Jika kita pikirkan sejenak, pelajar SMA dan khususnya pelajar SD dan SMP ikut dalam demo UU Cipta Kerja ini, bahkan saya saja merasa ini tidak masuk akal karena mungkin menurut saya anak-anak SD dan SMP belum bisa memahami secara jelas isi keseluruhan dari UU Cipta Kerja karena jangankan mereka, banyak mahasiswa dan kaum buruh yang juga tidak mengerti dan ikut-ikutan saja.
Ini menjadi bukti bahwa anak-anak telah banyak diprovokasi karena kurangnya pengawasan dari orang tua ataupun pihak sekolah.Â
Sangat disayangkan, bukannya mengikuti pembelajaran daring dan juga mengerjakan tugas mereka malah ikut merusuhkan aksi yang bahkan tidak mereka mengerti sama sekali. Beberapa dari merekapun ternyata ada yang ditemukan membawa ketapel dan batu saat digeledah oleh polisi.
Setelah para pelajar ini tertangkap, mereka banyak mengaku ikut turun ke jalan karena ajakan dari sosial media lalu kemudian dijemput oleh orang tua mereka. Sekali lagi kita bisa menyimpulkan bahwa media sosial sangat berpengaruh besar terhadap suatu hal maupun tindakan.Â
Dan kita juga bisa melihat di zaman sekarang para kaum milenial memiliki banyak keuntungan dimana era teknologi telah maju dengan sangat pesat namun, hal ini tidak selamanya berdampak positif terhadap remaja maupun anak-anak karena telah disalahgunakan hingga membentuk karakter mereka menjadi pribadi yang memiliki ketergantungan terhadap sosial media dan juga android. Dan malah menjadi dampak negative pada remaja dan anak-anak, termasuk demo UU Cipta Kerja ini didasari oleh sosial media dan android. Hal ini harusnya bisa mengevalusi orang tua dan juga pelajar dan anak-anak lain untuk bisa lebih bijak menggunakan sosial media.
Judgement (Keputusan)
Simpulan permasalahan
Dari ketiga artikel tersebut kita bisa melihat dan menilai demo atau aksi yang terjadi dari tiga kalangan berbeda yaitu mahasiswa, buruh dan juga pelajar. Bisa kita simpulkan, bahwa kebanyakan dari mereka melakukan aksi tersebut bukan karena keresahan yang mereka rasakan namun, karena ikut-ikutan dan terbuai dengan berita-berita hoax di media.Â
Saat ini, di era yang sudah maju dan canggih seharusnya kita juga bisa menjadi manusia yang lebih maju dan berpikiran terbuka, bukan malah dengan mudahnya terprovokasi dan ikut-ikutan aksi yang justru tak kita ketahui. Â Harus adanya kesadaran dari dalam diri individu masing-masing untuk bisa saling bahu-membahu membangun negeri dengan menciptakan karya-karya yang diakui dan juga bangsa yang berintegrasi, bukan malah terprovokasi dan berujung perpecahan diantara bangsa di negeri ini.Â
Kita haruslah bisa saling menjaga dan menghargai pandangan atau persepsi setiap individu satu sama lain. Hal yang wajar apabila suatu golongan atau organisasi ingin melakukan aksi untuk menyampaikan aspirasi namun, jangan jadikan hal tersebut sebagai ajang untuk mencari sensasi dengan memprovokasi orang lain. Dan sebagai masyarakat seharusnya kita bisa menggunakan media sosial dengan bijak, dengan tidak terprovokasi dan mudah percaya terhadap berita-berita yang berada di internet serta harus bisa memahami suatu berita dengan paham secara keseluruhan agar tidak menimbulkan kekeliruan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H