Hal ini juga harus masuk dalam financial planing saya dan pasangan. Lantaran, punya atau menambah anak, artinya tanggung jawab sebagai orang tua pun bertambah.
Di zaman yang segala sesuatunya tidak menentu seperti sekarang ini, tidak bisa hanya mengandalkan jargon, "Banyak anak, banyak rezeki" atau "Rezeki nggak akan ke mana."
Ketiga, kondisi, kesiapan, dan kesehatan pasangan saya.
Bagi saya, hal ini menjadi sesuatu yang sangat fundamental dalam memutuskan punya atau menambah anak. Sebagai seorang suami, saya tidak bisa egois. Tidak boleh egois.
Sewaktu memutuskan untuk menikah dengan seorang wanita yang dicintai, artinya saya juga harus siap untuk berdiskusi, brainstorming, dan menyepakati banyak hal bersama-sama. Apalagi urusan anak. Juga tentang masa depannya. Masa depan kami.
Bagaimana kondisi, kesiapan, sekaligus kesehatan pasangan saya, menjadi pertimbangan sebelum memiliki dan/atau menambah anak.
Tiga poin tersebut, disadari atau tidak, sering kali menjadi bahan overthinking bagi sebagian orang tua baru seperti saya. Mungkin juga beberapa pasangan lainnya.
Itu kenapa, perencanaan dan brainstorming tetap menjadi jalan tengah yang, diharapkan solutif bagi banyak pasangan.
Meskipun begitu, tidak bisa dimungkiri juga bahwa, memiliki anak termasuk ke dalam eustress. Stress positif yang, pada satu titik membikin sebagian atau banyak orang tua bahagia saat menjalani prosesnya.
Melihat anak tumbuh dan berkembang, belajar banyak hal, sampai dengan mendidik hingga dewasa, menjadi suatu hal yang melengkapi kebahagiaan.
Satu hal yang saya dan pasangan sepakati mengenai pola asuh anak adalah, kami percaya bahwa setiap anak itu cerdas dan punya keunikannya masing-masing.