Mohon tunggu...
Arum Sato
Arum Sato Mohon Tunggu... content writer -

pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Commuter Line, Pilihan Favorite Masyarakat Urban

6 Desember 2015   21:55 Diperbarui: 6 Desember 2015   22:46 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Area parkir di hampir seluruh stasiun Commuter Line di Jabodetabaek pun selalu terisi penuh oleh kendaraan pribadi para pelaju (pengguna Commuter Line), baik itu motor atau mobil. Bahkan, banyak pula masyarakat yang tinggal di sekitar stasiun yang menyediakan tempat parkir untuk para pelaju tersebut.

Commuter Line Semakin Prima dari Tahun ke Tahun

Mungkin saya pengguna baru Commuter Line. Baru lima tahun, hehehe. Tapi dalam waktu lima tahun tersebut, saya bisa merasakan dan takjup terhadap perubahan yang dilakukan oleh PT. KCJ. Saya masih ingat pas awal-awal saya tinggal di Jakarta dan menggunakan kereta listrik ini. Bagaimana antrian di loket stasiun yang tak pernah sedikit. Bagaimana was-was dan deg-degan dengan tiket yang sudah dibeli.

Map rute perjalanan kereta ini bisa di temui di setiap stasiun dalam berbagai bentuk. Namun intinya adalah info yang bisa dijadikan pegangan buat pengguna kereta bila akan melakukan perjalanan. Foto: setyaningrum

Ya, waktu awal-awal saya menggunakan transportasi ini, pertengahan tahun 2011, tiket yang digunakan masih berupa tiket kertas. Kertas kecil tak lebih dari 10 cm persegi dengan tertera stasiun keberangkatan dan stasiun tujuan, yang seperti jimat saya menyimpannya ketika sudah terbeli. Karena kalau hilang, kita akan kena denda, karena dianggap sebagai penumpang gelap. Dan ketika akan keluar di stasiun tujuan, takut dan panik menyergap bila ingatan di mana tiket di selipkan agak miring alias lupa. Wah, bisa pusat pasi wajah ini kalau dilihat.

Belum lagi ketika kita tidak tau pasti di mana kita akan turun. Saya pernah mengalami perjalanan dengan KRL Ekonomi AC, yang kalau diibaratkan itu seperti makan tak enak tidur pun tak nyenyak. Ketika itu saya akan mengunjungi adik saya di wilayah Tangerang Selatan. Dan waktu itu kunjungan pertama kalinya, saya tidak tau di mana letak stasiun tersebut.

Waktu itu saya berangkat dari stasiun Pasar Minggu. Namun sistem penjualan tiket masih manual. Dalam pengertian, untuk beberapa stasiun tujuan, pembelian tiket tidak bisa sekaligus bisa dilayani, harus membeli tiket lagi di stasiun transit. Untuk tujuan stasiun Rawa Buntu, misalnya. Dari stasiun Pasar Minggu saya hanya bisa membeli tiket tujuan stasiun Tanah Abang. Saya harus transit di stasiun Tanah Abang dan membeli tiket baru menuju stasiun Rawa Buntu.

Saat itu, ada 2 tipe kereta rel listrik, KRL Ekonomi AC dan KRL Ekonomi non AC. Namun sekarang sudah melebur menjadi satu nama yaitu KRL Commuter Line Jabodetabek. Saat melakukan perjalanan itu saya sendirian makanya tidak membeli tiket KRL Ekonomi Non AC tapi saya memilih membeli tiket KRL Ekonomi AC, yang lebih mahal. Saya tidak membeli tiket ekonomi bukan karena tidak mau berdesakan dengan pedagang asongan maupun pengamen, namun lebih kepada faktor keselamatan. Pada KRL Ekonomi Non AC, ketika kereta berjalan, tidak semua pintu kereta tertutup. Sedangkan pada KRL Ekonomi AC, semua pintu kereta selalu tertutup. Dan itu bagi saya sangat penting.

Tapi meskipun KRL Ekonomi AC, tetap saja tak nyaman berkereta karena tetap saja panas. Kebetulan saya naik saat peak hour orang pulang kerja. Pengap, berhimpitan dan tak tau arah. Ya, dulu saat kereta akan berhenti di stasiun, dari dalam kereta tidak ada informasi sama sekali. Bila siang saya masih bisa melihat nama stasiun ketika kereta berhenti, meski itu tidak mudah. Tapi malam hari itu tidak bisa dilakukan, Akhirnya saya beranikan diri bertanya kepada penumpang sebelah saya di mana stasiun tujuan saya. Oh, masih jauh, mbak, turun setelah stasiun Sudimara, atau, satu stasiun lagi bareng saya, itu adalah beberapa jawaban atas pertanyaan saya selama saya naik dari stasiun Tanah Abang.

Di dalam rangkaian kereta, di atas pintu pun terpasang info rute perjalanan kereta. Jadi penumpang tak perlu lagi menduga-duga berapa stasiun lagi akan sampai di stasiun tujuan. Juga, telah dipasang CCTV (Closed-Circuit Television) di dalam kereta, untuk keamanan pengguna KRL Commuter Line. Foto: setyaningrum

Nah, kejadian yang demikan itu sekarang ini sudah tidak terjadi lagi. Kenapa? Karena PT. KCJ telah berubah. Pelayanan di dalam kereta maupun di area stasiun telah berubah. Tak perlu takut kesasar karena sudah ada leaflet rute jalur kereta di atas pintu keluar setiap kereta. Tiket kereta juga tak lagi menakutkan karena sudah diganti dengan bentuk yang lebih memudahkan, tak takut akan nyelip lagi. Dan yang pasti, harga tiket sudah jauh lebih ramah kepada semua golongan, dan juga sangat praktis karena sudah memanfaatkan teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun