BUDAYA HUSTLE CULTURE PADA GENERASI MILLENIAL SAAT INI
Dengan teknologi apapun bisa dijadikan komoditas untuk dijual, memicu semua orang berkompetisi untuk mengembangkan gagasan, berbeda dengan generasi sebelumnya yang bekerja hanya untuk mencari uang semata. Banyaknya perubahan dan teknologi yang semakin canggih, seseorang menjadi lebih produktif dalam melakukan hal yang ingin dicapai. Produktivitas yang tinggi menyebabkan adanya Hustle Culture.Â
Hustle Culture merupakan sebuah gaya hidup di mana seseorang merasa bahwa dirinya harus terus bekerja dan hanya meluangkan sedikit waktu untuk beristirahat.Â
Dengan begitu ia dapat menganggap dirinya sukses. Hustle Culture dicetuskan sudah sejak tahun 1971, dan kini dimana perkembangan zaman seperti peran media sosial, Hustle Culture ini menyebar begitu cepat terutama di kalangan milenial. Produktivitas yang berlebih dianggap mereka menjadi tolak ukur untuk menggapai kesuksesan. Semangat dan ambisi generasi muda dalam dunia profesional sangat tinggi
Hustle Culture memotivasi generasi muda untuk menjadi pekerjaan sebagai tujuan hidup. Dengan percepatan dinamika perekonomian sekarang, masa depan juga menjadi tidak pasti. Sehingga, generasi muda mau tidak mau harus berkompetisi lebih keras. Namun, bekerja keras tetap penting lagipula tidak bisa kita duduk diam dan berharap keadaan akan membaik dengan sendirinya.Â
Ketika kita bisa mencapai hal lebih dan mengalahkan yang lainnya, banyak yang akan menghargai dan memuji. Sehingga, kepercayaan diri meningkat. Budayaa ini pun melatih kedisiplinan tingkat tinggi, karena meskipun melelahkan, kerja keras turut membangun ketangguhan mental. Banyak juga yang termotivasi untuk terus mencapai sesuatu yang belum pernah dicapai orang lain.Â
Awalnya, kerja berlebih mungkin memacu produktivitas, tetapi menghiraukan batasan diri terlalu lama akan berdampak buruk. Berbagai studi membuktikan selain menimbulkan gangguan kecemasan dan depresi, jam kerja yang berlebih ternyata tidak berdampak signifikan pada meningkatnya level kebahagiaan generasi ini.Â
Meskipun pada akhirnya taraf kehidupan membaik, ternyata malah banyak yang frustasi, mengaku tidak bahagia, dan berpandangan hidup negatif.Â
Lama lama obsesi pada Hustle Culture telah mendorong krisis mental dan telah memicu burn out. Burn out disebabkan oleh stres kronis yang tidak terkelola dengan baik berupa kemampuan kerja yang berkurang dan bekerja seperti tanpa tujuan/bisa dlm bentuk mereka akan merasa lelah dan akan menarik diri dari pekerjaan.
Gangguan kecemasan dan depresi juga menjadi salah satu penyebab utama menurunnya tingkat produktivitas. Maka dari itu, sesekali kita harus berhenti melihat gambaran besarnya, karena meskipun dijanjikan imbalan besar, banyak yang akhirnya terperangkap dalam adrenalin semata.
Faktor yang dapat menyebabkan munculnya Hustle Culture yaituÂ
- adanya kemunculan industri baru
- industri yang mengedepankan kreativitas dan inovasi
- adanya konstruksi sosial
Pemicu Budaya Hustle Culture
Glorifikasi dan rasa bangga terkait produktivitas jam kerja yang panjang dan budaya kompetitif menjadi salah satu pemicu Hustle Culture. Selain itu, di masa pandemi ini dengan maraknya seruan agar tetap produktif di rumah, harus bisa menghasilkan sesuatu, atau mempelajari skill baru yang memunculkan adanya Hustle Culture yang perlu disikapi dengan bijak.Â
Seperti mahasiswa yang aktif berorganisasi, kritis dan memiliki akademik yang bagus harus bekerja keras untuk menggapai apa yang dicapai. Orientasinya pun terkadang berubah, yang awalnya sebagai sarana pengisi kegiatan selama pandemi dan sekedar memanfaatkan waktu luang menjadi mindset bahwa hal ini harus dilakukan sebagai bentuk aktualisasi diri dan ajang perlombaan produktivitas antar individu
Media sosial memperparah adanya budaya Hustle Culture, dimana orang-orang yang terjebak di dalamnya dengan mudah mempertontonkan image Hustle, dan dianggap sebagai sosok ideal teladan. Munculnya slogan-slogan seperti "jangan berhenti sebelum sukses" mendorong semakin banyak orang terjebak dalam budaya ini.Â
Media sosial turut ambil bagian dalam amplifikasi Hustle Culture. Kegiatan menayangkan dan juga menuliskan pencapaian di media sosial dianggap sudah menjadi paket yang tidak bisa dipisahkan setelah melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini turut dijadikan kunci pembuktian dan validasi individu terhadap lingkungan terkait dengan pencapaian yang telah ia lakukan.Â
Menurut komunitas skala krisis keluarga besar mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Airlangga, Hustle Culture memiliki dampak negatif baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, Hustle Culture membuat penderitanya kurang istirahat, kurang makanan bergizi, dan kurang olahraga.Â
Secara mental, Hustle culture dapat menyebabkan seseorang mengorbankan banyak hal bahkan sampai mengorbankan hal yang disukainya. Hal ini bisa berdampak pada terenggutnya sumber kebahagiaan.Â
Sedangkan kebahagiaan juga bisa mendorong seseorang senang untuk beraktivitas. Hustle Culture ditandai juga dengan produktivitas yang panjang dan tuntutan multitasking. Dalam jangka panjang, hal ini justru bisa membuat kualitas diri menurun. Adapun dampak positif dari Hustle Culture yaitu mendorong dan memotivasi seseorang untuk mengejar cita-cita dan impian mereka.Â
Untuk mengatasi adanya Hustle Culture, berikut yang dapat dilakukan :
1. Menyadari bahwa mengalami Hustle Culture
  Sadar bahwa sedang mengalami Hustle Culture dan mengubah pola pikir
2. Mengatur kembali jam kerja yang normal
   Atur kembali jam kerja yang tidak melebihi waktu kerja normal. Susunlah kegiatanmu agar terstruktur.
3. Mengapresiasi diri terhadap apa yang telah dikerjakan
   Berikan ucapan terima kasih pada diri sendiri atas apa yang telah kamu capai
4. Selalu bersyukur
   Bersyukur atas apa yang telah terjadi dan tidak iri/membandingkan dengan pencapaian orang lainS
5. Sempatkan untuk melakukan hobi dan hiburan
   Sempatkan waktu anda untuk dapat beristirahat dengan cukup, melakukan hobi, dan berlibur atau refreshing.
Tips menghindari dari adanya Hustle Culture dapat melakukan hal berikut :
- Dapat membuat waktu mulai dan akhir sebelum mengerjakan sesuatu
- Tidak membandingkan keberhasilan orang lain dengan diri sendiriÂ
- Berkomunikasi dengan orang lain atau sekedar berbagi cerita
- Mengurangi media sosial
Demikian pengertian, penyebab, dampak, dan beberapa tips dari adanya budaya Hustle Culture. Melakukan sesuatu dengan cepat memang baik, produktif memang baik. Namun, jangan lupa untuk memperhatikan kondisi kesehatan mu!Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI