungkin membatasi jumlah pengungsi yang diterima agar tidak memberikan tekanan ekstra pada infrastruktur dan sumber daya mereka. Selain itu, mereka juga dapat mengamankan perbatasannya untuk mencegah pengungsi masuk secara tidak sah. Realisme menekankan pentingnya aliansi dan diplomasi antara negara-negara. Negara-negara penerima mungkin mencari dukungan dari negara-negara lain atau lembaga internasional untuk mengatasi krisis pengungsi.
Krisis pengungsi Timur Tengah juga dapat memicu kompetisi kekuatan regional di wilayah tersebut. Negara-negara dengan kepentingan yang berbeda-beda dapat berusaha memanfaatkan situasi ini untuk memperkuat posisi mereka dan mempengaruhi perkembangan politik di negara-negara penerima. Perangkat realisme menyarankan bahwa negara-negara akan berusaha untuk mempertahankan dan memperluas pengaruh mereka dalam persaingan geopolitik. Perspektif realisme menggarisbawahi bahwa ketidakstabilan di satu wilayah dapat menyebar dan mempengaruhi stabilitas di wilayah lain.Â
Krisis pengungsi Timur Tengah, yang telah menyebabkan pergerakan besar penduduk dan terganggunya keamanan, bisa menjadi pemicu ketidakstabilan regional yang lebih luas. Hal ini dapat menciptakan lingkaran setan, di mana ketidakstabilan di satu negara dapat menimbulkan dampak pada negara-negara tetangga dan sekitarnya. Dalam konteks krisis pengungsi ini, kekuatan global juga berperan dalam mengatasi krisis dan membantu negara-negara penerima. Negara-negara dengan kekuatan besar memiliki tanggung jawab moral dan politik untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan dukungan kepada negara-negara yang menerima jumlah pengungsi yang besar.
Upaya Penyelesaian dari Perspektif Realisme
Dari perspektif realisme, upaya penyelesaian krisis pengungsi Timur Tengah akan cenderung mengutamakan kepentingan nasional dan keamanan negara-negara penerima. Beberapa langkah yang dapat diambil dalam menghadapi krisis ini adalah:
A. Diplomasi dan Negosiasi: Negara-negara penerima harus terlibat dalam diplomasi aktif dengan negara asal pengungsi untuk mencari solusi politik atas konflik yang menyebabkan krisis ini. Negosiasi politik yang berhasil dapat mengurangi aliran pengungsi dan membuka jalan bagi kembali pulang mereka ke negara asal.
B. Membangun Aliansi Regional dan Internasional: Negara-negara penerima perlu membangun aliansi regional dan internasional untuk mendukung upaya menangani krisis pengungsi. Kolaborasi dengan negara-negara lain dan lembaga-lembaga internasional dapat membantu dalam pemenuhan kebutuhan humaniter dan berbagi beban tanggung jawab.
C. Penguatan Kapasitas dan Infrastruktur: Negara-negara penerima harus meningkatkan kapasitas dan infrastruktur mereka untuk mengatasi beban pengungsi. Ini termasuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan, pendidikan, dan tempat tinggal bagi pengungsi.