"Ibu adalah wanita mulia yang telah melahirkan Mbak Ayu. Apa Ibu tega jika melihat Mbak Ayu yang masih bernyawa tapi terlihat tak bernyawa? Lila mohon... di mana naluri Ibu jika melihat anaknya tersiksa di antara kehidupan dan kematian?" Lila mulai menghapus airmatanya dengan usapan jemarinya.
"Baiklah itu terserah Ibu! Tapi kalau sampai terjadi apa-apa terhadap Mbak Ayu ..." Lila tidak mampu meneruskan kata-katanya sendiri. Ia cepat meninggalkan Ibu dan berlari ke kamarnya dengan deraian airmata.
"Aku masih seorang Ibu ..." gumam wanita setengah baya itu menundukkan kepalanya.
***
Dengan langkah cepat Lila menyusuri koridor Rumah Sakit. Harusnya pagi tadi ia tidak perlu masuk kuliah, sesalnya. Sesampainya di ruangan di mana Mbak Ayu dirawat, dilihatnya Bapak dan Ibu berada di situ bersama Mas Joko. Lila tersenyum bahagia. Ia tahu, akhirnya pintu maaf itu terbuka juga, akhirnya tembok keangkuhan itu runtuh juga. Lila meraih tangan Bapak dan dan Ibu untuk mendekati Mbak Ayu. Lila menyentuh lengan Bapak. Bapak segera mendekati Mbak Ayu, nafas Mbak Ayu terlihat memburu cepat.
"Ayu ... ini Bapak, Nak. Bapak sudah memaafkan kamu," ucap Bapak terbata. Lelaki setengah baya yang dikenal angkuh itu matanya berkaca-kaca. Mereka sudah tahu Mbak Ayu tidak mungkin bisa bertahan lagi.
"Kalau mau pergi, pergilah dengan tenang, Nak. Ibu ikhlas ... Ibu sudah memaafkan kamu. Allah... Allah... Allahu Akbar," Ibu terus membisikkan Asma Allah di telinga Mbak Ayu. Tak lama kemudian Mbak Ayu memejamkan matanya, Lila tahu kali ini untuk yang terakhir kalinya, Mbak Ayu sudah terlepas dari penyakitnya.
"Innalillahi wainnailaihi roji'un," Mas Joko mengusap kepala Mbak Ayu perlahan. Lila melihat ada ketabahan di sana. Ya ... Lila pun harus tabah menerima kepergian Mbak Ayu. Setahun yang lalu Mbak Ayu diketahui menderita kanker paru-paru dan lever. Setelah melahirkan Allya kesehatan Mbak Ayu semakin menurun. Penyakit itu begitu menyiksa dirinya. Tapi Tuhan sayang padanya dengan mengambil nyawanya terlebih dahulu, dengan begitu Mbak Ayu tidak perlu menderita lagi. Lila mengusap airmata yang semakin luruh berjatuhan dari kedua kelopak matanya, apa yang dikatakan Budhe Dibyo memang benar. Mbak Ayu hanya membutuhkan satu kata maaf dari Bapak dan Ibu, bukan pengobatan yang malah menambah penderitaannya.
Â
Selesai
Â