Lalu bagaimana dengan Sofyan? Anak dari Mariah dan Azhar. Sofyan tumbuh menjadi anak yang pintar. Sofyan menjadi hakim yang hebat pada masa itu, ia lebih akrab disapa master saat ia menjadi hakim. Dan Sofyan sudah bertunangan dengan wanita cantik yang bernama Emi. Namun, ada saja yang tidak suka dengan hubungan mereka, Wirja mantan kekasih dari Emi ini selalu saja merencanakan hal yang begitu jahat agar Sofyan dan Emi tidak akan jadi menikah.
Wirja memfitnah Emi adalah seorang wanita pelacur guna Sofyan membatalkan pernikahannya dengan Emi. Sayang sekali Wirja rencananya kali ini gagal, hal itu membuat Wirja marah dan membuat keributan ditempat pelacuran. Berita ini sampai ke telinga sang ibu yaitu Mariah atau di tempat pelacuran ia lebih akrab disebut Neng Sitti. Mariah tentu tidak terima jika anaknya difitnah oleh Wirja hingga akhirnya Mariah memhon kepada Wirja untuk tidak mencelakai anaknya, karena anaknya lah Mariah masih betahan hidup hingga saat ini.
Mariah menceritakan semua tentang kehidupannya di masa lalu, bagaimana ia berpisah dengan anaknya. Namun niat jahat Wirja ini malah ingin menggunakan hal itu untuk menjatuhkan Sofyan. Tidak tahan dengan kelakuan Wirja, Mariah pun melakukan hal yang paling keji yaitu membunuh Wirja dengan pisau belati.
Mariah pun dipeenjara selama 4 (empat) bulan, tetapi kasus itu dibuka kembali dengan Sofyan sang anak mejadi pembelanya saat sidang. Pada hari persidangan, hadir pula Azhar, H. Abdul Halim, Emi dan ayahnya yang turut menyaksikan kasus Sofyan di meja hijau tersebut yang membela seorang perempuan lacur.
Hakim pun meminta Mariah untuk menceritakan bagaimana asal muasal ia bisa membunuh Wirja. Mariah pun akhirnya menceritakan bagaimana ia membunuh Wirja dari awal hingga akhir tanpa menyebutkan nama siapa yang membelanya karena takut dicelakai oleh Azhar. Saat persidangan berlangsung Azhar dikejutkan dengan mantan istrinya yaitu Mariah sedang ada di persidangan. Azhar pun tidak menceritakan siapa Mariah kepada Sofyan. Ia hanya meminta Sofyan membantu dengan semampunya untuk menjadi pembela Mariah.
Setelah Sofyan membela Mariah, ketika keluar dari ruangan persidangan sambil menunggu keputusan dari dewan hakim, Mariah justru meninggal dunia. Akan tetapi, sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya ia dapat mencium kening serta memeluk anaknya dengan penuh haru.
Setelah kejadian di persidangan berbulan-bulan kemudian Azhar sakit keras, disitulah Azhar menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada Sofyan. Tentang siapa sebenarnya perempuan tua yang ia bela dan kejadian dulu kala serta alasan Mariah, sang ibu yang diusir dari rumah hanya karena fitnah dari keluarga Azhar.
Begitu lah penggalan cerita dari novel terusir karya Buya Hamka, begitu mengharukan bukan? Novel ini sangat menguras air mata para pembaca terutama bagian Mariah dapat mencium dan memeluk Sofyan anaknya sebelum ia meninggal dunia, bagian sedihnya Sofyan tidak mengenali perempuan ini adalah ibu kandungnya yang pergi meninggalkannya selama ini.
"Ibu seorang miskin, Ibu tak membalas jasamu yang begitu besar kepadaku! Sudikah engkau kuberi upahan sebagai tanda mata yang dapat engkau ingat selama hidupmu? Yakni tanda mata yang sudah lama pula, sudah berpuluh tahun kusimpan untukmu?"
"Kalau Master suka, akan kuberikan tanda mata itu sekarang, sebelum aku menutup mata, yaitu ciuman seorang Ibu."Â (Hal 117).
Sebagai penulis Buya Hamka di sini melemparkan kritikan untuk sebagian masyarakat yang mungkin masih memandang enteng terhadap perempuan. Dalam halaman 21 (dua puluh satu) dan 22 (dua puluh dua) Buya Hamka menjelaskan.