Dawai dendam kesumat ini
Pelan getar jiwa dan bumi
Melambai memanggilku
Lusuh, Â kain sarung itu di kepalanya
Perawakannya tinggi tegar, seingatku kepala ini akrab usapan tangannya
Panorama alam  di belakang rumah memanggil ingatan
Jelas! Di selimuti hijau padi dan gemericik air tempat bermain adik kecilku
Masih saja aku dalam tanya, siapa sosok itu?
Rasanya tidak begitu asing
Berada tepat di depanku, tatapan  mata yang terpisah ubin kaca
Sangat jelas dalam ingatan, tapi mataku buram kali ini
Hanya bisa menerka yang tak pasti
Perlahan aku mendekatinya
Kusapa dia dengan salam
Tetapi hanya senyum kecil tergambar di raut wajahnya yang berseri
Aku bertanya, siapa gerangan dirimu?
Tetapi sekali lagi ia tersenyum
Tak tahu dari mana, suara yang juga tidak asing mengalun lembut di telingaku
Sungguh merdu alunannya, memaksa sanubari memanggil pilu
"Jaga diri nak," begitu, indah suaranya tetapi singkat
Mata ini seketika terpejam, saat kubuka kembali sosok itu lenyap tak tau kemana
Hanya alunan suara yang mengalun indah semakin menjauh dan kemudian hilang
Sejak saat itu tidak lagi hadir menjumpaiku
Sosoknya benar-benar pergi untuk selamanya
Tiap tidurku berharap ia hadir dalam mimpi
Tetap saja ia sama sekali tak pernah hadir
Perlahan aku melupakan tentangnya
Hingga aku terbawa begitu jauh dalam arus kehidupan
Ingatan itu ingin aku hapus, tetapi demi langit dan penguasa semesta sungguh, aku tidak mampu
Semoga saja di penghidupan kedua wajahnya tak lagi samar
Suaranya tak lagi mengalun, tetapi dekapannya dan usapan tangannya kembali mendekapku
Damai, dan Damaialah Lahatmu.......
Baurung, 09/11/22
Pusi untuk  Ayu Sasmita
Fb :@yunn
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H