Mohon tunggu...
Arum Sato
Arum Sato Mohon Tunggu... content writer -

pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Commuter Line, Pilihan Favorite Masyarakat Urban

6 Desember 2015   21:55 Diperbarui: 6 Desember 2015   22:46 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiket kereta listrik Commuter Line saat ini sudah berbentuk e-tiket. Sudah terintegrasi juga dengan beberapa bank penyedia jasa keuangan. Jadi sudah cashless banget. Kita cukup mengisi saldo e-tiket sesekali sesuai kebutuhan. Kalau saya pribadi, saya menggunakan kartu khusus Commuter Line, Kartu Multi Trip atau KMT, jadinya melakukan pengisian saldo cukup pada loket stasiun Commuter Line.

Begitu juga dengan pelayanan di dalam rangkaian keretanya sendiri. Saya sudah tidak bingung lagi di mana saya harus turun, karena announcer selalu menyebutkan nama stasiun setiap kereta akan berhenti di satiap stasiun. Namun terkait pelayanan ini, saya masih sering melihat orang yang ketinggalan untuk turun di stasiun tujuan. Penumpang asyik ngobrol dengan penumpang di sebelahnya sehingga ketika stasiun tujuan di sebutkan announcer penumpang tidak nggeh. Baru menyadari ketika pintu sudah tertutup. Tidak jadi soal, sih kalau tidak dalam situasi terburu-buru. Tinggal turun di stasiun berikutnya dan putar arah.

Sudah Jatuh Hati Sejak Pertama Kenalan

Pengalaman berdesakan dan tak tau arah di dalam kereta tak menjadikan saya putus hubungan dengan KRL. Saya malah semakin intensif berhubungan. Dan hasilnya sudah bisa di tebak, saya jatuh cinta dengan KRL. Cinta yang bener-bener cinta, tidak dibuat-buat. Apalagi sekarang area stasiun yang sudah steril dari pedagang kaki lima, rapi dan bersih, membuat kadar cinta ini juga semakin meninggi.

Bahkan sempat hampir kecopetan di dalam kereta pun, tak melunturkan cinta saya terhadap KRL Commuter Line. Ceritanya ketika saya dan suami menuju stasiun Pasar Senen untuk perjalanan kereta jarak jauh. Rencana dari stasiun keberangkatan kami akan transit di stasiun Manggarai dan pindah kereta tujuan Jatinegara untuk turun di stasiun Pasar Senen.

Mendekati stasiun Manggarai, ketika pintu akan dibuka, tiba-tiba suami saya teriak memanggil petugas PKD. Ternyata tanpa saya ketahui, seorang pemuda merogoh tas selempang saya yang kebetulan saat itu saya taruh ke belakang, karena banyaknya barang bawaan.

Dengan sigap, petugas PKD langsung meringkus dan menginterogasi pemuda tersebut. Tapi saya tak bisa berlama-lama dan langsung pindah ke jalur kereta tujuan Jatinegara. Dan ketika Komunitas ClicKompasiana didirikan beberapa bulal lalu, dengan antusias saya menyambut dan ikut aktif di dalamnya. Untuk berbagi kepedulian dan berbagi kebaikan dalam bertransportasi.

Tak heran hingga saat ini, Commuter Line selalu menjadi pilihan, kemana pun saya bepergian di Jakarta. Bahkan, bila sedang janjian ketemu sama teman sebisa mungkin di dekat stasiun. Pingin tahu kenapa? Karena KRL Commuter Line anti mabok, hahaha. Jujur saja, saya mabok dengan kemacetan di Jakarta, meskipun dengan kendaraan pribadi. Tapi dengan KRL perjalanan saya aman, nyaman dan terkendali. Belum sekali pun kejadian mabok di dalam Commuter Line meski dalam keadaan penuh banget sekali pun.

Kini, pengguna KRL Commuter Line tak perlu takut kesasar lagi. Banyak PKD ditempatkan, baik di dalam stasiun maupun di dalam rangkaian kereta untuk keamanan sekaligus tempat bertanya dan minta pertolongan. Foto: setyaningrum

Selain anti mabok (bagi saya pribadi), perjalanan menggunakan Commuter Line bisa diprediksi waktunya. Sehingga waktu kita tak terbuang percuma di jalanan. Keamanan dalam perjalanan juga terjamin dengan di tempatkannya para PKD (Pembantu Keamanan Dalam) stasiun. Sebuah prestasi yang gemilang di lakukan oleh PT. KCJ dalam mensterilkan area sekitar stasiun dan memperbaiki pelayanan di dalam stasiun.

Masih terbayang dulu bagaimana beratnya ketika memasuki area stasiun. Terlalu banyaknya rintangan di jalan oleh PKL itu sudah sesuatu yang melelahkan. Dulu, untuk bisa berdiri di peron stasiun Pasar Minggu menunggu Commuter Line tujuan tak semudah seperti sekarang. Harus berjalan seperti berkilo meter di bawah terpal pedagang kaki lima yang menyemuti area stasiun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun