Mohon tunggu...
Shafa Varera
Shafa Varera Mohon Tunggu... Freelancer - Be better everytime

bercerita untuk berbagi dan bermanfaat. mom's of two child and a wife, blogger and listener

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tukang Odong-Odong dan Hujan

23 Februari 2021   04:29 Diperbarui: 23 Februari 2021   05:24 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Loh, pasirnya tidak ada Bude?"

"Iya, kena hujan angin kemarin itu semua berantakan, Mbak." Wajahnya masih tersenyum, sama sekali tidak menyiratkan kekesalan. Ada kekikhlasan dan ketabahan di matanya.

"Astaghfirullah. Yang semalam itu Bude?"

"Bukan. Yang kapan itu waktu hujan angin jam 9 malam itu. Saya sudah bilang Mamiknya sudah mendung ini pulang saja, tapi masih aja naikin anak yang dateng naik odong-odong. Saya pulang duluan bawa beberapa yang sudah saya beresi. Pas pulang itu hujan angin, air hujan masuk ke pasir-pasir itu."

Hatiku langsung pedih. Baru saja bangkit dari keterpurukan setelah covid yang tidak memperbolehkan mereka berjualan, kini ada saja yang membuat mereka harus lebih sabar.

"Tadinya malam ini juga nggak mau jualan, lihat langit mendung. Saya bilang Bismillah sudah, niatkan untuk bayar pondoknya yang besar. dua bulan belum bayar, Mbak." Ibu setengah baya itu terlihat tersenyum ikhlas. Beliau juga cerita anaknya yang paling besar hasil pernikahannya terdahulus sempat masuk rumah sakit karena mag akut sehingga uang pembayaran pondok digunakan untuk pengobatan.

Saya selalu suka belanja di pinggir jalan, permainan rakyat dan beli di kaki lima karena ada banyak cerita yang bisa saya jadikan pelajaran. Banyak yang berjuang untuk tetap bisa mencari rezeki berkah dan banyak orang baik yang saya temuka di tempat-tempat seperti itu.

Mereka banyak membuat saya merasa kagum dengan kei khlasan dan kesabaran. Mereka yang mungkin jauh dari kata sukses yang diidentikkan dengan kekayaan yang berlebih.

Namun, mereka sukses membuat banyak keluarganya terbantu dan menyekolahkan anak-anaknya. Mereka sukses mengajarkan kepada anak-anaknya kalau selalu ada jalan rezeki bagi mereka yang mau berusaha.

Mereka meniatkan usaha mereka untuk bisa membiayai keluarganya, membantu keluarga yang kesulitan dan yang lebih penting mereka menghindari dari meminta-minta.

Mereka mencari berkah dan bahagia yang sederhana. Sesederhana senyum ikhlas mereka yang tak mengeluh meski kadang penat dan lelah mendera, tapi tak banyak uang yang didapatkan. Cukup menjadi sebuah kata yang mereka rasakan. Sedikit ataupun banyak, seberapapun tetap bisa menjadi jalan syukur mereka padaNya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun