Setiap peringatan atau perayaan resmi kenegaraan, halaman Gedung Agung digunakan sebagai tempat upacara dan khusus 17 Agustus selain untuk upacara pengibaran serta penurunan bendera, juga rutin diadakan Parade Senja beriringan dengan upacara penurunan bendera.
6. Ngejaman dan GBIP Margo Mulyo
Pernah melihat jam besar di tengah persimpangan jalan selatan Pasar Beringharjo? Orang Jogja biasa menyebut area di sekitar jam tersebut sebagai Ngejaman.Â
Dulunya bernama Jalan Margomulyo, dan jam yang dipasang merupakan persembahan warga Belanda terhadap pemerintahnya sebagai bentuk peringatan satu abad kembalinya Pemerintah Kolonial Belanda dari Pemerintahan Inggris yang menguasai Jawa di awal abad ke-19.
Dibangun pada 24 Juli 1857, gereja ini masih ada hingga kini. Fungsinya pun masih sama sebagai ibadah umat Protestan. Sayangnya, keberadaan para pedagang kaki lima menutupi keindahan bangunan ini, sehingga tak jarang orang yang tidak menyadari keberadaan gereja tersebut, bahkan orang asli Jogja pun.
7. Pasar Beringharjo
Siapa sangka wilayah Pasar Beringharjo dulunya merupakan hutan beringin? Tak lama setelah berdirinya Keraton Yogyakarta di tahun 1758, wilayah pasar ini digunakan sebagai tempat transaksi ekonomi oleh warga sekitar.Â
Ratusan tahun kemudian, tepatnya 24 Maret 1925, Keraton Yogyakarta menugaskan Perusahaan Beton Hindia Belanda membangun los-los pasar.
Pasar Beringharjo kini menjadi pasar besar yang menjadi jujugan (tujuan) orang dari berbagai daerah, bukan hanya dari wilayah DIY tapi juga dari beberapa kota/kabupaten di Jawa Tengah karena kelengkapan dan murahnya harga yang ditawarkan.