Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemimpin Lewat Seleksi dan Konvensi

12 Agustus 2018   10:36 Diperbarui: 12 Agustus 2018   11:10 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

8. Uji kemampuan retorika dan menyampaikan pesan secara terstruktir tanpa bias dan multitafsir

9. Uji psikologi untuk mengukur kesehatan mental

10. Ujian kejujuran lewat test psikologi.

11. Ujian psikologi untuk mengukur tingkat kestabilan emosi

Berbagai ujian diatas dijamin akan memberikan presiden yang jauh lebih baik kualitas personalnya. Ujian diatas mengukur kemampuan personal disamping melihat kemampuan dalam berorganisasi. Ujian dan seleksi ini dijamin akan sangat murah dan tak akan lebih dari 1 juta per individu.

Satu-satunya hal negatif dalam uji seleksi diatas adalah  memungkinkan kandidat terbaik muncul dari kelompok minoritas baik ras, suku, dan agama. Ini mengakibatkan kekuatiran banyak pihak karena esensi demokrasi adalah kandidat harus mewakili kelompok mayoritas.

Solusi problem ini adalah dengan membuat konvensi. Banyak negara di dunia yang mempunyai konvensi baik tertulis atau tak tertulis menyangkut kepemimpinan nasional. Di Lebanon berlaku konvensi presiden  haruslah dari kelompok Kristen Maronit, PM harus dari kelompok Islam Sunni dan Ketua Parlemen harus dari kelompok Syiah. 

Hal ini juga bisa diterapkan misalnya dengan membuat konvensi bahwa Presiden, Wakil Presiden, Panglima militer, Menteri dalam negeri, Menteri Pendidikan, Menteri agama, Menteri Luar negeri, Ketua Parlemen harus berasal dari kelompok agama mayoritas. Tentu hal ini akan ditentang oleh kelompok minoritas, dan konsekuensinya mempertajam friksi antara mayoritas dan minoritas.

Mungkinkah hal ini diterapkan ? Mungkin saja. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Sampai Abad 19, masih dianggap mustahil manusia bisa terbang. Di abad kedua puluh terbukti bahkan manusia bisa terbang pulang pergi ke ruang angkasa, dan bisa membuat benda yang lebih besar dari rumah dan memuat 500 orang melayang di angkasa.

Peradaban manusia selalu berusaha mencari sistem paling tepat yang bisa dibuat demi kesejahteraan manusia. Tapi upaya ini selalu gagal selama kalah karena ada kelompok serakah yang punya agenda sendiri demi kepentingan kelompoknya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun