Aku lemas dan berusaha tegar.
"Wah selamat yaaa."
"Maaf ya aku memberitahukanmu mendadak. Sebab setelah menikah, aku akan melanjutkan kuliah ke luar negeri, begitu juga dengan calon suamiku dia akan mengambil S-2."
Malam itu setelah pertemuan kami berakhir, aku melihat Dina pulang bersama calon suaminya. Aku tak menyangka perempuan bermata ceri yang aku temui akan menikah setelah lulus SMA. Padahal, aku telah memantapkan niat untuk menyatakan perasaaanku padanya sembari memberikan sketsa tersebut padanya. Hatiku sakit wanita yang aku sukai sejak SMA pada akhirnya memilih pria lain.
Di halte menunggu bus datang, aku terus memandang undangan pernikahan tersebut dan gambar si perempuan ceri tersebut.
Sekarang aku sadar bahwa setiap manusia selalu memiliki lukanya sendiri. Hanya saja ketika luka itu berbentuk fisik masih bisa diobati. Berbeda dengan luka hati yang perlu waktu untuk mengobatinya hingga benar-benar pulih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H