Namun sudah pukul 10 agam tidak kunjung pulang. Ia mulai panik, tapi bingung harus seperti apa. Agam luka-luka, bagaimana mungkin dengan tubuh seperti itu ia keluar rumah?
Jam 12 ia mendatangi kantor polisi dan mulai menceritakan tentang anaknya. Kantor polisi di hari minggu tutup, hanya ada seorang polisi yang bertugas jaga.
      "Jam berapa ibu tidak melihat dia lagi?" Polisi itu bertanya kepada Mutia.
      "Jam 8 pak." Jawab Mutia dengan nada yang masih resah.
      Polisi itu terus  bertanya sedangkan tangan kanannya mencatat laporan.
      "Sudah tanya ke sanak saudara atau tetangga?"
      "Belum pak."
      "Coba ibu tanya ke tetangga mungkin ada yang liat dia keluar rumah."
Sepulang dari kantor polisi Mutia melakukan apa yang bapak Polisi itu sarankan. Ia mulai mengetuk tiap rumah untuk menanyakan Agam. Namun sayang, tidak ada satupun tetangga yang melihatnya.
Ditengah kebingungan ia mengambil Handphone, jangan-jangan Agam ke Empetrieng, namun naik apa? Bukankah Agam belum bisa mengendarai motor? Dari pada banyak berprasangka cecekku itu menelponku.
Waktu itu aku sedang duduk di teras rumah sambil minum teh. Lalu handphoneku berdering, kulihat di layar tertulis nama cecek. Aku mengangkatnya.