Sebelum pergi dengan orang itu, karena ia tau ada kemungkinan baginya untuk tak kembali ke tempat ini, Ia membuka seluruh pintu kandang ternaknya, agar jika ia benar-benar meninggalkan rumah ini selamanya. Ternaknya masih bisa bertahan hidup. "Selamat tinggal Genta Junior katanya mencium kening sapinya."
      "Sudah siap?" tanya Yunus.
      "Ya."
      Lalu perlahan-lahan mereka menuruni gunung itu. Melewati hutan dan semak-semak.
      ****
      Sesampainya di tempat tinggal Yunus, Agam menaruh tasnya. Lalu buru-buru mencari minum. Ia sangat kehausan.
      Ia ambil air dari dispenser yang terhubung dengan Galon, sudah lebih dari setahun ia tidak melihat peralatan-peralatan ini.
      Rumah Yunus tidaklah besar, hanya sebuah kontrakan yang didalamnya terdapat dua kamar dan satu kamar mandi. Rumah ini tampak terawat dan juga indah. Di berbagai dinding Agam bisa melihat Foto Yunus dan kakek bersama-sama. Foto ketika mereka sedang berburu, sedang memancing, juga foto Yunus di wisuda. Namun ada sebuah foto yang membuatnya jadi mengerutkan kening, foto yunus, Kakek, bersama seorang lagi, ia ingat sekali wajahnya itu pembunuh Kakeknya.
      "Pasti akan kutemukan kau." Katanya bercampur bingung kenapa foto orang itu ada disana.
      Hari ini mereka berdua terlalu lelah karena sudah berjalan nonstop selama 3 jam. Keduanya tertidur pulas.
      ****