Mohon tunggu...
Shafanissa Aura Nurjihan
Shafanissa Aura Nurjihan Mohon Tunggu... Undergraduate Economics Student at University of Brawijaya

Saya memiliki minat yang mendalam dalam analisis data ekonomi, investasi, dan perencanaan keuangan. Saya suka menggali informasi ekonomi terkini dan mengikuti tren bisnis global.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Fakta Kudeta Bisnis Indomie, Harga Saham Mie Gaga Naik?

17 Oktober 2023   19:40 Diperbarui: 18 Oktober 2023   02:18 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Olah Data Penulis

Beberapa bulan yang lalu, tepatnya pada bulan Agustus. Media sosial dihebohkan dengan berita kudeta bisnis yang dilakukan PT.Indofood CBP Sukses Makmur yang dibawahi oleh Salim Grup. Dilansir dari akun media sosial X: @senenjayamall “Fakta punya fakta ternyata pendirinya adalah Djajadi Djaja, pencetus INDOMIE yang kini tersingkir dari produk yang dilahirkannya sendiri”.

Sejarah Indomie dan Mie Gaga

Sebelum fakta ini tersebar luas, publik mengira Indomie dibawahi oleh Salim Group. Tapi, kenyataannya Indomie pertama kali dicetuskan oleh Djajadi Jaya. Indomie pertama kali dirintis oleh Djajadi Jaya dan rekan sebelum akhirnya menjalin hubungan kerja sama dengan Salim Group. PT. Indofood CBP Sukses Makmur adalah bagian dari Salim Grup awal mulanya merupakan produsen tepung terigu merek Bogasari, sekarang menjadi PT Bogasari yang dibawahi oleh Salim Group juga.

Awalnya, ICBP adalah perusahaan produsen tepung terigu yang terkenal dengan merek Bogasari. Mereka telah memproduksi tepung ini sejak tahun 1960-an dan menciptakan produk mie instan pertama, diproduksi oleh PT Sarimi Asli Jaya. Sarimi hadir berkat kebolehan Salim Group dalam membaca kondisi pasar dimana sedang terjadi krisis pasokan beras di Indonesia.

Namun pada tahun 1984, pemerintah mengalokasikan dana sebesar 600 juta dollar amerika untuk impor beras dan berusaha mencapai swasembada beras. Sementara itu, Bogasari telah menjalin kontrak jangka panjang untuk membeli gandum. Maka dari itu, Bogasari kemudian meningkatkan produksi mie instan sebagai langkah strategis untuk menjaga kelangsungan bisnisnya dalam jangka panjang, walaupun muncul beberapa kendala lainnya.

Karena kapasitas produksi Sarimi cukup kecil, Salim Group meminta bantuan kepada kompetitornya, yaitu Indomie dan Supermie. Indomie saat itu masih berada di genggaman pencetusnya menolak hubungan kerja sama tersebut, tidak terima dengan penolak tersebut. Salim group seolah ingin memberikan efek jera, Salim Group berkerja sama dengan Supermie. Mereka mencapai tujuan tersebut dengan cara promosi yang agresif dengan menurunkan harga produk mereka hingga jauh di bawah Indomie.

Akibatnya pangsa pasar Indomie direbut sebesar 40%. Upaya kolaborasi ini mengintervensi Indomie dan akhirnya mengubah keputusannya. Djajadi jaya akhirnya menyerah dan sepakat untuk mendirikan perusahaan patungan bernama PT. Indofood Interna Coorporation pada 1984 dengan pembagian saham 57.5% dimiliki Indomie dan 42.5% dimiliki Salim Group.

Pada awalnya kerja sama kedua perusahaan ini berjalan dengan baik. Pemantik permasalahan Djajadi, dkk dan Salim Group diawalmulai oleh permasalahan keuangan pada perusahaan djajadi, PT. Sanmaru Food Manufacturing. Sehingga, Salim Group memutuskan untuk mengganti distributor bahan bakunya kepada PT. Indomarco Adi Prima yang bukan tidak lain merupakan anak perusahannya sendiri.

Secara perlahan, Salim Group melakukan kudeta halus kepada Indomie dengan mengakuisis saham secara keseluruhan. Menurut “rumor” yang beredar, Djajadi dipaksa menyerahkan sahamnya. Tahun 1992 menjadi puncak tersingkirkannya Djajadi dari lini bisnis Indomie. Pada tahun 1994, Indomie sukses dimiliki sepenuhnya oleh Salim Group. Djajadi sempat ingin merebut kembali hak asuh Indomie dan menuntut kerugian 620 miliar pada tahun 1998, namun djajadi kalah telak di pengadilan.

Hidup harus terus berjalan, Djajadi Djaya melanjutkan mimpinya untuk menghasilkan makanan pokok yang bernutrisi dan sehat dengan harga terjangkau. Lahirlah PT. Jakarna Tama pada 20 Juni 1980. Produk mie instan produksi PT Jakarna Tama bernama mie gaga. Tidak hanya mie instan, perusahaan ini memproduksi sejumlah produk lain, seperti makanan kalengan, sosis siap makan, dan bumbu penyedap.

Mengetahui fakta tersebut, masyarakat merasa iba dan kasihan, mereka berbondong bondong pergi ke supermarket terdekat untuk membeli mie instan keluaran perusahaan milik Djajadi tersebut. Menurut mereka Djajadi Djaya deserves a happy ending. Bahkan beberapa konsumen secara terang-terangan memperlihatkan mengambil Mie Gaga di berbagai mini market bahkan supermarket, dan mengabaikan Indomie.

Pengaruh Media Sosial terhadap Harga Saham

Teori yang mengatakan bahwa harga saham mencerminkan informasi tentang perusahaan adalah teori pasar efisien atau efficient market hypothesis. Teori ini menyatakan bahwa harga saham mencerminkan seluruh informasi dan kenyataan yang terjadi di perusahaan. Akankah teori ini berlaku pada kasus yang menyangkut PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan PT Wicaksana Overseas International Tbk (WICO)?

Polemik antara pendiri dua produsen mie instan menjadi viral di media sosial. Perselisihan antara Indomie, yang diduga mencuri hak asuh Indomie dari pencetusnya, mengakibatkan nilai pasar PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) turun Rp 6,7 triliun. Dalam tiga minggu terakhir, saham ICBP merosot 4,9%, dari Rp11.125 per saham pada 18 Agustus menjadi Rp129,71 triliun pada 8 September 2023, menurut Refinitiv.

Pada grafik harga saham ICBP terlihat mengalami bearish reversal, teramati sejak 21 Agustus 2021. Penurunan ini berbarengan dengan viralnya video kudeta Indomie di media sosial yang diunggah pada 21 Agustus 2023 dan telah ditonton oleh jutaan orang. Harga saham mengalami penuruna sebesar 0,21% dan meneruskan tren penurunan hingga akhir bulan September, meskipun mengalami kenaikan tetapi tetap terjebak atau tidak mampu melebihi harga sebelumnya.

Harga saham ICBP turun ke titik terendah selama bulan Agustus di harga sebesar 11.200 pada tanggal 31 Agustus 2023, setelah mengalami penurunan selama sepuluh hari terakhir. Dengan jarak satu bulan dari mencuatnya berita tersebut, ICBP turun ke titik terendahnya selama sebulan terakhir, hingga menyentuh harga 10.8 pada 20 September 2022.

Muhammad Nafan Aji Gusta, seorang senior di Mirae Asset Sekuritas, berpendapat bahwa penurunan harga saham yang terkait dengan isu yang sedang viral hanya bersifat sementara. Apalagi bagi sebuah perusahaan bagian dari gurita bisnis Salim Group.

Pada bulan Oktober, saham perusahaan mengalami breakout. Harga saham yang sebelumnya stagnan berhasil menembus garis resistennya dengan level harga tertinggi 11.625 pada 5 Oktober 2023. Ini merupakan harga saham tertinggi selama beberapa minggu terakhir.

Sumber: Olah Data Penulis
Sumber: Olah Data Penulis

PT Djangkar Djati adalah anak perusahaan dari PT. Jakarna Tama yang berganti nama pada tahun 1992 menjadi PT Wicaksana Overseas International. Perusahaan ini bergerak pada bidang distribusi produk, salah satunya mie instan merk “mie gaga”. Perusahaan ini pertama kali menawarkan sahamnya kepada publik pada tanggal 8 Agustus 1994 dengan kepemilikan saham terbesar sebanyak 14,36% oleh Djajadi Jaya.

Saham WICO tercatat dalam daftar pemantauan khusus BEI karena memiliki karakteristik yang mencakup ekuitas negatif dalam laporan keuangan terbaru dan rendahnya likuiditas dengan nilai transaksi harian di bawah Rp 5 juta serta volume transaksi harian di bawah 10.000 saham selama 6 bulan terakhir di pasar reguler dan/atau pasar reguler periodic call auction.

Namun, tampaknya pemberitaan terkait kudeta yang diakukan Indofood harga saham mengalami bullish reversal. Tren kenaikan ini dimulai sejak 31 Agustus. Sehari setelah tagar bertuliskan Mie Gaga menjadi trending topic di media sosial X. pada tanggal 31 Agustus 2023, saham WICO ditutup pada angka 117, mengalami kenaikan signifikan sebesar 9,35%.

Sejak penutupan tanggal 31 Agustus hingga 15 September, saham WICO melonjak hingga mencapai 132,47%. Harga saham tertinggi melonjak sebesar 42% dari bulan sebelumnya, dengan harga saham tertinggi sebesar 322.

Kenaikan harga saham karena berita positif seringkali tidak bertahan lama dan bisa diikuti oleh koreksi harga yang signifikan. Tercatat pada bulan Oktober 2023, harga saham terkoreksi sejak tanggal 1 hingga 16 Oktober dengan harga terendah 280, terkoreksi sebesar 13% dari bulan sebelumnya.

Kesimpulan

Penurunan harga saham setelah muncul berita negatif seringkali hanya bersifat sementara karena investor mungkin terpancing untuk menjual saham mereka sebagai respons awal terhadap berita buruk tersebut.

Pada kuartal III (September) tahun 2023, penjualan ICBP mengalami peningkatan sebesar 69% dari kuatal sebelumnya, menjadi 4,08 triliun. Penjualan ICBP kuartal ini juga meningkat sebesar 50% menjadi 48,9 triliun.

Meskipun, harga saham ICBP sempat terkoreksi karena adanya isu terkait konflik bisnis dengan Mie Gaga, aksi boikot Indomie oleh konsumen tidak berdampak banyak terhadap penjualan mie instan tersebut. Melainkan menyumbang penjulan neto terbesar, yaitu 35.74 triliun.

Sementara itu, WICO mencatat kerugian 120,25 trilliun pada kuartal III (September) tahun 2023 meningkat 26% dari kuartal sebelumnya. Mesikpun penjualan WICO meningkat sebesar 42%, harga pokok penjualan meningkat lebih besar, yaitu 43%.

Meskipun ICBP sedang diterpa berita negatif, terdapat peningkatan pada laba per saham dasar pada kuartal III yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan terus membaik. Situasi sebaliknya terjadi pada WICO, rugi per saham dasar terus menerus mengalami peningkatan sejak kuartal I 2023.

Menurut data dari Euromonitor pada tahun 2017, keluarga Salim, melalui Grup Indofood (melalui Indofood CBP Sukses Makmur/ICBP), mendominasi pasar dengan Indomie, memiliki pangsa pasar sekitar 70% selama periode 2012-2017. Di sisi lain, PT Jakarana Tama, yang dimiliki oleh Djajadi Djaja dengan merk Mie Gaga, memiliki pangsa pasar lebih dari 2%.

Indofood, yang telah lama memproduksi Indomie, memiliki citra merek yg melakat di masyarakat, menjadikan mereka sebagai pemimpin pasar dalam produk mie instan di Indonesia. Tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk ini sudah sangat tinggi, sehingga harga saham akan sangat sensitive terhadap berita negatif terkait perusahaan.

Berita negatif yang melibatkan perusahaan tampaknya tidak berpengaruh signifikan terhadap perusahaan tersebut, mengingat kompleksitas dan ketangguhan bisnisnya yang besar, mengingat ICBP merupakan anak perusahaan dari INDF.

Meskipun berita positif yang mengindikasikan peningkatan harga saham WICO muncul, kenaikan tersebut tidak berlangsung lama karena kompetitornya memiliki skala yang lebih besar dan kestabilan keuangan yang lebih matang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun