Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Menuntaskan Rindu Nonton Wayang Wong di Keraton Yogyakarta, Terselip Pesan Moral dalam Lakonnya

28 Agustus 2023   08:17 Diperbarui: 30 Agustus 2023   16:00 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kagungan Dalem Bangsal Srimanganti (dok. pribadi)

Jika ada sesuatu yang berada dekat dengan kita, bukan berarti itu milik kita. Tak perlu kemaruk dan bersikeras untuk mendapatkannya. Jangan tiru Kerajaan Trajutrisna dan Kerajaan Pringgadani yang berseteru karena memperebutkan hal yang sebenarnya bukan hak keduanya.

2. Bersikap Netral dalam Konflik

Melalui tokoh Prabu Kresna, ada teladan yang bisa diambil, bahwa selaku pihak netral, bila ada dua kenalan kita yang saling bertikai, tak ada salahnya menengahi. Jangan malah memprovokasi atau berpihak pada salah satunya. Kalau dirasa perlu, bisa meminta petunjuk kepada orang yang lebih bijak atau berpengalaman, daripada keliru bertindak, bisa-bisa masalah kian runyam.

3. Bertanggung Jawab

Saat diberi amanah atau tanggung jawab, sudah semestinya kita menyelesaikannya. Meski ada halangan menghadang di tengah perjalanan, harus dihadapi dan tetap fokus pada tujuan utama. Perilaku ini tercermin pada karakter Bambang Pamegat Tresna.

Prabu Boma Narakasura, Prabu Kacanegara, dan Bambang Pamegat Tresna mendengarkan pesan yang dibawa Prabu Kresna (dok. pribadi)
Prabu Boma Narakasura, Prabu Kacanegara, dan Bambang Pamegat Tresna mendengarkan pesan yang dibawa Prabu Kresna (dok. pribadi)

4. Legawa

Dari Raden Gatotkaca dan Raden Sitija, kita belajar ikhlas, juga lapang dada. Merelakan sesuatu yang sudah dianggap sebagai milik. Seberapa keras berusaha, kalau sebuah hal ditakdirkan bukan menjadi milik kita, maka tak akan mengubah keadaan. Tinggalkan saja.

Menjura kepada Sanggar Tari Wiraga Apuletan

Berdurasi kurang lebih 70 menit, pagelaran wayang wong tersebut dibawakan dengan sangat apik oleh Sanggar Tari Wiraga Apuletan. Kalau kuamati, para penari dari sanggar ini banyak atau mungkin malah semuanya merupakan abdi dalem penari (mataya) di keraton, jadi mereka sering tampil juga dalam event-event budaya yang dihelat keraton.

Saking senangnya, saya sungguh menjura pada para penari, para wiyaga, para wiraswara dan waranggana, serta naratornya. Meski rindu rasanya telah tuntas, tetapi semisal ada kesempatan menyaksikan wayang wong lagi, tak bakal menolak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun