Shaffiya Isnu Nafitri, S.P.,Gr.,M.Si
Nama CGP :CGP Angkatan 10 SMA Negeri 6 Samarinda
Pengajar Praktik : Denny Eka Wahyudi, M.Pd
Fasilitator : Purwanto, M.Pd
PERTANYAAN PEMANTIK UNTUK KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
 "Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
1. Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Pada kutipan tersebut mengajarkan bahwa sebagai seorang pendidik dan pemimpin pembelajaran, memberi pengajaran ilmu yang dapat meningkatkan intelektualitas seseorang itu adalah hal yang baik. Namun mengajarkan mereka tentang pekerti atau adab berupa sopan santun, etika,  cinta, kasih sayang, simpati, empati, dan nilai-nilai kebajikan universal lainnya adalah jauh lebih baik. Ilmu tanpa adab hanya akan berujung pada kesombongan. Mereka akan mudah merendahkan orang lain yang ilmunya lebih rendah tanpa mau mengajari atau membagikan ilmu yang ia miliki. Kaitannya dengan pembelajaran yang dipelajari pada modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin yaitu bahwa apabila kita dihadapkan  pada pilihan yang membuat kita menjadi dilema, maka keputusan yang kita ambil haruslah sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain. Selain itu, yang mendasari keputusan kita sebagai seorang pendidik bahwa keputusan tersebut haruslah berpihak pada murid, dan bisa kita pertanggung jawabkan.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan dan memberikan dampak bagi lingkungan kita?
Biasanya, sebelum mengambil keputusan kita terlebih dahulu akan melakukan komunikasi intra personal atau berkomunikasi dengan diri kita sendiri. Maka, saat kita melakukan komunikasi intra personal maka kita akan menggunakan nilai-nilai kebajikan universal yang kita anut sebagai bahan pertimbangan kita untuk memilih prinsip mana yang akan kita pakai dalam memutuskan suatu permasalahan. Diane Gossen (1998) seorang pakar pendidikan dan praktisi disiplin positif mengemukakan bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal ini merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita. Selanjutnya Gossen berpendapat bahwa bila kita ingin menumbuhkan motivasi instrinsik dari dalam diri seseorang, maka tumbuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain. Dari nilai-nilai kebajikan universal tersebut akan menuntun kita untuk menggunakan prinsip yang mana dalam menyelesaikan suatu dilema yang dihadapi. Ada tiga panduan prinsip berpikir Prinsip dalam pengambilan keputusan diantaranya yaitu berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking). Agar keputusan tersebut berdampak pada lingkungan kita, maka keputusan tersebut harus berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid, dan harus merupakan keputusan yang bisa dipertanggung jawabkan.
3. Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Â
Kontribusi yang dapat saya lakukan adalah dengan memenuhi kebutuhan belajar murid dengan pembelajaran berdiferensiasi dan melakukan pembelajaran sosial emosional yang harapannya murid selain memiliki prestasi belajar mereka juga memiliki sosial emosional yang matang sehinga nilai-nilai kebajikan universal dapat menjadi sebuah motivasi intrinsik murid dalam melaksanakan budaya positif.
4. Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Bahwa, sekolah merupakan institusi moral yang dirancang untuk membentuk karakter setiap warganya. Hubungannya dengan materi pada modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin adalah bahwa dalam pengambilan keputusan di sekolah maka kita harus berorientasi pada nilai-nilai kebajikan universal, keputusan yang berpihak pada murid, dan merupakan keputusan yang bertanggung jawab.
Koneksi Antar Materi Modul 3.1Â
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Seorang Pemimpin
Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):
- Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Pratap Triloka merupakan filosofi  yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yang terdiri dari tiga semboyan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Semboyan tersebut memiliki arti di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi dan di belakang memberikan dukungan. Jika dihubungkan dengan konteks guru sebagai pemimpin pembelajaran, maka sudah selayaknya seorang guru dari depan memberikan keteladanan yang baik bagi murid dan lingkungan di sekitarnya, sebagai seorang pemimpin ia juga harus memberikan motivasi dan semangat dari tengah, serta memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan orang-orang yang dipimpinnya. Semboyan ini menjadi landasan bagaimana sebagai seorang pemimpin harus bertindak dan mengambil keputusan. Bahwa dalam pengambilan keputusan haruslah keputusan yang berpihak pada murid, mengandung nilai-nilai kebajikan dan juga merupakan keputusan yang bertanggung jawab.
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Sebelum mengambil keputusan, biasanya kita akan melakukan komunikasi intrapersonal atau berkomunikasi dengan bahasa dan pikiran kita sendiri. Di saat itulah kita akan mengumpulkan segenap wawasan, nilai-nilai kebajikan universal, terlebih lagi sebagai seorang guru penggerak kita juga dituntut untuk terus menumbuhkan nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada peserta didik yang tertanam pada diri kita  sebagai landasan kita dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu sebagai seorang guru penggerak yang memiliki peran menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, menjalin kolaborasi antar guru dan mewujudkan kepemimpinan bagi murid, harus menjadikan sekolah yang merupakan institusi moral harus benar-benar menjadi tempat dimana ditanamkannya nilai-nilai kebajikan universal dan budaya positif kepada seluruh warga sekolah pada umumnya dan kepada peserta didik pada khususnya sehingga kelak peserta didik selain menjadi insan yang kompeten di bidangnya juga merupakan insan yang memiliki moral yang baik ketika berada di tengah-tengah masyarakat.
- Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Sebagai seorang pemimpin, kita sering dihadapkan pada masalah yang beragam, dari yang kecil hingga besar, dari yang nampaknya sepele hingga yang complicated. Permasalahan tersebut bisa berupa dilema etika dimana dihadapkan pada masalah yang sama-sama benar atau bahkan kita dihadapkan pada situasi bujukan moral  (benar lawan salah) yang membuat kita berada dalam situasi yang stuck atau membingungkan. Maka di sinilah proses coaching diperlukan untuk menuntun kita atau menuntun orang lain dalam membuat keputusan atau dalam menyelesaikan masalah melalui solusinya sendiri. Sebelum melakukan coaching kita harus memiliki paradigm coaching diantaranya yaitu Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, serta mampu melihat peluang baru dan masa depan. Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching diantaranya yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi,  dalam rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi. Â
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Pada saat pengambilan keputusan seringkali berbagai kepentingan saling bersinggungan, dan ada pihak-pihak yang akan merasa dirugikan atau tidak puas atas keputusan yang telah diambil. Perlu diingat bahwa kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan, yang semakin sering kita melakukannya maka semakin terlatih, fokus, dan tepat sasaran. Sesulit apapun keputusan yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita perlu mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Dalam mengambil keputusan diperlukan kompetensi sosial emosional yang terdiri dari mengenali diri, manajemen diri, manajemen sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Sehingga saat pengambilan keputusan kita bersikap tenang empati, fokus, dan tepat sasaran.
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang  pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokusnya pada masalah moral atau etika akan kembali kepada nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik karena dalam pengambilan keputusan, seorang pendidik harus selalu melandaskannya pada nilai-nilai kebajikan universal. Seorang pendidik dalam mengambil keputusan akan berusaha mengambil keputusan yang tepat yang tidak memihak kepada salah satu pihak dan keputusan tersebut berdampak pada terciptanya budaya yang positif, lingkungan yang aman, nyaman, memiliki resiko yang rendah atau bahkan tidak memiliki resiko sama sekali.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Benar sekali. pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Untuk menghasilkan keputusan yang tepat diperlukan keterampilan dan prosedur yang bisa terukur. Keterampilan yang diperlukan diantaranya yaitu kompetensi sosial emosional yang matang, keterampilan untuk bersikap netral dan prosedur yang terukur. Prosedur yang diperlukan bisa dengan menggunakan 9 langkah pengambilan dan  pengujian keputusan. 9 langkah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
(1). Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
(2). Menentukan siapa saja yang terlibat
(3). Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
(4). Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
(5). Pengujian paradigma benar lawan benar
(6). Prinsip Pengambilan Keputusan
(7). Investigasi Opsi Trilemma (solusi kreatif lainnya)
(8). Buat Keputusan
(9). Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan
- Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?Â
Tantangan yang sering terjadi biasanya adalah apabila kita harus memutuskan suatu dilema etika dengan cepat. Sementara itu, kita perlu waktu untuk mempelajari atau menggali informasi dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selain itu, dalam pengambilan keputusan, selalu ada konsekuensi yang mengikutinya. Terkadang tidak semua keputusan bisa memuaskan semua pihak. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi biasanya adalah reaksi tak terduga atau penolakan karena hasil keputusan berisi perubahan paradigma yang dianggap baru dan bertentangan dari paradigm yang diyakini sebelumnya. Tantangan lainnya adalah saat kita mengambil keputusan dengan menggunakan prinsip berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) keputusan kita akan dianggap kaku dan dianggap tidak memanusiakan manusia. Sehingga prinsip penyelesaian dilemma dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) dan  berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) tetap harus diperhatikan.
- Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Keputusan pengajaran yang memerdekakan murid bukan berarti membebaskan murid sesuai kemauannya tanpa adanya pengarahan dari gurunya, atau membiarkan murid bertindak sesuka hati mereka. Pengajaran yang memerdekan murid merupakan pengajaran yang berpusat pada murid dengan menggali apa yang mereka minati dan apa yang mereka butuhkan untuk kemudian dipenuhi kebutuhannya tersebut dengan teknik pembelajaran berdiferensiasi.
Pengaruh yang diperoleh dari pengambilan keputusan pengajaran yang memerdekakan murid diantaranya yaitu terpenuhinya kebutuhan belajar murid sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Â Murid juga akan termaksimalkan potensinya karena mereka dituntun untuk lebih kreatif dan bernalar kritis. Murid juga akan menjalankan kegiatan pembelajaran dengan perasaan yang bahagia karena sesuai dengan minat dan gaya belajarnya. Guru berperan untuk menjadi fasilitator dan coach bagi murid-muridnya untuk meraih kesuksesan dengan memaksimalkan bakat, minat yang mereka miliki, serta menuntun murid untuk memiliki budi pekerti yang luhur yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan universal.
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Masa depan murid atau kehidupannya sangat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran. Karena keputusan yang diambil tersebut memiliki dampak jangka pendek maupun jangka panjang bagi kehidupan murid. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus menggunakan tiga landasan utama yaitu berpihak pada murid, mengandung nilai-nilai kebajikan universal, serta merupakan keputusan yang bertanggung jawab. Prinsip berfikir yang digunakan biasanya ada berpikir berbasis hasil, berfikir berbasis peraturan dan berfikir berbasis rasa peduli. Agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan untuk menghindari kesalahan maka dapat menggunakan 9 langkah prosedur pengambilan keputusan. Â Â
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan dari pembelajaran ini dan keterkaitannya dengan materi-materi sebelumnya bahwa pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara dengan pratap triloka yang disampaikannya yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi dan di belakang memberikan dukungan). Semboyan tersebut jika dikaitkan dengan seorang pemimpin pembelajaran memiliki arti bahwa sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus memberikan keteladanan, motivasi dan dukungan serta memberdayakan potensi murid dengan baik. Selain itu pada filosofi Ki Hajar Dewantara juga menuturkan bahwa pendidikan harus berpihak pada murid, tugas guru adalah mengantarkan muridnya menuju kodrat alam dan kodrat zamannya hal tersebut sesuai dengan pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus berpihak pada murid.
Pengambilan keputusan sejalan dengan nilai-nilai guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada peserta didik
- Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Bahwa dilema etika adalah sebuah pilihan yang sulit antara hal yang benar dengan benar, sedangkan bujukan moral adalah bujukan diantara pilihan benar dengan salah. Pada kasus dilema etika terdapat ada pola, model atau paradigma pengambilan keputusan yang biasanya terjadi, diantaranya yaitu individu lawan kelompok (individual vs community),  rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyality), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).  Pada saat pengambilan keputusan terdapat tiga prinsip berpikir yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu : berpikir Berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking). Selain itu, agar keputusan kita tepat sasaran maka diperlukan 9 langkah pengambilan dan  pengujian keputusan. 9 langkah tersebut diantaranya yaitu :
(1). Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
(2). Menentukan siapa saja yang terlibat
(3). Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
(4). Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
(5). Pengujian paradigma benar lawan benar
(6). Prinsip Pengambilan Keputusan
(7). Investigasi Opsi Trilemma (solusi kreatif lainnya)
(8). Buat Keputusan
(9). Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan
Hal yang di luar dugaan saya bahwa seni mengambil keputusan yang tepat sasaran dan akurat akan lebih bisa dicapai dengan menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian. Prosedur tersebut akan meminimalisir kesalahan kita dalam membuat keputusan. Dan tanpa saya sadari, dalam mengambil keputusan saya sudah hampir menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan tersebut.
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah. Sebelum saya mempelajari modul ini saya bingung sekali dalam mengambil keputusan. Saya tidak pernah menggunakan prosedur khusus. Keputusan yang saya ambil biasanya setelah saya memperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Kemudian melihat peraturan yang ada dan berdasarkan intuisi saya semata. Setelah saya mempelajari modul ini saya jadi lebih memahami ternyata dalam mengambil keputusan agar tepat sasaran maka diperlukan 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan. Prosedur tersebut sangat membantu agar keputusan yang kita ambil bisa kita pertanggung jawabkan.
- Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, saya selalu ragu atas keputusan yang saya ambil. Saya selalu khawatir terhadap dampak yang ditimbulkan oleh keputusan saya. Namun setelah mempelajari modul ini, dampak yang saya peroleh adalah saya memiliki wawasan lebih dalam mengambil keputusan yang merupakan kasus dilema etika.
- Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting sekali mempelajari modul 3.1 ini baik bagi individu maupun sebagai seorang pemimpin. Seorang guru atau kepala sekolah, hampir setiap harinya dipaksa untuk berfikir keras mengambil keputusan. Oleh karena itu, modul 3.1 ini sangat kontekstual dan menginsipirasi saya agar lebih bijak dan memiliki kedewasaan dalam pengambil keputusan dengan melandaskan setiap keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid, serta merupakan keputusan yang bertanggung jawab. Jika kita pelajari, orang-orang sukses dan para pemimpin, mereka telah mengambil keputusan-keputusan yang berani. Terkadang, orang pandai yang ragu-ragu untuk melangkah akan dikalahkan oleh orang yang biasa-biasa saja tetapi cepat dalam mengambil keputusan. Untuk menjadi orang yang berani dalam mengambil keputusan maka diperlukan teknik agar keputusan yang diambil tepat sasaran, dan materi pada modul 3.1 ini mengajarkan tentang teknik pengambilan keputusan tersebut.
Sebuah Quotes yang selalu menjadi pengingat bagi saya :Â
"Jangan pernah mengambil keputusan ketika sedang marah dan jangan pernah membuat janji ketika sedang senang." - Ali bin Abi Thalib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H