Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sebetulnya, Melampirkan Sertifikat pada Saat Melamar Kerja Itu Penting Nggak Sih?

17 Maret 2021   21:15 Diperbarui: 17 Juni 2021   18:31 26430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lamaran kerja (Sumber: glints.com)

CV menjadi salah satu komponen paling penting dalam proses wawancara kerja yang wajib disiapkan oleh para pelamar kerja. Formatnya bisa dalam bentuk softcopy atau hardcopy, tergantung permintaan dari HRD setiap perusahaan.

Selain CV, ada juga kelengkapan dokumen lainnya yang harus dipersiapkan. Seperti kartu identitas, fotokopi ijazah (jika diperlukan), surat referensi kerja dari kantor sebelumnya (khususnya bagi yang sudah punya pengalaman kerja), portofolio, dan surat keterangan sehat.

Beberapa dokumen yang disebutkan, paling tidak dianggap sudah mewakili kelengkapan dokumen yang dibutuhkan.

Namun, ada satu jenis dokumen tambahan yang biasanya dilampirkan oleh para pelamar kerja, yakni: sertifikat.

Sebagian pelamar kerja mungkin bertanya-tanya, sebetulnya, melampirkan sertifikat dalam CV yang diserahkan kepada HRD pada saat wawancara kerja, penting nggak, sih?

Jawabannya adalah, tergantung posisi pekerjaan yang dilamar atau persyaratan yang dicantumkan pada suatu posisi yang dibutuhkan.

Sebab, ada beberapa posisi yang membutuhkan sertifikat tertentu sebagai syarat utama. Misalnya saja sertifikat Brevet, yang wajib dilampirkan untuk posisi yang melibatkan perhitungan pajak. Bisa Akuntan atau bagian keuangan (finance) di suatu perusahaan.

Tidak bisa tidak. Sertifikat kepelatihan yang dilampirkan pada CV setiap pelamar kerja, apalagi dengan keterampilan khusus yang sudah dipelajari sebelumnya melalui seminar dan/atau kursus tertentu, pasti akan dipertanggung jawabkan. Divalidasi pada saat proses wawancara berlangsung.

Minimal, akan ditanya-tanya  tentang apa saja hal yang dipelajari, sejauh mana sudah memahami materi kursus tersebut, hingga akhirnya mendapat sertifikat.

Sebab, kemampuan khusus yang dimiliki---apalagi sampai melampirkan sertifikat---artinya sudah diakui secara profesional dan akan sangat berguna bagi perusahaan. Juga punya nilai tambah bagi para pelamar kerja.

Maksud saya, jangan sampai kejadian pada saat saya mewawancara kandidat terulang.

Beberapa waktu yang lewat, saya mewawancara kandidat dengan sertifikat yang mentereng, cukup banyak dan tebal. Bahkan, lebih banyak lampiran sertifikatnya dibanding CV juga kelengkapan dokumen lainnya.

Lantaran antusias dan merasa beberapa pelatihan yang diikuti cukup bagus, saya coba tanyakan tentang sertifikat yang ia lampirkan.

"Mas, ini kan ada banyak sertifikat yang dilampirkan. Menurut Mas, yang menarik dan materinya paling dikuasai, yang mana?", tanya saya sambil menunjukkan rasa antusias.

"Nggak tahu, Mas. Karena saya hanya sekadar ikut aja. Terus saya lampirkan sertifikatnya", jawab kandidat sedikit cengengesan.

"Serius, Mas? Satu pun? Barangkali ada yang diingat atau Mas Kuasai?", saya masih mencoba untuk probing.

"Betul, Pak. Saya nggak mengingat satu pun materinya", lanjut kandidat tersebut, masih tanpa rasa bersalah.

Begini. Segala sesuatu yang tertera, tercantum, sekaligus dilampirkan pada CV, pada akhirnya akan menjadi tanggung jawab masing-masing pelamar kerja. 

Jika memang lupa sama sekali dengan materi atau kemampuan yang didapat saat mendapatkan suatu sertifikat, win win solution-nya, baiknya tidak perlu dilampirkan.

Lah, gimana? 

Untuk apa dilampirkan jika tidak diingat sama sekali apa yang dilakukan, prosesnya seperti apa, dan pengetahuan apa yang didapat dari seminar atau kursus tersebut. Nggak mungkin untuk penghias CV saja, kan?

Persoalan seperti ini memang terkesan sepele. Namun, pada titik tertentu, lampiran berupa sertifikat dan sebangsanya akan tetap divalidasi oleh para HRD.

Itu kenapa, sertifikat apa pun yang dilampirkan, entah didapat dari seminar atau kursus, baiknya tetap dikuasai dan dipahami. Jangan dilupakan begitu saja. Juga, jangan cengengesan pada saat ditanya atau lupa. 

Tentu saja, gestur tubuh para pelamar kerja, disadari atau tidak, akan tetap diperhatikan oleh HRD.

Pesan saya, jangan sampai proses interview yang sudah dilakukan malah terkesan bercanda atau main-main.

Maksud saya, kalau memang kurang berminat dengan posisi yang ditawarkan, kalian berhak untuk menolak secara baik-baik dan tidak perlu memaksakan datang untuk proses interview.

Sebaliknya, kalau sudah menghadiri proses dan memang berminat dengan posisi yang ditawarkan, sudah sewajarnya mengerahkan segala kemampuan hingga 100%. Termasuk menjelaskan keterampilan yang dimiliki dan sudah ada sertifikatnya.

Sertifikat, dengan segala fungsinya, secara sepintas mungkin terkesan sepele. Antara penting dan nggak penting.

Namun, jika kalian bisa mempertanggung jawabkan sertifikat yang dimiliki dan menjelaskan apa saja pengetahuan yang kalian punya dari sertifikat tersebut, dampaknya akan sangat baik bagi karir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun