Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ecoprint Batik DR, Cerita dari Jogja tentang Indahnya Daun-Daun dalam Selembar Kain

17 Agustus 2024   22:40 Diperbarui: 19 Agustus 2024   08:14 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses menutup kain dengan blanket (dok. Hariyanto Surbakti)

Ecoprint Batik DR, Sebuah Usaha Mengurangi Limbah Kimia

"Ecoprint Batik DR", demikianlah nama yang disematkan pada industri kreatif yang digeluti oleh sepasang suami-istri, Ibu Hima dan Pak Bambang yang juga merupakan pemilik rumah yang saya sebutkan di atas.

Menekuni dunia ecoprint sejak 2019, bisa dikatakan mereka termasuk perintis perkembangan batik bernilai seni tinggi ini di kawasan Jogja dan sekitarnya. 

Pada awalnya, mereka merupakan pengrajin batik tulis, kemudian melirik dan berpindah haluan pada batik ecoprint. Salah satu alasan beralih pada seni tekstil yang dikembangkan oleh India Flint ini karena lebih ramah lingkungan dan bahan-bahannya mudah didapat. Ibaratnya, tinggal melangkahkan kaki ke depan pintu pun bahannya bisa ditemukan.

Ibu Hima memetik daun lanang di depan rumahnya, sebagai bahan pembuatan ecoprint (dok. Hariyanto Surbakti)
Ibu Hima memetik daun lanang di depan rumahnya, sebagai bahan pembuatan ecoprint (dok. Hariyanto Surbakti)

Rumah sekaligus lokasi pembuatan ecoprint tersebut dekat dengan bantaran Sungai Code, otomatis limbah dari sisa produksi mereka akan mengalir ke sungai. Saat memproduksi batik tulis, residu dari bahan-bahan kimia yang digunakan relatif kurang ramah lingkungan. 

Ibu Hima tak ingin mencemari sungai dengan residu kimia lagi, sehingga ketika berkenalan dengan teknik ecoprint, beliau beserta suami perlahan-lahan memutuskan untuk menekuninya. Limbah yang dihasilkan dari produksi ecoprint hampir semuanya organik, yang bisa kembali ke alam tanpa merusak lingkungan.

Banyak eksperimen telah mereka lakukan, dari mencoba bermacam media untuk ecoprint hingga percobaan pada aneka jenis daun. Selain bisa menggunakan berbagai jenis kain (misalnya katun rayon, katun paris, sutera, blacu, kanvas, dan sebagainya), ecoprint juga bisa diterapkan pada kertas, keramik, hingga kulit. 

Sedangkan daun-daun yang biasanya digunakan ialah daun jati, daun lanang, daun ketapang, daun kersen, bunga kenikir, daun pepaya, bunga telang, dan masih banyak lagi.

Pembuatan Ecoprint Terlihat Mudah, tetapi Tak Sesederhana Itu

Sekilas, pembuatan ecoprint terlihat mudah, tetapi jangan keliru, untuk menghasilkan selembar kain ecoprint yang unik dan cantik, Ibu Hima beserta suami bahu-membahu melewati tahapan panjangnya. Ada dua teknik yang umum dalam pembuatan ecoprint, yaitu teknik steaming (kukus) dan teknik pounding (pukul).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun