Autocratic Vs Democratic Behaviors
Ada suatu studi yang mempelajari gaya kepemimpinan berdasarkan tingkah laku otokratik dan demokratik. Otokratik sendiri merupakan gaya kepemimpinan yang melakukan sentralisasi kekuasaan, menggunakan kekuasaan yang dimiliki untuk kekuatan, dan menggunakan gaya kepemimpinan yang memaksa. Sementara, demokratik adalah gaya kepemimpinan yang mendelegasikan kekuasaan kepada orang lain, mendorong adanya partisipasi, mengandalkan pengetahuan bawahan dalam penyelesaian tugas, dan mengandalkan rasa hormat dari bawahan untuk pengaruh di organisasi.
INDIVIDUALIZED LEADERSHIP
Individualized leadership merupakan suatu pendekatan/teori/konsep yang lebih baru, dimana seorang pemimpin memiliki hubungan yang unik dan spesifik dengan anggotanya secara individual yang akan menentukan bagaimana pemimpin berperilaku terhadap anggota dan bagaimana anggota menanggapi pemimpin. Teori/konsep ini memandang bahwa hubungan kepemimpinan yang terjadi antara pemimpin dengan anggotanya adalah suatu hubungan diadik. Hubungan diadik ini akan berfokus pada konsep pertukaran, apa yang akan diberikan dan diterima masing-masing pihak.
Penelitian yang terjadi dalam teori individualized leadership ini melewati tiga tahap pengembangan, yaitu sebagai berikut:
1. Vertical Dyad Linkage
Model hubungan ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan diadik yang dibentuk oleh setiap pemimpin dengan setiap anggotanya. Setiap anggota dapat memberikan deskripsi yang berbeda-beda mengenai seorang pemimpin yang sama. Misalnya, beberapa anggota mengutarakan bahwa mereka memiliki hubungan yang sangat baik dengan pemimpinnya, dimana terdapat kepercayaan, kehormatan, dan lainnya di dalam hubungan tersebut. Namun, beberapa anggota lainnya dapat mengutarakan hal yang bertolak belakang dengan beberapa anggota sebelumnya, dimana mereka tidak memiliki hubungan yang cukup baik dengan pemimpinnya. Karena adanya kedua perbedaan yang begitu signifikan, maka model hubungan ini akan membentuk kelompok in-group dan out-group.
2. Leader-Member Exchange (LMX)
Tahap ini menegaskan bahwa baik atau tidak baik kinerja yang dihasilkan bergantung pada seberapa baik proses pertukaran antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin biasanya cenderung membangun hubungan pertukaran dalam kelompok dengan individu yang memiliki karakteristik yang mirip dengan pemimpin, seperti kesamaan dalam latar belakang, minat, dan nilai, dan dengan mereka yang menunjukkan kompetensi dan minat tingkat tinggi dalam pekerjaan. Teori LMX mengusulkan bahwa hubungan yang lebih berkualitas ini akan mengarah pada kinerja yang lebih tinggi dan kepuasan kerja yang lebih besar bagi anggota dalam kelompok. Hubungan LMX yang berkualitas tinggi terbukti membawa hasil yang sangat positif bagi para pemimpin, pengikut, unit kerja, dan organisasi. Untuk pengikut, hubungan pertukaran berkualitas tinggi dapat berarti penugasan yang lebih menarik, tanggung jawab dan otoritas yang lebih besar, dan penghargaan yang nyata seperti kenaikan gaji dan promosi. Para pemimpin dan organisasi jelas mendapat manfaat dari upaya dan inisiatif yang meningkat dari anggotanya dalam melaksanakan tugas dengan sukses.
3. Partnership Building
Fokus pada tahap ini adalah apakah pemimpin dapat mengembangkan hubungan positif dengan bawahan dalam jumlah besar. Kritikus teori LMX menunjukkan bahaya para pemimpin yang membangun hubungan in-group dan out-group yang dibedakan secara tajam. Hal tersebut dapat menyebabkan perasaan kebencian dan permusuhan dari anggota kelompok out-group. Jika pemimpin dianggap memberikan keuntungan yang berlebihan kepada anggota in-group, maka anggota out-group  mungkin akan memberontak yang nantinya dapat merusak seluruh organisasi.