Salah satu tema penting bagi bangsa adalah membaca. Membaca merupakan kunci peradaban, sehingga harus menjadi kebiasaan. Seperti halnya makan, minum, dan tidur, membaca juga harus menjadi kebiasaan kita setiap hari.
Sayangnya indeks membaca di Indonesia masih sangat rendah, berbeda dengan Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia yang berturut-turut memiliki indeks membaca tertinggi di dunia.
Buku dan membaca merupakan ciri dari tingginya suatu peradaban. Dalam Islam, ayat yang pertama kali diturunkan juga tentang membaca (iqra bismirabbikal ladzi khalaq---Al-Alaq: 1-5). Oleh sebab itu, membaca adalah kunci pertama untuk merubah pola pikir manusia, sikap, kebiasaan, bahkan budaya suatu masyarakat bermula dari mindset atau sudut pandangnya melihat kehidupan.
Lantas, apa saja hal yang dipandang penting untuk membangun budaya membaca?
Pertama, sarana prasarana yang semakin memadai
Sarana dan fasilitas yang memadai akan mempengaruhi semangat membaca seseorang karena kemudahan pada akses membaca. Baik buku itu sendiri maupun lokasi yang nyaman untuk membaca, seperti perpustakaan.
Sayangnya, fasilitas seperti perpustakaan seringkali hanya dijumpai di universitas-universitas semata yang minim diakses oleh masyarakat secara umum.Â
Perpustakaan-perpustakaan umum seperti Perpus Daerah/Kota masih jarang dikunjungi masyarakat umum, mayoritas pengunjung masih identik dengan pelajar, mahasiswa, maupun akademisi.Â
Dengan demikian, perlu sosialiasasi dan pembudayaan membaca bagi masyarakat secara luas. Tidak mudah memang, ditengah berbagai kendala dan budaya, namun bukan mustahil kedepan kebiasaan membaca akan semakin digandrungi secara luas.
Dukungan juga perlu digencarkan kepada penyedia perpustakaan-perpustakaan secara mandiri baik berupa buku maupun fasilitas pendukung lainnya. Di banyak tempat selalu ada relawan atau penggila baca/masyarakat biasa yang membangun perpustakaan secara pribadi bahkan hanya seadanya. Tujuannya tidak lain hanya menyediakan fasilitas untuk membaca dan belajar.