Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012), dan Rempah Rindu Soto Ibu (Taresia, 2024). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Badan Bank Tanah, Kelola Tanah untuk Keadilan Ekonomi

25 Januari 2025   15:10 Diperbarui: 25 Januari 2025   15:15 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu lahan yang dikelola Badan Bank Tanah (Sumber: banktanah.id)

Hal ini berimplikasi pada alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian yang berdampak pada produktivitas pangan. Selama ini, banyak pihak merasa bahwa membangun properti lebih menguntungkan daripada berusaha di bidang pertanian.

Isu ketiga, ketahanan pangan. Lahan pertanian yang terus berkurang bisa menganggu ketahanan pangan. Produktivitas lahan pertanian juga semakin berkurang. "Salah satu tantangan Bank Tanah adalah bagaimana menyediakan lahan untuk ketahanan pangan," ujar Parman.

Isu keempat, ketahanan energi terbarukan. Indonesia memiliki potensi besar dalam penggunaan energi terbarukan. Beberapa tantangan pengembangan energi terbarukan berupa ketersediaan lahan, kondisi geografis, aksebilitas, peraturan dan kebijakan lokal, serta dampak lingkungan.

Dari semua masalah pertanahan tersebut, menurut Parman, yang terpenting adalah kepastian hukum bagaimana memperoleh tanah tersebut. Harus ada pemecahan terhadap masalah pertanahan untuk membangun ekosistem pertanahan yang kondusif.

"Di republik ini yang paling susah adalah bagaimana melakukan pembebasan lahan yang clean and clear," ungkapnya.

Parman mencontohkan bagaimana pembebasan lahan terutama di daerah menghadapi berbagai kendala yang membutuhkan waktu dan proses birokrasi yang cukup panjang terkait izin dari lurah, camat, bupati dan lain sebagainya.

Selain itu, adanya regulasi yang tumpang tindih terkait perencanaan tata ruang dan pengelolaan lahan. Regulasi yang tumpang tindih ini menyebabkan kebingungan bagi para investor sehingga bisa mengalihkan investasinya ke negara lain.

Tumpang tindih regulasi dan konflik lahan yang terus berlangsung juga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi serta mengancam stabilitas dan keberlanjutan lingkungan serta melewatkan peluang ekonomi dengan penciptaan nilai yang signifikan.

Parman menyampaikan bahwa persoalan-persoalan terkait pertanahan ini harus diselesaikan dengan baik. Ia tidak ingin ada istilah, "Indonesia tanah airku. Kalau bagi orang miskin, tanahnya kusewa, airnya kubeli. Jangan sampai begitu lagi."

Karena itu, Bank tanah juga berperan dalam reforma agraria agar masyarakat miskin bisa memperoleh tanah-tanah dari reforma agraria.

Lalu bagaimana agar Bank Tanah ini bisa berperan mewujudkan Indonesia Emas. Parman menyampaikan bahwa  Bank Tanah harus menciptakan pondasi serta tata kelola yang kuat. Selain itu, Bank tanah harus memiliki pilar kuat dalam ekonomi berkeadilan dan bagaimana menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun