Interpretation (Interpretasi)
Menafsirkan makna dari bukti secara masuk akal
Artikel 1 dengan judul '5000 Mahasiswa Akan Demo Tolak UU Cipta Kerja di Depan Istana Kamis'
Mengenai artikel pertama yang membahas tentang Mahasiswa yang melakukan Demo untuk menolak disahkannya UU Cipta Kerja yang disebutkan dalam artikel oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) bahwa aksi akan diadakan serentak di depan Istana dan juga di daerah masing-masing. Konsolidasi ini pun dihadiri oleh berbagai perwakilan dari berbagai daerah baik yang di Istana maupun di daerah masing-masing. Mulai dari Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Bali, dan Nusa Tenggara.
Menurut saya, aksi konsolidasi yang dilakukan oleh Mahasiswa di Seluruh Indonesia ini lahir karena adanya dorongan dari diri mereka sendiri (pribadi) sebagai bentuk rasa ketidaksetujuan dengan pihak pemerintah (DPR) terhadap RUU Cipta Kerja yang disahkan menjadi UU Cipta Kerja. Mengingat bahwa mahasiswa menjadi wadah utama dalam menyampaikan aspirasi.Â
Selain bertujuan untuk menyampaikan aspirasi mereka mengenai persepsi/pandangan yang mereka miliki namun, mereka juga ingin aspirasi mereka didengar oleh pihak pemerintah untuk bisa dipertimbangkan mengenai usul mereka yang optimis untuk bisa membantu rakyat Indonesia dengan menyuarakan apa yang mereka ingin sampaikan.Â
Sudah tidak asing lagi jika sosok mahasiwa adalah sosok kalangan terdepan dalam hal menyampaikan aspirasi atau melakukan komunikasi dengan pemerintah terhadap kejanggalan ataupun ketidaksetujuan yang terjadi dalam pemerintahan negeri ini, tiada lain dan tiada bukan karena mereka masih memiliki semangat dan jiwa nasionalis yang tinggi terhadap bangsa dan Negara hingga mengorbankan waktu kuliah mereka, bahkan di tengah terjadinya aksi kemarin ada beberapa dari mereka yang sempat mengerjakan tugas atau bahkan mengikuti kegiatan perkuliahan, karena disisi lain ingin menyampaikan aspirasi mereka juga tetap ingin bisa hadir dalam perkuliahan dan melaksanakan tanggung jawab dengan tugas yang diberikan.
Gerakan ini lahir dari keresahan mereka terhadap apa yang terjadi dengan berpikir secara kritis.Â
Mahasiswa ingin bisa berdiskusi atau melakukan sidang secara terbuka dengan melibatkan mereka dan juga beberapa kalangan yang terdampak. Namun, aksi ini juga tidak selamanya berjalan dengan baik sesuai dengan agenda yang direncanakan, karena justru aksi yang seharusnya bisa berakhir damai dengan tersampaikannya aspirasi dan selesainya melakukan diskusi, malah berujung ricuh dan rusuh yang berdampak sangat buruk terhadap fasilitas dan juga aparat keamanan.Â
Kericuhan dan kerusuhan yang terjadi justru tidak menyelesaikan permasalahan yang ingin disampaikan, hal ini malah menjadi pemicu terjadi perpecahan dan pengorbanan. Karena ternyata banyak dari mereka yang hanya ikut-ikutan saja dan tidak mengerti tentang apa tujuan mereka melakukan hal tsb, bahkan banyak pula oknum-oknum yang melakukan provokasi dengan berpura-pura menjadi mahasiswa padahal ternyata dia bukanlah mahasiswa.
Hal-hal seperti inilah yang menjadi faktor kegagalan dalam mahasiswa berkomunikasi dengan pemerintah untuk bisa menyampaikan aspirasi mereka, selain itu juga terasa sulit untuk bisa mengontrol para mahasiswa karena jumlahnya yang sangat banyak dari berbagi daerah. Dan hal ini malah memperburuk suasana dengan rusaknya fasilitas yang menyebabkan kerugian terhadap pemerintah dan juga kita sebagai pengguna fasilitas, dan banyaknya terjadi perpecahan diantara aparat keamanan dan juga demonstran.Â
Hingga ada beberapa dari mereka yang terluka karena dilempari batu dan juga terlibat adu pukul satu sama lain. Menurut saya, oknum yang tidak mengerti dan menyebarkan provokasi ini sudah memecahbelahkan bangsa.Â
Karena saya yakin, mahasiswa yang menggerakkan untuk melakukan aksi ini,memang lahir dari keresahan yang mereka rasakan berdasarkan persepsi mereka terhadap apa yang telah diputuskan untuk bisa berakhir damai dengan keputusan yang memang sama-sama diinginkan. Namun, oknum-oknum ini malah memperburuk citra dan suasana hingga tujuan untuk aksi damai pun tak tersampaikan dengan terjadinya saling serang dan saling salah satu sama lain.
Artikel 2 dengan judul 'Gelombang Demo-Mogok Nasional Buruh Tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja'
Berdasarkan artikel tersebut, sudah disebutkan bahwa alasan mereka melakukan aksi menyampaikan aspirasi ini karena ada poin dari pasal UU Cipta Kerja yang berdampak terhadap mereka sehingga, mereka ingin menyampaikan pandangan mereka mengenai hal tsb.
Dibandingkan dengan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa justru aksi yang dilakukan oleh buruh ini tidak begitu membuat kericuhan atau kerusuhan yang sangat besar walaupun ada beberapa kejadian yang berujung permasalahan. Selain dari mereka melakukan aksi, mereka juga melakukan mogok kerja selama tiga hari.Â
Lain halnya dengan mahasiswa yang melakukan aksi di depan Istana ataupun kantor lembaga yang bersangkutan, kebanyakan buruh malah melakukan aksi tersebut di beberapa titik seperti alun-alun dan juga kantor atau kawasan tempat mereka bekerja sebagai aksi protes mereka. Namun, hal tersebut juga tidak selamanya berakhir baik sesuai dengan keinginan yang dikomunikasikan karena, beberapa dari mereka justru malaha ada yang di berhentikan dari pekerjaannya, sehingga tujuan yang mereka ingin capai sebelumnya malah tidak sepenuhnya tercapai dengan baik.
Tidak semua kaum buruh turun ke jalan untuk melakukan aksi tersebut, ada juga beberapa dari mereka yang tidak ikut serta dan tetap memilih untuk bekerja seperti biasa namun, berdasarkan keterangan ternyata banyak pula dari mereka yang mengajak untuk ikut serta pada aksi tersebut dan mengosongkan tempat bekerja mereka.
Namun, baru-baru ini sedang ramai di masyarakat mengenai postingan yang membahas mengenai isi yang ternyata justru menguntungkan kaum buruh. Hal ini menjadi bukti bahwa banyak dari kaum buruh yang justru hanya ikut-ikutan saja dalam melakukan aksi ini, ada juga yang hanya mengetahui sekilas namun masih meraba-raba tentang informasi yang didapat.
Artikel 3 dengan judul 'Fenomena Pelajar Demo: Alasan Ikut Serta hingga Solusinya'
Aksi demonstrasi yang dilakukan ini merupakan aksi yang dilakukan karena adanya ketidaksetujuan mengenai suatu hal yang berkaitan dengan aturan. Mungkin mahasiswa ataupun kalangan buruh sudah tidak asing dalam partisipasi aksi namun, ternyata ada kalangan lain yang turut serta dalam aksi ini, yaitu pelajar.
Pelajar ikut turun ke jalan untuk meramaikan aksi protes ini, mirisnya lagi bukan hanya pelajar yang duduk di bangku SMA/SMK saja yang terlibat, bahkan ada pelajar SMP dan juga SD di beberapa daerah.Â
Jika kita pikirkan sejenak, pelajar SMA dan khususnya pelajar SD dan SMP ikut dalam demo UU Cipta Kerja ini, bahkan saya saja merasa ini tidak masuk akal karena mungkin menurut saya anak-anak SD dan SMP belum bisa memahami secara jelas isi keseluruhan dari UU Cipta Kerja karena jangankan mereka, banyak mahasiswa dan kaum buruh yang juga tidak mengerti dan ikut-ikutan saja.
Ini menjadi bukti bahwa anak-anak telah banyak diprovokasi karena kurangnya pengawasan dari orang tua ataupun pihak sekolah.Â
Sangat disayangkan, bukannya mengikuti pembelajaran daring dan juga mengerjakan tugas mereka malah ikut merusuhkan aksi yang bahkan tidak mereka mengerti sama sekali. Beberapa dari merekapun ternyata ada yang ditemukan membawa ketapel dan batu saat digeledah oleh polisi.
Setelah para pelajar ini tertangkap, mereka banyak mengaku ikut turun ke jalan karena ajakan dari sosial media lalu kemudian dijemput oleh orang tua mereka. Sekali lagi kita bisa menyimpulkan bahwa media sosial sangat berpengaruh besar terhadap suatu hal maupun tindakan.Â
Dan kita juga bisa melihat di zaman sekarang para kaum milenial memiliki banyak keuntungan dimana era teknologi telah maju dengan sangat pesat namun, hal ini tidak selamanya berdampak positif terhadap remaja maupun anak-anak karena telah disalahgunakan hingga membentuk karakter mereka menjadi pribadi yang memiliki ketergantungan terhadap sosial media dan juga android. Dan malah menjadi dampak negative pada remaja dan anak-anak, termasuk demo UU Cipta Kerja ini didasari oleh sosial media dan android. Hal ini harusnya bisa mengevalusi orang tua dan juga pelajar dan anak-anak lain untuk bisa lebih bijak menggunakan sosial media.
Judgement (Keputusan)
Simpulan permasalahan
Dari ketiga artikel tersebut kita bisa melihat dan menilai demo atau aksi yang terjadi dari tiga kalangan berbeda yaitu mahasiswa, buruh dan juga pelajar. Bisa kita simpulkan, bahwa kebanyakan dari mereka melakukan aksi tersebut bukan karena keresahan yang mereka rasakan namun, karena ikut-ikutan dan terbuai dengan berita-berita hoax di media.Â
Saat ini, di era yang sudah maju dan canggih seharusnya kita juga bisa menjadi manusia yang lebih maju dan berpikiran terbuka, bukan malah dengan mudahnya terprovokasi dan ikut-ikutan aksi yang justru tak kita ketahui. Â Harus adanya kesadaran dari dalam diri individu masing-masing untuk bisa saling bahu-membahu membangun negeri dengan menciptakan karya-karya yang diakui dan juga bangsa yang berintegrasi, bukan malah terprovokasi dan berujung perpecahan diantara bangsa di negeri ini.Â
Kita haruslah bisa saling menjaga dan menghargai pandangan atau persepsi setiap individu satu sama lain. Hal yang wajar apabila suatu golongan atau organisasi ingin melakukan aksi untuk menyampaikan aspirasi namun, jangan jadikan hal tersebut sebagai ajang untuk mencari sensasi dengan memprovokasi orang lain. Dan sebagai masyarakat seharusnya kita bisa menggunakan media sosial dengan bijak, dengan tidak terprovokasi dan mudah percaya terhadap berita-berita yang berada di internet serta harus bisa memahami suatu berita dengan paham secara keseluruhan agar tidak menimbulkan kekeliruan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H