Mohon tunggu...
Aida Sevi Ivana
Aida Sevi Ivana Mohon Tunggu... Lainnya - Al-Falah 🌻

Kotak penuh rahasia untuk menyimpan takdir hidup -kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bulan Terkekang Malam

29 Januari 2021   11:39 Diperbarui: 29 Januari 2021   11:58 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Denting akan menyeret paksa langit untuk berganti. Mengantarkan emosi hari yang silih berganti. Tak selalu pada pagi yang cerah dan berwarna. Akan ada saatnya semua terasa terik atas panas. Ada pula nanti berada dalam pujaan sang 'senja'. Dan akan berakhir pada malam yang gelap, sunyi nan dingin. Kini akan terceritakan elegi malam yang miris penuh irisan takdir. 

Ini adalah kerahasiaan yang dibendung bulan. Ia semu dalam tunggal. Ia bisu dalam kecacatan. 

"Maaf, cacat mana yang kau maksud?"

"Bulan selama ini baik-baik saja bukan?"

"Bulan selama ini bahagia dengan kilaunya. Ia tak pernah redup"

"Jangan-jangan inikah penghinaan?"

"Apakah kau hina bulan?"

Tak ada kehinaan dan penghinaan. Cacat adalah realita. Memang bulan tak lagi sempurna. Keutuhannya  telah patah oleh kenikmatan. Sepenggal kilau direnggutnya.

Kau tak tahu itu ya? Memang dapat dipastikan tak ada yang tahu. Terkecuali elegi ini telah terbaca. Bulan memang terlalu pandai menutup eleginya. Rahasia dapat bersemayam berabad-abad dalam relungnya. Selama ini ia menyungging penggalannya itu. Ia meletakkannya di belakang kilaunya yang masih utuh. Tak heran, jika kalian terkejut dengan cacatnya. Karena memang yang ia tampakkan sisi sempurnanya saja. 

Pernah terdengar percakapannya dengan semesta,

"Mengapa kau rahasiakan?"

"Ini celaku dan celanya"

"Tapi, mengapa kau tak pernah membagi?"

"Tuhan saja baik padaku. Ia menutupi celaku, apakah iya aku justru membukanya?"

"Mengapa tidak kau renggut lagi kilaumu?"

"Yang hilang tidak lagi bisa dikembalikan"

"Kau bisa meminta yang menghilangkan kilaumu untuk mengembalikannya!"

"Tak semudah itu. Rasa tanggung jawab hanya ada dalam diriku, tidak dalam dirinya"

"Kau punya hak untuk meminta kepadanya. Ayolah, jangan takluk!"

"Sudah seribu bahasa keluar dariku menjadi kesia-siaan. Ia tuli atas bahasaku. Ia buta atas kecacatanku. 

Ia tak lagi dulu. Ia yang dulu telah direnggut kenangan. 

Sedang ia yang kini sudah telah terlelap pada kepemilikannya. Dan aku bukan lagi miliknya, aku telah dilarang kembali.

Lalu kepada siapa lagi aku bisa meminta selain kepada Tuhan"

"PENGECUT! Ikut denganku sekarang, semua orang harus tahu ini! Dan kau akan mendapatkannya kembali"

"Kau sedang marah. Marah hanya membara kegaduhan. Marah juga tak akan membuat ia tersadar.

Mudah saja bagiku membuka ini semua. Tapi, aku ingin tanpa ada paksaan.

Aku ingin ia sadar atas dirinya. Dan aku ingin ia kembali atas cinta yang lebih suci pula"

"Kau tak sedih?"

"Tak ada yang sedih ketika miliknya telah hilang. Begitu pun denganku. Tapi Tuhan merangkulku begitu erat.

Sudahlah, ikhlaskan dan maafkan ia. Itu adalah bentuk tanggung jawab terbaik. 

Dan mendoakan adalah cara terbaik untuk memperjuangkannya"

Ia kini menjadi kekangan malam. Ia terjebak dalam gelap karena cacat. Terjebak pula dalam sunyi karena kerahasiaan dan dinginnya sosok 'dia'. Ia tak lagi bisa pergi. Tuhan telah menempatkannya pada malam. Namun di balik itu semua, ia justru terpancar lebih benderang. Coba kau tengok langit malam nanti. Bulan justru menjadi kilau tersebesar dalam gelap. Ia memang hanya tunggal, namun posisinya lebih kuat dari ribuan bintang. Dan ketika ia berfase, puncak tertingginya dinanti-nanti. 

Tuhan, inikah rencanamu? Mengekang bulan pada malam, lalu menjadikannya sempurna atas gelap. Terlihat lengkap atas kecatatan. Sungguh ini memang elegi malam, Tuhan. Kutitipkan bulan, Tuhan. Jagalah ia, jauhkan ia dari badai. Aamiin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun