"Apa?"
"Bukankah sudah kukatakan maksud tadi!"
Tiba-tiba orang tinggi besar itu menyambar kerah jaketku. Bibirnya tampak gemetar. Napasnya tersengal. Matanya merah menyala. Jelas ia menahan kemarahan yang luar biasa.
"Sejak kapan kau banyak tingkah, Buduk!" hardiknya kepadaku. "Selama ini Jenderal selalu memberi perintah lewat aku. Mengapa baru sekarang kau bertingkah macam-macam, heh?"
Kemudian ia mendorongku dengan kekesalan yang tetap luar biasa. Aku yakin, barangkali baru kali ini ia merasa di sepelekan orang. Aku nyengir. Diam-diam aku mulai dapat mereka-reka peranan Zalbak yang sesungguhnya. Kiranya selama ini, Zalbak tak pernah berhubungan langsung dengan Sang Jenderal.
'' karya Herly Sauri " ...... To be continued - part 41 ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H