Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Dulu dan Kini, 7 Bangunan Belanda di Kawasan Nol Kilometer Jogja Ini Punya Fungsi Penting

29 Februari 2020   23:31 Diperbarui: 2 Maret 2020   04:02 2132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dulu, beginilah penampakan Beringharjo (dok. KITLV Leiden)

4. Benteng Vredeburg
Pada awalnya, benteng ini dibangun oleh Sri Sultan HB I di tahun 1760 atas bujukan pihak Belanda dengan alasan sebagai benteng untuk menjaga keamanan keraton dan sekitarnya. Padahal maksud Belanda sesungguhnya agar lebih memudahkan memantau dan mengontrol perkembangan yang terjadi di dalam keraton. 

Saat itu dinamakan Rustenberg dan bentuknya masih sangat sederhana karena hanya memanfaatkan apa saja yang ada di sekeliling.

Temboknya dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon aren dan kelapa, sementara bangunan di dalamnya terdiri dari bambu serta kayu, dan atapnya berupa ilalang. 

Benteng dibangun dalam bentuk persegi dengan bastion di empat sudutnya sebagai tempat untuk penjagaan. Oleh Sultan, masing-masing sudut diberi nama Jaya Wisesa di sebelah barat laut, Jaya Purusa di timur laut, Naya Prakosaningprang di barat daya, dan di sudut tenggara Jaya Prayitna.

kanal yang mengelilingi benteng vredeburg (dok. KITLV Leiden)
kanal yang mengelilingi benteng vredeburg (dok. KITLV Leiden)
Seiring berjalannya waktu, fungsi Rustenberg sebagai benteng pertahanan Belanda semakin kentara, hingga kemudian benteng tersebut berganti nama menjadi Vredeburg bersamaan dengan pembangunan ulang pada tahun 1867 setelah terjadi gempa hebat dan meruntuhkannya. 

Dulunya di sekeliling benteng terdapat parit atau kanal sebagai bentuk pertahanan agar tak mudah dijangkau musuh. 

Jembatan menuju gerbang benteng pun dulu berupa jembatan kayu jungkat-jungkit yang bisa dinaikkan menjadi posisi berdiri ketika tidak digunakan.

penampakan sisa kanal saat ini (dok. pribadi)
penampakan sisa kanal saat ini (dok. pribadi)
di tempat kami berdiri, dulunya jembatan jungkat-jungkit (dok. Riana Dewie)
di tempat kami berdiri, dulunya jembatan jungkat-jungkit (dok. Riana Dewie)
Vredeburg kini bukan lagi sebagai benteng pertahanan. Oleh pemerintah kota Yogyakarta dialihfungsikan menjadi museum yang berisi diorama-diorama pada masa perjuangan. 

Museum ini juga sering digunakan sebagai tempat festival seni dan semacamnya. Sedangkan kanal yang dulu mengelilinginya, kini tersisa di bagian depan saja yang lebih mirip kolam ketimbang kanal. Jembatan kayu pun sudah lama berganti sejak tahun 1930-an.

5. Gedung Agung
Dulu merupakan kediaman kepala residen di bawah kepemimpinan Hindia Belanda, lebih dikenal dengan nama Djokjakarta Residentie atau Kantor Karesidenan Yogyakarta. 

Gedung kompleks istana ini mulai dibangun pada Mei 1824 atas prakarsa Anthony Hendriks Smissaert, Residen Yogyakarta ke-18 (1823-1825) dan diarsiteki oleh A. Payen. Kala itu Smissaert menginginkan adanya "istana" yang luas agar menambah kesan wibawa bagi residen-residen Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun