b. Tuna grahita (Retardasi Mental)
Jenis ini anak tidak dapat menyesuaikan diri, IQ nya 70, sehingga anak tunagrahita memiliki keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau bahkan dibawah rata-rata, dengan demikian tujuan pendidikan untuk ana tunagrahita adalah dengan mengajarkan supaya dapat bertahan hidup seperti cara bergaul dalam masyarakat, mengurus diri sendiri, dan memberikan tanda saat menginginkan sesuatu.
3 indikator yang mengatakan bahwa anak termasuk tuna grahita adalah:
- Kecerdasan dibawah rata-rata
- Tidak mampu bersosial
- Hambatan perilaku terjadi dari usia perkembangan hingga usia 18 tahun
Karakteristik anak tunagrahita seperti dibawah ini:
- Intelektual. Pencapaian tingkat usia mental hanya sampai setingkat anak SD kelas 2, 4 atau bahkan hanya mampu hingga usia pra sekolah.
- Segi sosial. Anak tunagrahita tidak dapat bersosialisasi, mengurus diri dan memimpin diri.
- Fungsi mental. Sulit dalam memusatkan perhatian, cepat teralihkan dengan hal lain, jadi kurang mampu menghadapi tugas.
- Dorongan dan emosi. Kehidupan emosinya lemah, dan hanya terbatas pada perasaan senang, takut, marah, dan benci.
- Bahasa. Kemampuan perbendaharaan kata abstrak terbata. Rata-rata tunagrahita mengalami gangguan bicara karena cacat artikulasi dan pembentukan bunyi dipita suara dan rongga mulut mengalami masalah.
- Akademik. Hanya mampu menghitung secara umum, tidak sampai pada menganalisis dalam menghitung.
- Kepribadian dan kemampuan organisasi. Tidak mampu mengontrol diri, dapat terpengaruh oleh luar, dan tidak memiliki kepercayaan diri.
Tujuan pendidikan anak tuna grahita adalah:
- Untuk tuna grahita ringan supaya dapat mengurus dan membina diri, dapat bergaul di masyarakat
- Untuk tuna grahita sedang supaya dapat mengurus diri, dan bergaul dengan anggota keluarga serta tetangga
- Untuk tuna grahita berat supaya dapat mengurus diri seperti makan, minum, buang air besar dan saat ingin sesuatu.
c. Autis
Gangguan ini adalah sebuah kelainan dalam perkembangan pada interaksi sosial dan komunikasi yang ditandai dengan perilaku berlebihan atau perilaku berkekurangan. Perilaku berlebihan  seperti tantrum, menjerit, menggigit, mencakar, mendorong, dan memukul, bahkan dapat juga menyakiti diri sendiri. Namun untuk perilaku yang berkekurangan seperti sering dikira tuli, sering melamun, menangis dan tertawa tanpa sebab.
2. Anak dengan kesulitan belajar spesifik
Kondisi ini biasanya untuk anak yang memiliki kecerdasan normal bahkan diatas rata-rata. Anak yang ada dalam jenis kesulitan belajar spesifik mengalami kesulitan dibidang baca, tulis, dan hitung. Atau dapat disebut dengan Disleksia (untuk kesulitan dalam hal membaca dan sosial), Diskalkulia (untuk kesulitan dalam hal berhitung), dan Disgrafia (untuk kesulitan dalam hal menulis).Â
Kesulitan lain yang dialami oleh anak kesulitan belajar spesifik adalah sulita dalam memusatkan perhatian, sulit mengingat, sulit menjalankan instruksi yang panjang, sulit dalam pengorganisasian, sulit mengelola waktu,uang, bingung arah, dan juga memiliki gangguan penyerta seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Oppositional Defiant Disorder (ODD) dan Conduct Disorder (CD). Jadi individu tersebut dapat suka menentang, membangkang, bahkan melawan aturan sosial.
Faktor-faktor penyakit Disleksia diantaranya: