Saat perjalanan melintasi waktu berlangsung, Andi melihat gambar-gambar kilauan yang memudar melewati dirinya. Dia melihat potongan-potongan masa lalu yang terbangun kembali di hadapannya, sebagai sebuah kilasan yang singkat dan samar.
Tiba-tiba, perjalanan itu berhenti, dan Andi merasa kakinya menyentuh permukaan yang keras di bawahnya. Dia membuka matanya dan menemukan dirinya berdiri di tengah-tengah suatu tempat yang sepenuhnya berbeda dari sebelumnya.
Langit biru yang cerah melintasi langit, dihiasi dengan awan-awan putih yang berarak perlahan-lahan. Di kejauhan, dia melihat gunung yang menjulang tinggi, menara tinggi yang mencuat di antara pepohonan hijau yang rimbun. Dia menyadari bahwa dia telah kembali ke masa lalu, ke suatu tempat yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Dengan hati yang berdebar, Andi mulai menjelajahi tempat yang baru saja dia datangi. Dia berjalan melewati jalan-jalan yang berbatu, melintasi ladang-ladang yang subur, dan menyusuri sungai-sungai yang berbelok melalui lembah yang indah. Setiap langkah membawanya lebih dalam ke dalam misteri masa lalu yang mengelilinginya.
Namun, di balik keindahan alam yang mempesona, Andi juga merasakan ketegangan yang menggelayut di udara. Dia merasa seperti ada sesuatu yang tidak biasa tentang tempat itu, sebuah perasaan yang mengganggu pikirannya.
Saat dia terus menjelajahi sekitarnya, dia mendengar suara yang akrab bergema di angin. "Andi... Andi..."
Andi terkejut mendengar suara itu dan memalingkan pandangannya ke sekeliling, mencari sumber suara tersebut. Namun, dia tidak melihat siapa pun di sekitarnya.
"Andi... Anda telah kembali ke masa lalu... Tetapi waktu itu rapuh... Andi... Anda harus hati-hati..."
Suara itu lenyap dengan cepat, meninggalkan Andi dalam kebingungan. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan atau bahkan apa yang dia cari. Tetapi dia merasa yakin bahwa ada sesuatu yang penting yang harus dia temukan di tempat ini.
Dengan langkah yang mantap, Andi melanjutkan penjelajahannya, melewati desa-desa yang terpencil dan hutan-hutan yang lebat. Dia merasa seolah-olah ada kekuatan yang memandunya, sebuah dorongan yang membimbing langkahnya ke arah yang benar.
Sementara itu, di laboratorium, Sarah masih duduk di depan layar monitor dengan cemas. Wajahnya penuh dengan ekspresi kekhawatiran, menunggu kabar dari Andi dengan harapan yang tak terucapkan.