Mohon tunggu...
ekoarianto
ekoarianto Mohon Tunggu... Penulis - OLAHRAGA

Belajar bersama dalam bidang Keolahragaan serta Aktivitas Jasmani.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Proses Belajar Gerak

28 Januari 2019   10:42 Diperbarui: 23 April 2021   18:38 3281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterampilan gerak dihasilkan dari pengembangan pola-pola gerak. Pola gerak merupakan gabungan dari gerakan-gerakan yang ditampilkan dalam respon-respon gerak yang membentuk pola-pola gerak tertentu yang menjadi kebiasaan dalam berbagai aktivitas. 

Misalnya gerak berjalan yaitu menggabungkan gerakan kaki, tangan, dan tubuh. Magill (2011) dalam bukunya Book Motor Learning and Control :

When people run, walk with an artificial limb, throw a baseball, hit a tennis ball, play the piano, dance, or operate a wood lathe, they are engaged in the performance of a type of human behavior called motor skills.

Ketika mereka berlari, berjalan menggunakan kaki palsu, melempar bola baseball, memukul bola tenis, bermain piano, maka apa yang mereka lakukan disebut keterampilan gerak. Keterampilan gerak adalah perilaku gerak yang dilakukan seseorang timbul atas respon yang berasal dari diri sendiri atau dari lingkungan yang mengarah kepada seseorang tersebut. 

Drowatzky (1981) respon gerak terdiri dari 3 tipe, yaitu gerakan penyesuaian dari tubuh untuk mengatur respon gravitasi dan akselerasi disebut gerakan postural, gerakan yang menjadikan seseorang untuk menjelajah ruang yang disebut gerakan lokomotor, dan gerakan yang melibatkan benda tertentu sebagai objek yang dimanipulasi yang disebut gerakan manipulatif.

Ada perbedaan mengenai keterampilan gerak (motor skills) dengan gerakan yang terampil (skilled movement). Menurut William (2010) keterampilan gerak tidak lahir dengan sendirinya, seseorang harus mempelajari keterampilan tersebut. 

Keterampilan gerak merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan gerak dengan koordinasi bagian atau keseluruhan tubuh berfungsi dengan baik. Tingkat koordinasi gerakan relatif tinggi. 

Untuk mencapai atau memiliki keterampilan gerak yang baik diperlukan proses belajar dan berlatih dalam jangka waktu tertentu. Faktor bakat, minta, kesungguhan belajar, media belajar, metode belajar, dan tingkat kesulitan gerak sangat mempengaruhi lamanya waktu belajar. 

Menurut William (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembelajaran keterampilan gerak, yaitu (1) pelajar, (2) keterampilan yang harus dipelajari, (3)  kondisi dimana keterampilan gerak itu dipelajari.

Seseorang yang mampu melakukan gerakan yang terampil harus memiliki keterampilan gerak. Gerakan yang terampil (skills movement) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan dengan benar, efisien, dan efektif. 

Gerakan keterampilan dapat diklasifikasi berdasarkan berbagai sudut pandang, yaitu berdasarkan kecermatan gerak, berdasarkan titik awal dan akhir, berdasarkan stabilitas lingkungan, serta berdasarkan kompleksitas rangkain gerak.

Keterampilan gerak dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu open skill atau keterampilan terbuka dan closed skill atau keterampilan tertutup (Schmidt dan Lee, 2014). Open skill yaitu respon atau gerakan atlet tidak bisa diprediksi, sedangkan closed skill yaitu gerakan dan respon yang direncanakan. 

Renang merupakan cabang olahraga yang masuk ke dalam kategori close skill, teknik dan keterampilan gerak renang tidak berubah-ubah. Dalam olahraga renang terdapat 4 gaya. Teknik atau keterampilan gerak pada masing-masing gaya dalam olahraga renang memiliki tingkat kesulitan yang beragam. 

Untuk menguasai keterampilan renang membutuhkan waktu yang tidak instan, selain itu untuk menguasai keterampilan renang butuh metode dan proses belajar yang baik.

Belajar gerak adalah suatu proses. Suatu aktivitas berlangsung dalam suatu proses untuk mencapai tujuan belajar. Untuk mencapai suatu tujuan belajar memerlukan suatu fase. Fitts dan Posner (1967) dalam Oliveira dan Goodman (2004) membagi tahapan belajar gerak ke dalam tiga fase, yaitu fase kognitif, asosiatif, dan otonom/otomatis.

Fase kognitif atau tahap awal

Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar keterampilan gerak. Pada fase ini pelajar menggunakan pikirannya untuk mengetahui dan memahami keterampilan gerak renang yang akan dilakukan.  

Pada fase ini pelajar mula-mula berusaha memahami konsep gerakan yang diterima melalui penjelasan atau melihat contoh gerakan, penjelasan diterima melalui informasi verbal yang diterima oleh telinga, lalu informasi visual diterima melalui mata. Kemudian, informasi yang diterima oleh peserta didik diproses dengan cara menangkap dan memahami informasi. 

Berdasarkan proses memahami informasi yang sudah dilakukan, maka dalam pikiran peserta didik muncul konsep gerakan dalam bentuk rencana gerak dan urutan rangkaian gerak yang akan dilakukan. Agar konsep gerak yang dipahami pelajar adalah benar, diperlukan contoh gerakan yang benar dan dapat diamati dengan jelas.

Fase asosiatif atau fase menengah

Fase asosiatif merupakan tahap setelah konsep gerak renang dipahami peserta didik, kemudian mencoba melaksanakan gerak dengan mempraktikkan gerak. Pada tahap ini terjadi pengasosiasian antara aktivitas kognitif dan aktivitas gerakan tubuh. Konsep gerak yang berada dalam pikiran peserta didik kemudian dipraktikkan dalam bentuk gerakan. 

Pada saat proses pelaksanaan gerak renang, gerakan belum benar dan belum lancar. Hal ini dikarenakan konsep gerak dalam pikiran peserta didik masih mendominasi, butuh waktu berulang-ulang untuk mempraktikkan gerak sehingga peserta didik dapat menguasai gerak dengan benar dan lancar.

Fase otonom atau tahap akhir

Fase otonom adalah tahap akhir dalam mempelajari keterampilan gerak. Pada tahap ini peserta didik sudah mampu melakukan gerak renang secara otomatis. Gerak otomatis atau otomatisasi gerak adalah kemampuan peserta didik dalam melakukan gerakan walaupun secara bersamaan peserta didik melakukan aktivitas kognitif.

Contoh ketika berenang di kolam renang umum, saat berenang seseorang melihat ada perenang lain yang melintas, secara otomatis perenang tersebut akan memperlambat gerakan renangnya agar tidak bertabrakan. Gerak otonom belum tentu gerak yang efektif dan efisien. Gerakan yang tidak efektif dan efisien jika dilakukan berulang-ulang juga akan menjadi gerak yang otonom. 

Gerakan yang salah dan sudah mencapai gerak otonom akan sulit dibetulkan. Maka untuk mempelajari gerakan renang yang benar efektif dan efisien, diperlukan pembelajaran gerak yang benar. Pembelajaran gerak renang yang benar perlu tahapan-tahapan yang benar. Hal ini untuk menghindari otomatisasi gerak renang yang salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun