Mohon tunggu...
Shafo De Robby
Shafo De Robby Mohon Tunggu... -

pengangguranship

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Penataan Alur Pelayaran, Menciptakan Jalur Sutra Maritim

17 Mei 2017   11:38 Diperbarui: 17 Mei 2017   12:35 2537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan Menara Suar di berbagai penjuru Nusantara menjadi bukti pentingnya panduan bernavigasi yang aman di era lampau. Beberapa menara suar tersebut dibangun kisaran tahun 1800, diantaranya Menara Suar Cikoneng, Anyer-Jawa Barat bertahun 1885; Menara Suar Tanjung Kalian Muntok di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bertahun 1862; Menara Suar Sembilangan Madura Jawa Timur dibangun tahun 1879. Fungsi utamanya sebagai panduan bagi navigasi laut yang aman, juga dapat disimpulkan bahwa perairan tersebut telah memiliki alur pelayaran yang secara alam dipakai dalam berlalu lintas laut secara aman. Dan Nusantara sangat kaya dengan alur pelayaran alam, sekaligus menjadi pekerjaan rumah bagi Kementerian Perhubungan untuk menetapkan alur pelayaran eksisting tersebut. Karena perairan indonesia bukan hanya maslah transportasi saja, di laut Indonesia terdapat sumber mineral dan kekayaan alam lainnya. Pentingnya sebuah penetapan alur pelayaran adalah dalam rangka menata lingkungan maritim Indonesia. Ketika sesudah ditetapkan alur pelayaran pada suatu perairan, maka penatan bangunan dan instalasi perairan akan lebih tertata dan tidak saling bersinggungan kepentingan satu sama lain. Sebagai contoh adalah penataan instalasi pipa dan kabel bawah laut serta bangunan dermaga di sepanjang alur pelayaran akan lebih tertata dan terencana. 

Seberapa Pentingkah Alur Pelayaran.?

Dokumen Pribadi Shofa Dai Robbi, dari materi Japan Coast Guard
Dokumen Pribadi Shofa Dai Robbi, dari materi Japan Coast Guard
Grafis diatas adalah dokumen Japan Coast Guard, menggambarkan respon cepat ketika terjadi tsunami besar pada maret 2011. Ketika terjadi accident di laut, maka segera dilakukan survei hidrografi untuk memetakan bahaya navigasi yang mengganggu pelayaran. Japan Hydrography-Oceonography Department (JHOD) berkoordinasi dengan Otoritas Pelabuhan melakukan pembersihan terhadap gangguan-gangguan navigasi, sehingga Alur Pelayaran dapat dibuka kembali dan aman untuk pelayaran. Hebatnya Jepang hanya memerlukan 4 (empat) hari untuk memulihkan alur pelayaran kembali.

Berikut adalah grafis lain dari pemulihan Alur Pelayaran ketika terjadi bencana besar tsunami di Jepang.  

Dokumen Pribadi Shofa Dai Robbi, dari Materi japan Coast Guard
Dokumen Pribadi Shofa Dai Robbi, dari Materi japan Coast Guard
Dari grafis itu terjawab sudah bahwa Alur Pelayaran adalah organ vital bagi pelayran di laut. Kondisi bencana hebatpun, maka yang pertama kali diusahakan adalah terbukanya alur pelayaran yang aman dari bahaya navigasi. Diibaratkan tulang punggung bagi transportasi laut, ketika alur pelayaran terbuka maka kases dari dan menuju pelabuhan berjalan lancar, dengan begitu bantuan dan rekonstruksi dapat berjalan aman.

Pembelajarannya adalah ketika terjadi kecelakaan kapal yang menggangu alur pelayaran maka menjadi perhatian utama adalah bagaimana Alur Pelayaran dapat dibuka dan beroperasi normal kembali. Prosedur awal adalah dilakukan survei hidrografi untuk memetakan bahaya navigasi yang mengganggu alur, untuk kemudian bekerja sama dengan stakeholder terkait membebaskan obstacle tersebut dari alur pelayaran. Jika hal itu bisa dilaksanakan, maka tidak perlu waktu lama untuk membuka kembali alur pelayaran yang aman bagi pengguna jasa.

Studi kasus pada tahun 2015 terjadi kecelakaan kapal di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS), bangkai kapal yang mendekat alur pelayaran merupakan bahaya navigasi pelayaran baru. Perlu langkah cepat untuk membuka alur pelayaran yang aman di APBS. Distrik Navigasi Kelas I Surabaya dan Unit Pelaksana Teknis lain di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mendesaian Alur Pelayaran alternatif yang aman, sebelum wreck tersebut dipindah. Setelah dilakukan survei hidrografi dan berbagai pertimbangan maka diltentukan alur alternatif, selama wreck belum disingkirkan dari alur pelayaran eksisting.

Bersyukur Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dibawah Direktorat Kenavigasian memiliki Sub Direktorat Penataan Alur dan Perlintasan yang memberikan pengawasan dan bimbingan teknis terhadap penataan-penataan alur di Indonesia. Semoga kedepan segera terwujud Tol laut yang menghubungkan setiap wilayah-wilayah di penjuru indonesia dan terwujud Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

-----

Semoga bisa menjadi bahan diskusi bagi praktisi kemaritiman. 

tulisan ini merupakan opini pribadi penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun