Apa kau kini bermuram durja
atas kata yang kau lantun dari bibir indahmu
tiada tahukah kau, jika itu membuatku luka
Kawan
Apa kau sedang bersuka
sedangkan rindu dan hausku harus terluap juga
mengatasnamakan gelora yang berlabuh, rapuh
Kawan
Adakah kau rindu
ketenangan berbalut pilu
hingga ia membuncah saat semua tlah hilang, sendu
Kawan
sudahkah kau merasa berkawan
dengan kepulan awan yang melaung di awangan
bahkan sejak tadi ia turut dalam doa yang naung dalam dekapan
Kawan
tak akan pernah bagai belati yang hilang mur ruji
hingga ia mau menyerang tanpa tahu mawar pun berduri
senyumnya sangatlah indah, namun tak kau tahui
Kawan
berjanjilah kau tak kan pernah terluka
jika kau rindu akan pesakitannya, turunlah ku menanti di medan laga
turunlah, hingga langit berhenti terang lalu berganti senja
Kawan
berselimutlah
berpadu
bahkan jantungku
dalam denyutan satu
Kawan
teruslah bertahan
teruslah berperih
hingga pahitnya kopi membentuk aroma menawan
Kawan
Katakan kau tak akan terluka
_ _ _ _ _ _ _
Curahan senja
dibawah lelangit jingga
dalam hening aku memohon kepadaNya
Temanggung, 13 September 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H