Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dua Alasan Mengapa Membaca Wajib Dilakukan Setiap Hari

10 Agustus 2020   10:03 Diperbarui: 10 Agustus 2020   10:15 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tema penting bagi bangsa adalah membaca. Membaca merupakan kunci peradaban, sehingga harus menjadi kebiasaan. Seperti halnya makan, minum, dan tidur, membaca juga harus menjadi kebiasaan kita setiap hari.

Sayangnya indeks membaca di Indonesia masih sangat rendah, berbeda dengan Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia yang berturut-turut memiliki indeks membaca tertinggi di dunia.

Buku dan membaca merupakan ciri dari tingginya suatu peradaban. Dalam Islam, ayat yang pertama kali diturunkan juga tentang membaca (iqra bismirabbikal ladzi khalaq---Al-Alaq: 1-5). Oleh sebab itu, membaca adalah kunci pertama untuk merubah pola pikir manusia, sikap, kebiasaan, bahkan budaya suatu masyarakat bermula dari mindset atau sudut pandangnya melihat kehidupan.

Lantas, apa saja hal yang dipandang penting untuk membangun budaya membaca?

Pertama, sarana prasarana yang semakin memadai

Sarana dan fasilitas yang memadai akan mempengaruhi semangat membaca seseorang karena kemudahan pada akses membaca. Baik buku itu sendiri maupun lokasi yang nyaman untuk membaca, seperti perpustakaan.

Sayangnya, fasilitas seperti perpustakaan seringkali hanya dijumpai di universitas-universitas semata yang minim diakses oleh masyarakat secara umum. 

Perpustakaan-perpustakaan umum seperti Perpus Daerah/Kota masih jarang dikunjungi masyarakat umum, mayoritas pengunjung masih identik dengan pelajar, mahasiswa, maupun akademisi. 

Dengan demikian, perlu sosialiasasi dan pembudayaan membaca bagi masyarakat secara luas. Tidak mudah memang, ditengah berbagai kendala dan budaya, namun bukan mustahil kedepan kebiasaan membaca akan semakin digandrungi secara luas.

Dukungan juga perlu digencarkan kepada penyedia perpustakaan-perpustakaan secara mandiri baik berupa buku maupun fasilitas pendukung lainnya. Di banyak tempat selalu ada relawan atau penggila baca/masyarakat biasa yang membangun perpustakaan secara pribadi bahkan hanya seadanya. Tujuannya tidak lain hanya menyediakan fasilitas untuk membaca dan belajar.

Perpustakaan desa/kelurahan juga perlu menjadi perhatian lebih pemerintah agar memanfaatkannya sebagai tempat yang nyaman bagi para pembaca. Sayangnya, hal ini juga tampaknya belum menjadi fokus utama sehingga keadaannya masih belum memadai, hanya satu dua desa saja yang memiliki perpustakaan yang memadai di wilayah-wilayah Indonesia.

Saat ini, perubahan sosial menuju digitalisasi segala sektor turut merubah tren membaca, yakni membaca melalui gawai atau computer. Tentunya hal ini semakin mempermudah aktivitas membaca. Membaca bisa kapan saja, dimana saja, dan bacaan apa saja. Dan yang paling penting sumber bahan bacaan bisa diperoleh secara gratis.

Namun, bagi sebagian kalangan membaca melalui alat digital tidaklah seefektif membaca buku secara langsung, penyebabnya berbeda-beda termasuk gangguan pada fokus membaca. Misalnya, disaat seseorang membaca, ponselnya malah penuh dengan notifikasi pesan yang jelas mengalihkan konsentrasi. Hal ini tentu malah mengganggu proses membaca.

Namun demikian, adanya kemudahan pada digitalisasi ini memang merupakan dampak positif adanya kemajuan dalam sarana dan prasarana membaca dan harusnya semakin menambah motivasi membaca.

Pada titik tertentu dalam sistem ini membaca bisa lebih cepat, memiliki pilihan bahan bacaan yang beragam, hingga transfer bahan bacaan yang semakin mudah dan cepat. Selanjutnya, digitalisasi bahan bacaan juga tentunya bermanfaat pada efisiensi tempat, kini orang bisa memiliki banyak bahan bacaan/ buku dengan mudah melalui ponsel atau komputernya saja, tidak perlu terkendala ribetnya bahan bacaan/buku ketika akan dibawa kemana-mana.

Dengan demikian, hal tersebut jelaslah peluang bagi kita setidaknya semakin termotivasi membaca, yakni melalui kemudahan/digitalisasi media.

Kedua, memanfaatkan waktu jeda setiap hari

Membaca memerlukan spirit tersendiri, atau motivasi yang benar-benar kuat untuk dijadikan kebiasaan setiap harinya. Bagi seseorang yang sudah terbiasa membaca, tentulah jika ditinggalkan bagaikan sayur tanpa garam, atau ada sesuatu yang tidak lengkap dalam kesehariannya.

Namun berbagai kesibukan dan aktivitas seseorang terkadang melupakan spirit membaca itu sendiri, sehingga seringkali "tidak punya waktu" menjadi alasan yang dilontarkan untuk tidak lagi membaca. Padahal selalu ada waktu-waktu jeda setiap hari yang bisa dimanfaatkan.

Waktu istirahat, menunggu seseorang yang terlambat datang, di perjalanan bis kota, sebelum sarapan pagi, makan siang, dan banyak waktu luang yang pasti dimiliki setiap orang bisa dimanfaatkan untuk membaca. Meski tidak lama, beberapa menit, hal itu bisa digunakan untuk membaca. Apalagi melalui kemudahan alat digital tadi.

Waktu jeda untuk membaca ini berkorelasi dengan tempat yang digunakan dalam keseharian, begitupun membaca, bisa dilakukan dimana saja asal nyaman dan mendukung, tidak mesti harus di perpustakaan. Di kantor, kafe, taman, bahkan toilet dan berbagai ruang publik lain bisa digunakan untuk membaca.

Memanfaatkan waktu jeda ini setidaknya akan tetap mempertahankan spirit membaca dibanding penggila baca diluar sana yang menjadikan membaca sebagai aktivitas utama, bahkan hingga berjam-jam. Bagi mereka yang sudah terbiasa, membaca hingga 10-12 jam tidak masalah, yang ada tetap mengasyikan. Tentu, seiring proses bukan mustahil kita akan menjadi penggila baca meski dimulai dengan 5-15 menit membaca setiap hari.

Nyatanya, masyarakat kita malah lebih memanfaatkan waktu jeda atau antara dalam kesehariannya bukan untuk membaca. Syukur-syukur masih aktivitas positif, tetapi jika dimanfaatkan untuk main games, atau hal yang tidak produktif lainnya amatlah sangat disayangkan sekali. Seringkali dijumpai di bis-bis atau kereta waktu jeda malah digunakan untuk main games yang jika berlebihan tidaklah bermanfaat. Padahal, jika digunakan untuk membaca, bukankah itu sesuatu hal yang akan bernilai besar bukan?

Yang jelas, sebetulnya tidak ada alasan lagi bagi kita untuk membaca setiap hari. Mungkin setiap orang memiliki masalahnya tersendiri, namun jika kesadaran dan spirit membaca sudah sangat kuat, maka tidak alasan lagi untuk meninggalkan membaca setiap harinya.

Jadi, apakah masih suka cari-cari alasan untuk tidak membaca atau sudah siap menjaga spirit membaca?

Yang jelas bangsa ini memerlukan masyarakat yang suka baca saat ini agar bisa menjadi bangsa yang lebih hebat kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun