Mohon tunggu...
Shaleh Muhammad
Shaleh Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - PMII Maros / Wanua Masennang

Freelance yang aktif di organisasi mahasiswa dan kepemudaan, dengan minat pada budaya Bugis, hobi membaca, dan semangat pemberdayaan komunitas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dimensi Tarekat: Tradisi, Sejarah dan Keabsahannya

7 Januari 2025   00:38 Diperbarui: 8 Januari 2025   10:17 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ChatGPT. (2025). Sufisme [Gambar]. DALL*E. 

Praktik ihsan ini juga di jelaskan pada rujukan yang lain lihat sumber Nuonline.Id (2023) mengutip dalam kitab Arba'in Nawawi karangan Imam Nawawi (2009):  

Yang Artinya:

Umar radhiyallahu'anhu menceritakan suatu kejadian ketika mereka sedang duduk bersama Rasulullah saw. Tiba-tiba, datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju putih bersih dan berambut hitam pekat, tidak terlihat seperti orang yang baru melakukan perjalanan jauh, dan tidak dikenal oleh siapapun di antara mereka. Laki-laki itu kemudian duduk di depan Nabi dan menempelkan lututnya pada lutut Rasulullah sambil bertanya, "Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang Islam." Rasulullah menjawab bahwa Islam adalah bersaksi bahwa hanya Allah yang berhak disembah dengan benar dan Muhammad adalah utusan-Nya, melakukan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan melakukan ibadah haji jika mampu. Setelah disebutkan, laki-laki itu mengatakan bahwa jawaban itu benar. Para sahabat heran karena yang bertanya juga yang membenarkan. Lalu, dia bertanya tentang iman, dan Rasulullah menjawab bahwa iman adalah percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk. Laki-laki itu kembali mengatakan bahwa itu benar. Kemudian, dia bertanya tentang ihsan, dan Rasulullah menjelaskan bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya, meskipun kita tidak bisa melihat-Nya, namun Dia senantiasa melihat kita. Laki-laki itu kembali mengatakan bahwa itu benar. Terakhir, dia bertanya tentang hari kiamat, tapi Rasulullah menjawab bahwa yang ditanyakan tidak lebih tahu daripada yang bertanya. Namun, ketika laki-laki itu bertanya tentang tanda-tandanya, Rasulullah menyebut beberapa tanda seperti saat seorang hamba melahirkan tuannya, orang-orang miskin dan penggembala domba bersaing dalam membangun gedung. Setelah laki-laki itu pergi, Rasulullah bertanya kepada Umar apakah dia tahu siapa yang bertanya. Umar menjawab bahwa hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa laki-laki itu adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama kepada mereka. (Riwayat Muslim). (Imam an-Nawawi, 2009).

Dengan demikian, Suyuti (2024) dalam bukunya Tarekat Khalwatiyah, praktik ihsan atau tarekat tidak dapat dipisahkan dari Islam dan iman, yang telah diajarkan oleh Nabi saw. yang menekankan aspek rohani. Meskipun demikian, tradisi tarekat berkembang secara signifikan dan diakui secara resmi menjelang akhir abad kedua Hijriah, karena upaya para sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah swt melalui praktik tarekat.

Berdasarkan pemaparan diatas kita bisa mengambil pelajaran bahwa praktek Tarekat dalam perkembangannya muncul sejak masa nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dengan konsep pembahsan ihsan.Pada mulanya, tarekat merupakan praktik ibadah yang diajarkan secara khusus kepada individu tertentu. Sebagai contoh, Rasulullah mengajarkan wirid atau zikir yang harus dipraktikkan oleh Ali bin Abi Thalib dan beberapa sahabat lainnya. Pengajaran khusus ini disampaikan oleh Rasulullah sesuai dengan kebutuhan individu yang menerimanya, terutama yang berkaitan dengan faktor psikologis.

Baca juga: Kampung Kassi, Labuang dan Pacelle. Sumber Identitas dan Harmoni Sosial

Pada fase berikutnya, ajaran khusus yang diterima oleh beberapa sahabat dari Rasulullah disebarkan secara selektif oleh mereka kepada orang lain. Meskipun tidak semua orang dianggap layak menerima ajaran tertentu, namun jumlah penerima ajaran tersebut biasanya bertambah banyak seiring waktu. Akhirnya, ajaran itu menjadi bagian dari komunitas tertentu dan menjadi kekuatan sosial utama yang tersebar di hampir semua lapisan masyarakat Muslim. Hal ini kemudian membentuk perkumpulan khusus, atau berkembang menjadi suatu tarekat. Burhani (2002:101).

Menurut artikel Siregar (2009) Harun Nasution menjelaskan evolusi tasawuf menjadi tarekat dalam tiga tahap. Tahap awalnya adalah kanaqah, di mana guru dan kelompok muridnya, sering berpindah-pindah tempat, mengikuti aturan minimal untuk menjalani kehidupan sederhana. Pada abad ke-10, hal ini berkembang menjadi pendirian pondok-pondok yang seragam dan umum.

Prinsip bimbingan di bawah seorang guru menjadi prinsip utama yang diterima. Secara intelektual dan emosional, ini merupakan gerakan yang bersifat aristokratik. Mereka menggunakan metode kontemplasi dan latihan individual dan kelompok untuk mencapai ekstase. Tahap kedua, yang terjadi pada abad ketiga belas selama zaman Saljuq, merupakan periode penting dalam perkembangan tarekat Sufi. Selama periode ini, terjadi transmisi doktrin, aturan, dan metode antara tokoh-tokoh spiritual. Mazhab-mazhab mistisisme terus berkembang dengan lancar.

Silsilah thariqah, yang berasal dari sosok yang tercerahkan, menjadi semakin terorganisir. Ada juga adaptasi dan penjinakan terhadap semangat mistik dalam Sufisme, disesuaikan dengan standar tradisi dan legalisme. Pada tahap ketiga, yang terjadi pada abad kelima belas selama pembentukan Kekaisaran Ottoman, terjadi transmisi bai'at bersama-sama dengan doktrin dan aturan. Sufisme menjadi gerakan yang semakin populer, dan fondasi-fondasi baru terbentuk dalam aliran-aliran tarekat. Tarekat-tarekat ini bercabang menjadi banyak 'ordo', yang sepenuhnya terintegrasi dengan kultus orang suci. 

Tasawuf, yang pada awalnya merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan secara khusus kepada orang-orang tertentu, mengalami perkembangan pesat. Jumlah pengikutnya semakin bertambah, sehingga menjadi suatu komunitas yang membentuk kekuatan sosial perkumpulan khusus. Perkembangan ini memunculkan organisasi sufi yang melestarikan ajaran syaikhnya. Organisasi sufi tersebut berperan penting dalam menyebarkan ajaran tasawuf dan menjadikannya sebagai kekuatan spiritual dan sosial yang berpengaruh dalam peradaban Islam yang kemudian disebut dengan Tarekat.

Macam-macam Tarekat Mu'tabarah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun