Mohon tunggu...
Shaffiya Isnu Nafitri
Shaffiya Isnu Nafitri Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Hidup adalah perjalanan. Dunia hanyalah tempat persinggahan. Tinggalkan jejakmu dengan tulisan yang menginspirasi kebaikan, menggerakkan kesadaran, mengingatkan serta memberi pelajaran, agar generasi setelahmu mengenangmu sebagai pribadi yang bermanfaat dan bermartabat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hasil Wawancara dan Analisa Dilema Etika yang Dihadapi Kepala Sekolah, Tugas Demonstrasi Kontekstual 3.1

9 Agustus 2024   18:36 Diperbarui: 9 Agustus 2024   19:54 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nama CGP : Shaffiya Isnu Nafitri, S.P.,Gr.,M.Si

Nama Pengajar Praktik : Denny Eka Wahyudi, M.Pd

Nama Fasilitator : Purwanto, M.Pd

Nara Sumber : 

1. DR. Muhammad Nasir, M.Pd

2. Dwisari Harumingtyas, M.Pd

Tugas Demonstrasi Kontekstual 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin :

  1. Anda diminta untuk mewawancarai 2-3 pimpinan (kepala sekolah) di lingkungan Anda (salah satunya adalah pimpinan di sekolah asal Anda).
  2. Hasil wawancara ini adalah untuk mendapatkan sebuah wacana tentang praktik pengambilan keputusan yang selama ini dijalankan, terutama untuk kasus-kasus yang di mana nilai-nilai kebajikan saling bersinggungan, atau untuk kasus-kasus dilema etika yang sama-sama benar.
  3. Apa yang selama ini dilakukan pimpinan-pimpinan tersebut, praktik apa yang selama ini dijalankan?
  4. Analisis praktik pengambilan keputusan dilema etika tersebut di antara para pemimpin yang Anda wawancarai, dan kaitkan dengan pengetahuan Anda sendiri tentang 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian.
  5. Analisis dan lakukan refleksi atas hasil wawancara tersebut. Silakan unggah hasil wawancara dan refleksi Anda dalam bentuk video/audio/tertulis.

 

A. Hasil Wawancara

Hasil Wawancara dengan Kepala SMA Negeri 6 Samarinda.

Pertanyaan 1. 

Selama ini, bagaimana Bapak dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral? 

Jawaban 1 :

Sepemahaman saya, dilema etika ini merupakan pilihan-pilihan sulit antara dua hal atau lebih yang sama-sama benar. Sedangkan bujukan moral, adalah pilihan antara benar dan salah. Dalam menganalisa, saya biasanya terlebih dahulu akan melihat peraturan yang ada. Apakah kasus-kasus yang saya hadapi ini melanggar hukum dan melanggar nilai-nilai kebajikan yang saya yakini atau tidak. Jika tidak melanggar, maka saya menganggap itu sebagai dilema etika. Jika ada unsur melanggar hukum atau nilai-nilai kebajikan yang saya yakini yang dihadapkan pada suatu masalah yang memiliki nilai kebenaran maka saya anggap itu adalah bujukan moral.

Pertanyaan 2. 

Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?

Jawaban 2 :

Saya akan melihat berbagai aspek. Aspek utama yang akan saya lihat adalah apakah keputusan saya ini berpihak pada murid. Kemudian, saya akan berusaha untuk bersikap adil, dan memberi dampak yang baik bagi berbagai pihak.

Pertanyaan 3.

Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?

Jawaban 3 :

Biasanya, yang saya lakukan adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk mengetahui kebenaran terlebih dahulu. Lalu saya akan mempelajarinya dan menganalisa apa dan bagaimana dampaknya. Kemudian, jika saya bingung dalam memutuskan biasanya saya akan bertanya kepada rekan sejawat saya, atau wakil-wakil kepala sekolah saya.

Pertanyaan 4.

Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Jawaban 4 :

Menurut saya, langkah yang paling efektif adalah bersikap tenang, mengumpulkan rekan sejawat (wakil-wakil kepala sekolah) untuk bermusyawarah, menganalisa permasalahan yang ada, mengumpulkan informasi dari berbagai pihak yang saya anggap relevan, berusaha bersikap senetral mungkin, mencari solusi alternatif lain, dan membayangkan hasil keputusan yang saya ambil tersebut jika diketahui oleh khalayak ramai saya akan bersikap tenang dan tidak merasa bersalah.

Pertanyaan 5.

Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Jawaban 5 :

Selama saya menjabat sebagai kepala sekolah, hal yang paling menjadi tantangan buat saya adalah saat saya mengambil keputusan yang berdasarkan peraturan kemudian keputusan saya tersebut tidak diterima atau bahkan ditentang keras oleh hampir semua guru yang saya pimpin.

Pertanyaan 6.

Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?

Jawaban 6 :

Tidak. Saya biasanya cepat dalam mengambil keputusan. Tergantung permasalahan yang ada. Namun, biasanya saya berprinsip semakin cepat semakin baik namun tetap menjalankan prosedur yang sesuai dengan aturan yang berlaku dengan mencari sumber informasi yang sebanyak-banyaknya.

Pertanyaan 7.

Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?

Jawaban 7 :

Faktor-faktor yang memudahkan saya dalam mengambil keputusan biasanya yang paling utama adalah peraturan yang ada. Peraturan lah yang menjadi landasan utama saya dalam bersikap dan bertindak. Kemudian faktor yang kedua adalah musyawarah dengan rekan sejawat, dengan wakil-wakil kepala sekolah, atau guru-guru yang saya anggap relevan dengan kasus yang dihadapi.

Pertanyaan 8. 

Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

Jawaban 8 :

Pelajaran yang saya petik saat mengambil keputusan dilema etika adalah bahwa dalam mengambil keputusan kita perlu melihat berbagai aspek dan tujuan apa yang ingin kita capai. Kita juga perlu mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya agar tidak salah atau sifatnya menghakimi hanya dari sudut pandang tertentu saja. Seorang Kepala sekolah atau guru, terkadang berfikir sangat keras dalam mengambil keputusan baik yang berupa dilema etika ataupun yang sifatnya bujukan moral. Semua itu tidak mudah bagi pada walnya. Namun, semakin banyak pengalaman semakin membantu kita dalam memutuskan yang terbaik dari yang baik.

Hasil Wawancara dengan Kepala SMK Negeri 3 Samarinda.

 

Pertanyaan 1 :

Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?

 Jawaban 1 :

Kasus dilema etika yang terjadi di sekolah pastinya pernah di hadapi oleh  guru dan Kepala Sekolah, berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah, kinerja guru, problema belajar siswa juga dengan orang tua siswa. Dilema merupakan situasi sulit yang mengharuskan untuk menentukan pilihan diantara dua kemungkinan yang sama-sama benar atau bahkan terkadang meskipun sama-sama benar tetapi tidak menyenangkan dan menguntungkan. Sedangkan etika berhubungan dengan apa yang baik dan buruk, kromo atau manner.

Jika terjadi kasus yang berkaitan dengan dilema etika, sebagai Kepala Sekolah baiknya tidak langsung memberikan tanggapan.  Perlu mendengar info lebih banyak lagi,di cari data-data  sebagai info pendukung dari beberapa saksi termasuk berupa audio atau visual gambar/ foto/ video. Pertanyaan seperti wartawan siapa yang berkasus, dimana kejadiannya di sekolah atau di luar sekolah, kapan waktunya dan berapa lama, bagaimana kejadiannya dan lain-lain.

Kepala Sekolah harus bijaksana termasuk dalam memberikan tanggapan atau membuat kesimpulan dari kasus dilema etika, dicari solusi yang terbaik dan win-win solution.

Pertanyaan 2 :

Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?

Jawaban 2 :

Pengambilan satu keputusan  saya selaku  Kepala sekolah  untuk kasus-kasus  dilema menurut saya  perlu di dasarkan pada  beberapa hal di antaranya  penghargaan kita pada  orang lain yang disertai rasa hormat, atas dasar persamaan hak adanya  tanggung jawab dan berkeadilan,  kepala sekolah memelihara sifat netral dan tidak  memihak siapapun,  tidak  memberikan perlakuan khusus secara pribadi,  berhati-hati  terhadap sudut pandang orang lain apalagi yang mempengaruhi dan terkesan mendikte, tidak melibatkan kepentingan pribadi dan keinginan mengambil  keuntungan dari  kasus yang di hadapi.

Pertanyaan 3 :

Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?

Jawaban 3 :

 Langkah-langkah yang biasa dilakukan saat menjumpai kasus :

  • Mengidentifikasi kasus berdasarkan adanya Laporan.  Jika  Pelapor adalah orangtua siswa atau yg lainnya, harus jelas identitasnya bisa menunjukkan KTP (kartu pelajar), dan lain-lain.
  • Mengumpulkan informasi dan data pendukung
  • Melibatkan beberapa orang guru yang berhubungan dan relevan dengan kasus yang dilaporkan.
  • Mengkonfirmasi data-data yang ada dan dicross check
  • Menentukan alternatif  pilihan  dari keputusan yang akan diambil.  Kalau begini keputusannya dampak/ akibatnya apa, resikonya apa.
  • Menjalankan keputusan yang diambil dan disepakati dengan penuh tanggung jawab.

 Pertanyaan 4 :

Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Jawaban 4 :

Keputusan  atas kasus kasus dilema etika yang ada di sekolah  supaya efektif   harus disesuaikan dengan  tujuannya dan diselesaikan dalam waktu  secepat mungkin.  Pada pengambilan keputusan Kepala sekolah harus bisa mengelola dan mengatur emosi dan tidak mudah terpancing  emosi orang lain/yang sedang dihadapi.  Tidak over thinking  dan berfikir  untuk  menyederhanakan  masalah bukan  memperluas dan memperbesar masalah dan  benar-benar mempertimbangkan   akibat dari  keputusan yang akan di ambil, tidak melambat lambatkan  untuk   penanganan kasus  yang ada.

Pertanyaan 5 :

Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Jawaban 5 :

 Tantangan dalam pengambilan keputusan  pada kasus dilema etika diantaranya

  • Cepat atau Mudah  Terpancing emosi dan baperan. Langkah yang diambil harusnya semua berfikir tenang dan logis. Menghadapi orang yang sedang emosi  kita harus tenang dan tarik nafas dalam  posisi tubuh tegak dan wajah yang tersenyum.
  • Hanya melibatkan dan menugaskan guru tertentu, yang relevan dengan kasus yang dihadapi.  Agar masalah tidak meluas dan cepat diselesaikan.

Pertanyaan 6

Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?

 Jawaban 6 :

Tidak ada   penjadwalan  khusus  dalam penyelesaikan kasus dilema etika. Langsung  menyelesaikan secepatnya .  Makin cepat makin bagus

Pertanyaan 7 :

Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?

Jawaban 7 :

Pengambilan keputusan dipengaruhi juga oleh pandangan atau saran dari orang yang ada di manajemen sekolah, seperti wakil kepala sekolah dan kaprodi .  semua pendapat yang diberikan  tetap didengarkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

Pertanyaan 8 :

Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

 Jawaban 8 :

Pembelajaran yang dapat dipetik dari pengambilan keputusan dilema etika bahwa

Semua masalah atau kasus sebaiknya harus ditanggapi cepat diselesaikan juga di cari solusinya dengan komunikasi yang baik dan saling menghormati.

Belajar menjadi lebih bijaksana dan memuaskan semua orang dalam pengambilan keputusan dan tidak berpihak.

 B. Analisis dan Refleksi

  • Hal menarik yang muncul saat wawancara adalah bahwa masing-masing kepala sekolah memiliki teknik dan cara sendiri dalam mengambil keputusan. Namun keduanya masih berpihak pada nilai-nilai kebajikan dan sesuai dengan etika keprofesian.
  • Secara umum, Kepala SMA Negeri 6 Samarinda dalam mengambil keputusan prinsip utama yang digunakan adalah prinsip berfikir berbasis peraturan (Rule-Based-Thinking). Sedangan Kepala SMK Negeri 3 Samarinda, dalam mengambil keputusan prinsip utama yang digunakan adalah prinsip berfikir berbasis rasa peduli (Care-Based-Thinking). Salah satu Kepala sekolah dalam pengambilan keputusannya sudah terdapat prosedur namun belum dilakukan secara lengkap. Harapannya, kedepannya harus diupayakan dalam mengambil keputusan perlu adanya prosedur khusus sehingga dapat diukur seberapa efektifkah keputusan yang diambil tersebut dilihat dari faktor resiko dan dampaknya.
  • Pada kasus dilema etika biasanya terdapat empat paradigma, diantaranya yaitu paradigma individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, jangka pendek lawan jangka panjang.
  • Pengambilan keputusan pada dilema etika sendiri bersifat relatif, dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Namun prinsip pengambilan keputusan yang biasa diambil ada tiga yaitu berpikir berbasis hasil Akhir (Ends-Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking)
  • Konsep pengambilan dan pengujian keputusan pada kasus dilema etika dan bujukan moral ada 9 langkah diantaranya yaitu : (1). Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan; (2). Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini; (3). Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasinya; (4). Pengujian benar salah (Uji legal, Uji Regulasi/Standar Profesional, Uji Intuisi, Uji Publikasi, Uji panutan/Idola); (5). Pengujian Paradigma dilema etika (benar lawan benar); (6). Melakukan prinsip resolusi(dengan menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan); (7). Investigasi Opsi Trilema (Solusi kreatif lainnya); (8). Buat Keputusan; (9). Lihat lagi keputusan dan refleksikan.

Sumber : Modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak. Kemendikbudristek. Tahun 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun