Beberapa tahun terakhir ini, Odong-odong menjadi salah satu hiburan rakyat yang banyak disukai. Taman kota dan lapangan dijadikan sebagai tempat hiburan malam rakyat sekaligus tempat berkumpul di tempat terbuka.
Banyak permainan anak yang digelar di lapangan kota setiap malam seperti odong-dong, rumah balon, main pasir, melukis di sterofoam dan bermain mobil dan motor mini.
Tarifnya pun beragam mulai dari Rp. 5.000,- sampai Rp 20.000,- untuk mobil mini yang dapat digunakan untuk 30 menit. Biasanya mobil yang besar yang tarifnya paling mahal. Taman hiburan rakyat ini banyak digemari karena murah dibanding bermain di Mall.
Ada pula yang memilih membuka permainan odong-odong di depan tempat perbelanjaan seperti minimarket atau deretan ruko. Sama seperti depan kompleks perumahan kami yang awalnya hanya ada odong-odong, lama kelamaan menjadi bisa buka lebih banyak permainan. Tak perlu jauh sampai ke taman kota untuk bisa naik odong-odong.
Sayangnya, mereka membuka di pinggir jalan yang sulit untuk parkir. Saya pun tidak bisa hanya sendiri bersama anak-anak karena takut anak-anak jalan sendiri tanpa pengawasan. Saat Ramadhan, mereka membuka di lapangan dalam kompleks saat banyak pedangan makanan berjajar menjajakan takjil dan makanan buka puasa.Â
Sejak pindah di daerah Pagutan, kami cukup sering naik odong-odong di depan kompleks ini. Ternyata beliau tinggal di perumahan sebelah perumahan kami.
Beberapa kali saya bertemu saat jalan-jalan bersama anak-anak. Beliau memiliki dua orang anak yang kadang ikut menunggu odong-odong saat amlam karena tidak ada yang menjaga di rumah.
Ada tempat seperti gerobak tertutup dari kayu yang besar dibuatkan oleh Mamik (panggilan untuk Ayah yang memiliki gelar bangsawan yaitu Lalu dalam bahasa sasak) agar mereka nyaman saat ikut orang tuanya menjaga odong-odong. Mereka pun kadang sambil membawa buku untuk belajar sambil sesekali bermain dan membantu orang tuanya merapikan mainan yang dijual.
Sekarang mereka sudah tumbuh dewasa dan sudah jarang ikut orang tuanya karena yang besar sudah masuk ke pondok pesantren. Tinggal si bungsu yang ikut berjualan sambil bermain dan sesekali memainkan apa yang dijajakan orang tuanya. Saya iktu ikut bahagia ketika banyak yang berkunjung.
Sejak covid, mereka sedikit kesulitan karena untuk beberapa saat tidak berani membuka lapak odong-odong. Anak-anak diharuskan sekolah dari rumah dan usaha mereka benar-benar macet. Namun, semakin lama semakin membaik.Â
Semalam, anak-anak ingin main pasir ajaib, ternyata tidak ada saat sampai di tempat itu.