Mohon tunggu...
Shafo De Robby
Shafo De Robby Mohon Tunggu... -

pengangguranship

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Penataan Alur Pelayaran, Menciptakan Jalur Sutra Maritim

17 Mei 2017   11:38 Diperbarui: 17 Mei 2017   12:35 2537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diambil dari https://www.ejiltalk.org/chinas-one-belt-one-road-initiative-can-a-bilaterally-negotiated-globalization-2-0-internalize-human-rights-labor-and-environmental-standards/

Berawal dari dialog dengan seorang Dosen Hydro-Oceanogafi di Japan Coast Guard.

" Negeri anda sangat diberkati Tuhan, punya Matahari yang bersinar terus sepanjang tahun dan juga punya Laut yang sangat luas," kata beliau, dan saya masih belum faham maksud ucapan tersebut.

"Bermodalkan sinar matahari dan air laut yang tak pernah habis, negeri anda seharusnya kaya raya. Karena cukup mengeringkan air laut, negeri anda bisa ekspor garam ke berbagai negara." 

mak jlebb...

Mungkin hanya sebatas gurauan, karena tidak mungkin suatu negara hidup dari ekspor garam, namun yang terlupakan dari bangsa besar ini adalah karena terlalu lama negeri ini membelakangi laut (mengutip istilah Bapak Jokowi). Sehingga negeri dengan garis pantai terpanjang ini masih impor garam. Lebih dari itu, berbicara laut bukan hanya potensi garam dan ikan. Laut adalah sumber kekayaan yang harus dijaga dan dikelola dengan baik. Laut tidak bisa difahami lagi sebagai pemisah antar pulau, tetapi laut adalah penghubung antar pulau-pulau. Maka fungsi laut sebagai sarana transportasi yang aman, menjadi prioritas utama dalam pemerataan pembangunan di Indonesia. 

Mengacu pada KTT One Belt One Road di Beijing dimana Bapak Presiden Jokowi hadir bersama 29 kepala negara lain, salah satu point pentingnya adalah menghidupkan kembali Maritime Silk Road (MSR), mewujudkan jalan sutra maritim yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di dunia. Indonesia dengan wilayah laut yang luas tentu memiliki peran yang sangat penting sebagai poros maritim dunia.

-----

Sejalan dengan Nawacita Laut Bapak Presiden, dalam mewujudkan Tol Laut dan menjadikan Indonesia Poros maritim Dunia, berbagai langkah telah dilakukan Pemerintah. Kementerian Perhubungan dengan  berbagai langkah strategis telah berhasil mengurai satu-persatu permasalahan transportasi laut indonesia. Berbagai kebijakan itu telah menunjukkan hasilnya, berikut adalah catatan-catatan yang terekam media.

Berbagai pencapaian Kementerian Perhubungan yang terekam oleh berbagai media : 

1. 9 April 2017 : Kapal milik perusahan pelayaran asal Perancis, Compagnie Maritime d'Affretement - Compagnie Generali Maritime (CMA-CGM) ini untuk pertama kalinya bersandar di dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT)

link: http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170423113155-92-209564/kapal-raksasa-rute-los-angles-bersandar-di-tanjong-priok/

2. 10 April 2017 : Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi resmi me-launching Pemanduan di Perairan Selat Malaka dan Selat Singapura di Harbour Bay, Batam - 

link: http://dephub.go.id/post/read/menhub---pemanduan-selat-malaka-meningkatkan-daya-saing#sthash.U7GMS85O.dpuf

3. 28 April 2017 : Disaksikan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Budi Karya Sumadi dan Menteri Perhubungan Filipina, Arthur P. Tugade menandatangani Deklarasi Bersama tentang Konektivitas Laut Indonesia-Filipina dengan menggunakan Kapal RoRo Rute Bitung-Davao/General Santos - 

See more at: http://dephub.go.id/post/read/deklarasi-bersama-ditandatangani,-ro-ro-davao-bitung-mulai-operasi-30-april-2017#sthash.LsOf8WAK.dpuf

4. 07 Mei 2017 : Menteri Perhubungan berencana membuka konektivitas antara Maluku, Indonesia dengan Australia guna mendorong industri perikanan melalui jalur laut.

http://industri.bisnis.com/read/20170508/98/651587/jalur-konektivitas-maluku-australia-akan-dibuka

Berbicara pembangunan laut indonesia tidak terlepas dari dua aspek, yaitu sisi daratan dan sisi laut. Keduanya berjalan seiring. Kesiapan JICT dengan kecanggihan peralatan bongkat muat, panjang dermaga serta fasilitas lapangan penumpukan hingga 3,5 Ha. Semua akan sia-sia jika tidak didukung alur pelayaran yang aman menuju terminal tersebut. Memang sisi darat adalah daya tarik kuat terhadap kapal-kapal yang akan bersandar, dengan ketersediaan berbagai fasilitas yang memudahkan pengguna jasa pelayaran. Sedang pada sisi laut mengedepankan keamanan dan keselamatan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim. Dianalogikan seperti terminal bus yang dibangun megah dengan segala peralatan modern dan petugas yang siap melayani, tetapi bangunan itu berada di tengah sawah tanpa akses jalan ke sana, maka akan sia-sia saja. Begitulah pentingnya penataan alur pelayaran di laut dalam mendukung kapal-kapal berlayar secara aman dan efektif menuju pelabuhan.

Alur-Pelayaran sebagaimana mengacu pada Undang-undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran memiliki definisi Perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari. Secara tradisional dapat difahami dimanapun perairan yang memiliki kedalaman dan lebar yang aman untuk kapal berlayar, serta tidak terdapat bahaya navigasi pelayaran maka bisa disebut alur pelayaran. Secara alami alur pelayaran telah ada di penjuru nusantara, namun sesuai ketentuan Permenhub nomor PM 129 tahun 2017 tentang Alur Pelayaran di Laut dan bangunan dan/ atau Instalasi di Perairan bahwa Penetapan Alur Pelayaran harus memenuhi aspek Teknis dan administrasi. Berdasar regulasi itu, maka walau secara alami suatu perairan telah aman untuk berlayar, namun perlu aspek legalitas berupa penetapan alur pelayaran pada daerah tersebut.

Bagaimana dengan Alur Tradisional.?

dokumen Pribadi, diambil dari Museum Japan Coast Guard, Odaiba City -J apan
dokumen Pribadi, diambil dari Museum Japan Coast Guard, Odaiba City -J apan
Foto diatas diambil dari Museum Japan Coast Guard, Odaiba City-Japan. Hanya berupa potongan kayu yang saling bersilangan dengan beberapa titik yang menunjukkan nama lokasi. Ketika penulis tanyakan kepada pemandu museum, beliau menjelaskan bahwa garis-garis itu merupakan panduan alur pelayaran tradisional di perairan Pasifik. Sangat sederhana jauh sebelum sistem Peta Laut dan GNSS (Global Navigation Satellite System) dikenal. Fakta sejarah itu mengungkap bahwa Alur Pelayaran dan Perlintasan sudah dikenal jauh sebelum peralatan navigasi modern ditemukan.

Bagaimana dengan laut Nusantara.?

Keberadaan Menara Suar di berbagai penjuru Nusantara menjadi bukti pentingnya panduan bernavigasi yang aman di era lampau. Beberapa menara suar tersebut dibangun kisaran tahun 1800, diantaranya Menara Suar Cikoneng, Anyer-Jawa Barat bertahun 1885; Menara Suar Tanjung Kalian Muntok di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bertahun 1862; Menara Suar Sembilangan Madura Jawa Timur dibangun tahun 1879. Fungsi utamanya sebagai panduan bagi navigasi laut yang aman, juga dapat disimpulkan bahwa perairan tersebut telah memiliki alur pelayaran yang secara alam dipakai dalam berlalu lintas laut secara aman. Dan Nusantara sangat kaya dengan alur pelayaran alam, sekaligus menjadi pekerjaan rumah bagi Kementerian Perhubungan untuk menetapkan alur pelayaran eksisting tersebut. Karena perairan indonesia bukan hanya maslah transportasi saja, di laut Indonesia terdapat sumber mineral dan kekayaan alam lainnya. Pentingnya sebuah penetapan alur pelayaran adalah dalam rangka menata lingkungan maritim Indonesia. Ketika sesudah ditetapkan alur pelayaran pada suatu perairan, maka penatan bangunan dan instalasi perairan akan lebih tertata dan tidak saling bersinggungan kepentingan satu sama lain. Sebagai contoh adalah penataan instalasi pipa dan kabel bawah laut serta bangunan dermaga di sepanjang alur pelayaran akan lebih tertata dan terencana. 

Seberapa Pentingkah Alur Pelayaran.?

Dokumen Pribadi Shofa Dai Robbi, dari materi Japan Coast Guard
Dokumen Pribadi Shofa Dai Robbi, dari materi Japan Coast Guard
Grafis diatas adalah dokumen Japan Coast Guard, menggambarkan respon cepat ketika terjadi tsunami besar pada maret 2011. Ketika terjadi accident di laut, maka segera dilakukan survei hidrografi untuk memetakan bahaya navigasi yang mengganggu pelayaran. Japan Hydrography-Oceonography Department (JHOD) berkoordinasi dengan Otoritas Pelabuhan melakukan pembersihan terhadap gangguan-gangguan navigasi, sehingga Alur Pelayaran dapat dibuka kembali dan aman untuk pelayaran. Hebatnya Jepang hanya memerlukan 4 (empat) hari untuk memulihkan alur pelayaran kembali.

Berikut adalah grafis lain dari pemulihan Alur Pelayaran ketika terjadi bencana besar tsunami di Jepang.  

Dokumen Pribadi Shofa Dai Robbi, dari Materi japan Coast Guard
Dokumen Pribadi Shofa Dai Robbi, dari Materi japan Coast Guard
Dari grafis itu terjawab sudah bahwa Alur Pelayaran adalah organ vital bagi pelayran di laut. Kondisi bencana hebatpun, maka yang pertama kali diusahakan adalah terbukanya alur pelayaran yang aman dari bahaya navigasi. Diibaratkan tulang punggung bagi transportasi laut, ketika alur pelayaran terbuka maka kases dari dan menuju pelabuhan berjalan lancar, dengan begitu bantuan dan rekonstruksi dapat berjalan aman.

Pembelajarannya adalah ketika terjadi kecelakaan kapal yang menggangu alur pelayaran maka menjadi perhatian utama adalah bagaimana Alur Pelayaran dapat dibuka dan beroperasi normal kembali. Prosedur awal adalah dilakukan survei hidrografi untuk memetakan bahaya navigasi yang mengganggu alur, untuk kemudian bekerja sama dengan stakeholder terkait membebaskan obstacle tersebut dari alur pelayaran. Jika hal itu bisa dilaksanakan, maka tidak perlu waktu lama untuk membuka kembali alur pelayaran yang aman bagi pengguna jasa.

Studi kasus pada tahun 2015 terjadi kecelakaan kapal di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS), bangkai kapal yang mendekat alur pelayaran merupakan bahaya navigasi pelayaran baru. Perlu langkah cepat untuk membuka alur pelayaran yang aman di APBS. Distrik Navigasi Kelas I Surabaya dan Unit Pelaksana Teknis lain di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mendesaian Alur Pelayaran alternatif yang aman, sebelum wreck tersebut dipindah. Setelah dilakukan survei hidrografi dan berbagai pertimbangan maka diltentukan alur alternatif, selama wreck belum disingkirkan dari alur pelayaran eksisting.

Bersyukur Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dibawah Direktorat Kenavigasian memiliki Sub Direktorat Penataan Alur dan Perlintasan yang memberikan pengawasan dan bimbingan teknis terhadap penataan-penataan alur di Indonesia. Semoga kedepan segera terwujud Tol laut yang menghubungkan setiap wilayah-wilayah di penjuru indonesia dan terwujud Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

-----

Semoga bisa menjadi bahan diskusi bagi praktisi kemaritiman. 

tulisan ini merupakan opini pribadi penulis.

penulis adalah Marine Engineer, Hydrographer alumni pendidikan JHOD-Japan Coast Guard.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun