Pasti kalian sudah tidak asing dengan Buya Hamka. Penulis dengan nama asli Haji Abdul Malik bin Karim bin Amrullah ini sukses membuat kurang lebih 84 (delapan puluh empat) novel selama hidupnya. Bahkan ada dua novelnya yang sudah dibuatkan film lho, mungkin beberapa dari kalian tahu film apa yang diadaptasi dari novel Buya Hamka ini, yaitu Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Di Lindungan Ka'bah.
Selain kedua novel tersebut adapun novel karya Buya Hamka ini yang digemari oleh pembaca setia Buya hamka yaitu Terusir. Novel ini sukses membuat pembacanya terharu sekaligus terkagum. Karena Buya Hamka membuat karakter bernama Mariah sebagai wanita yang tangguh. Beberapa dari kalian mungkin penasaran seberapa Tangguh seorang Mariah ini? Mari kita Simak pembahasan berikut.
Sebelum memasuki ke peran tokoh dalam novel Terusir ini, mari kita bahas profil dari novel Terusir terlebih dahulu. Novel yang terbit pada tahun 2016 ini memang tidak sepopuler dengan novel Buya Hamka yang lainnya, tetapi novel ini memliki banyak nilai kehidupan yang bisa dipetik.
"Aku ingat kembali malam itu, hujan rintik-rintik yang turun di atas rumah, di bawah udara bulan November yang amat sejuk, aku berjalan seorang diri tak tentu arah." (Tulisan di sampul novel)
Novel Terusir mengisahkan tentang seorang perempuan miskin bernama Mariah yang mempunyai suami bernama Azhar, dikurniakan seorang putra yang bernama Sofyan. Kehidupan mereka tidak mendapat tentangan ayah Mariah, walaupun pada awalnya diberitahu supaya Azhar bersiap sedia untuk menghadapi tentangan keluarga Azhar sendiri, oleh sebab Mariah berasal daripada keluarga miskin yang tidak terpandang dan Mariah juga tidak memiliki sosok ibu, yang membuat keluarga Azhar semakin tidak yakin dengan Mariah.
Benar saja dugaan Mariah, keluarga Azhar tidak benar-benar menerimanya, mereka mengatakan bahwa Mariah ini tidak tahu adat istiadat keluarga Azhar, sudah begitu Mariah berasal dari miskin pula, sehinggalah Mariah difitnah oleh keluarga Azhar. Betapa malangnya Mariah tempat ia untuk mengadu nasib dan tempat perlindungannya termakan dengan omongan fitnah keluarganya sendiri. Ya! Azhar lebih memilih untuk memercayai keluarganya sendiri ketimbang mendengarkan perkataan Mariah.
Hancur sudah hati Mariah kala itu, bagaimana tidak, suaminya sendiri sudah terhasut dengan fitnah keluarganya sendiri yang membuat Mariah terusir dari rumah suaminya sendiri. Mariah pun meninggalkan surat terakhir guna untuk meluluhkan hati Azhar.
"Aku mengingat kembali pada malam itu, hujan rintik-rintik yang turun di atas rumah, di bawah udara bulan November yang sangat sejuk, aku berjalan seorang diri tidak menentu arah. Di hadapan rumahmu aku mendengar tangisan dari seorang anak memanggil-manggil ibunya. Aku pada mulanya akan kembali sekurang-kurangnya untuk menciumnya di dalam tidur, tetapi engkau mengusirku sekali lagi, engkau memaki aku dengan perkataan yang berat"Â (Hal 5).
Hingga Azhar pun sempat tidak bergeming setelah membaca surat tersebut, Azhar pun meninta bantuan kepada sahabatnya yaitu H. Abdul Salim. Sahabatnya pun menilai bahwa Azhar terlalu arogan hingga salah menentukan pilihan. Azhar yang menyadari akan hal itu pun menyesali apa yang ia perbuat terhadap Mariah. Azhar pun ingin menyari keberadaan Mariah, Namun nasi sudah menjadi bubur Mariah sudah pergi ke Pulau Jawa meninggalkan Azhar yang masih di Medan.
Di Jawa Mariah kini kerja mengikuti majikannya, majikannya ini memiliki sifat yang baik hati sehingga Mariah mantap hatinya mengikuti sang majikan hingga ke Eropa. Singkat cerita Mariah pun menikah dengan Yasin yang mereka berdua sama bekerja di majikan yang sama. Namun, pernikahan mereka tidak berangsur lama, mereka berdua pun bercerai dengan umur pernikahan mereka yang masih seumur jagung.
Mengapa pernikahan mereka berdua berjalan singkat, karena pernikahan mereka tidak didasarkan cinta, Yasin hanya memanfaatkan Mariah selama menikah dengan Mariah, yang diinginkan Yasin hanya menginginkan emas Mariah. Mengetahui hal itu Mariah pun menghidupi dirinya sendiri dengan cara halal, namun tak kunjung ketemu. Hingga akhirnya Mariah menjadi seorang pelacur.
Lalu bagaimana dengan Sofyan? Anak dari Mariah dan Azhar. Sofyan tumbuh menjadi anak yang pintar. Sofyan menjadi hakim yang hebat pada masa itu, ia lebih akrab disapa master saat ia menjadi hakim. Dan Sofyan sudah bertunangan dengan wanita cantik yang bernama Emi. Namun, ada saja yang tidak suka dengan hubungan mereka, Wirja mantan kekasih dari Emi ini selalu saja merencanakan hal yang begitu jahat agar Sofyan dan Emi tidak akan jadi menikah.
Wirja memfitnah Emi adalah seorang wanita pelacur guna Sofyan membatalkan pernikahannya dengan Emi. Sayang sekali Wirja rencananya kali ini gagal, hal itu membuat Wirja marah dan membuat keributan ditempat pelacuran. Berita ini sampai ke telinga sang ibu yaitu Mariah atau di tempat pelacuran ia lebih akrab disebut Neng Sitti. Mariah tentu tidak terima jika anaknya difitnah oleh Wirja hingga akhirnya Mariah memhon kepada Wirja untuk tidak mencelakai anaknya, karena anaknya lah Mariah masih betahan hidup hingga saat ini.
Mariah menceritakan semua tentang kehidupannya di masa lalu, bagaimana ia berpisah dengan anaknya. Namun niat jahat Wirja ini malah ingin menggunakan hal itu untuk menjatuhkan Sofyan. Tidak tahan dengan kelakuan Wirja, Mariah pun melakukan hal yang paling keji yaitu membunuh Wirja dengan pisau belati.
Mariah pun dipeenjara selama 4 (empat) bulan, tetapi kasus itu dibuka kembali dengan Sofyan sang anak mejadi pembelanya saat sidang. Pada hari persidangan, hadir pula Azhar, H. Abdul Halim, Emi dan ayahnya yang turut menyaksikan kasus Sofyan di meja hijau tersebut yang membela seorang perempuan lacur.
Hakim pun meminta Mariah untuk menceritakan bagaimana asal muasal ia bisa membunuh Wirja. Mariah pun akhirnya menceritakan bagaimana ia membunuh Wirja dari awal hingga akhir tanpa menyebutkan nama siapa yang membelanya karena takut dicelakai oleh Azhar. Saat persidangan berlangsung Azhar dikejutkan dengan mantan istrinya yaitu Mariah sedang ada di persidangan. Azhar pun tidak menceritakan siapa Mariah kepada Sofyan. Ia hanya meminta Sofyan membantu dengan semampunya untuk menjadi pembela Mariah.
Setelah Sofyan membela Mariah, ketika keluar dari ruangan persidangan sambil menunggu keputusan dari dewan hakim, Mariah justru meninggal dunia. Akan tetapi, sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya ia dapat mencium kening serta memeluk anaknya dengan penuh haru.
Setelah kejadian di persidangan berbulan-bulan kemudian Azhar sakit keras, disitulah Azhar menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada Sofyan. Tentang siapa sebenarnya perempuan tua yang ia bela dan kejadian dulu kala serta alasan Mariah, sang ibu yang diusir dari rumah hanya karena fitnah dari keluarga Azhar.
Begitu lah penggalan cerita dari novel terusir karya Buya Hamka, begitu mengharukan bukan? Novel ini sangat menguras air mata para pembaca terutama bagian Mariah dapat mencium dan memeluk Sofyan anaknya sebelum ia meninggal dunia, bagian sedihnya Sofyan tidak mengenali perempuan ini adalah ibu kandungnya yang pergi meninggalkannya selama ini.
"Ibu seorang miskin, Ibu tak membalas jasamu yang begitu besar kepadaku! Sudikah engkau kuberi upahan sebagai tanda mata yang dapat engkau ingat selama hidupmu? Yakni tanda mata yang sudah lama pula, sudah berpuluh tahun kusimpan untukmu?"
"Kalau Master suka, akan kuberikan tanda mata itu sekarang, sebelum aku menutup mata, yaitu ciuman seorang Ibu."Â (Hal 117).
Sebagai penulis Buya Hamka di sini melemparkan kritikan untuk sebagian masyarakat yang mungkin masih memandang enteng terhadap perempuan. Dalam halaman 21 (dua puluh satu) dan 22 (dua puluh dua) Buya Hamka menjelaskan.
"Kalau sekiranya seorang perempuan cantik datang ke rumahnya mengemis meminta sedekah, atau menitikkan air mata meminta pekerjaan, harus mereka mau melengong, sebab perempuan itu dipandangnya hina dan rendah. Kalau kecantikan itu dipergunakan oleh perempuan tadi untuk membela hidupnya dengan jalan yang halal, manusia-manusia yang sombong itu tentu tak mau menikahi dan mengambilnya menjadi istri. Yang muda dan belum beristri mengambil orang rendah menjadi istrinya, sebab ia terhormat. Orang yang telah berumah tangga tidak mau pula karena mereka anti-poligami yang halal. Orang akan menikahinya kalau ia berharta.
Apabila ringgit itu telah habis untuk dibelanjakan oleh laki-laki tadi, perempuan itu boleh diusir seperti mengusir seekor anjing kurap, dengan: "perek sama lu!". Baru senang hati laki-laki tadi kalau kecantikan perempuan itu dijadikannya perkakas untuk pemikat uangnya".
Dari novel ini Buya Hamka mengajarkan kepada kita, agar tidak memandang perempuan dengan sebelah mata, apalagi jika perempuan itu berasal dari keluarga miskin. Dari novel ini kita banyak belajar jika nilai derajat manusia itu sama dimata Tuhan, oleh karena itulah janganlah bersikap angkuh.
Nah, apa dari kalian tertarik untuk membaca novel Terusir ini? Banyak nilai kehidupan yang dapat diambil lho! Selain itu novel ini berjumlah 192 (seratus sembilan puluh dua) halaman saja, untuk kalian yang memiliki waktu senggang yang sedikit masih bisa baca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H