Anak saya, Sita (11 tahun) mengeluh saat bangun tidur karena terjadi pembangkakan di bagian belakang telinga dan lehernya. Setelah diperiksa di klinik terdekat, ternyata dokter mendiagnosa Sita terkena gondongan atau mumps.
Setelah menulis resep, dokter menyarankan agar Sita istirahat dan tidak keluar rumah lebih dahulu. Dokter pun memberi surat keterangan sakit untuk izin tidak masuk sekolah. Pasalnya, virus gondongan ini bersifat menular.
Berbagai sumber menyebutkan bahwa gondongan merupakan penyakit pembengkakan kelenjar parotis yang disebabkan infeksi virus paramyxovirus. Biasanya gondongan dimulai dengan demam, lalu sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan.
Menurut dokter, saat ini sedang musim anak terkena DBD dan gondongan, karena itu sebagai orang tua kita harus menjaga kesehatan anak. Kompas.com pada 31 Oktober 2024 menulis berita kalau sejumlah daerah melaporkan wabah gondongan yang menjangkiti masyarakat, terutama anak-anak.
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, misalnya, mencatatkan 907 kasus gondongan sejak awal September 2024 hingga 27 Oktober 2024 di 25 kecamatan. Di Kota Kediri, Jawa Timur, ada 215 kasus gondongan yang dilaporkan sejak Mei 2024 hingga 24 Oktober 2024.
Jika dilihat sekilas, gondongan ini mirip dengan penyakit gondok. Kedua penyakit ini menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar di sekitar leher. Ternyata, gondok dan gondongan adalah penyakit yang berbeda.
Sewaktu duduk di bangku sekolah, sepengetahuan saya penyakit gondok salah satu penyebabnya karena kekurangan asupan garam beryodium. Gondok juga bisa berarti perasaan dongkol atau marah yang tertahan yang bisa disebabkan oleh perkataan julid dari seseorang.
Menurut halodoc.com, penyakit gondok (goiter) merupakan kondisi yang terjadi karena adanya gangguan hormon tiroid dan biasanya memicu pembengkakan di leher. Sedangkan gondongan, dipicu oleh virus yang menyebabkan pembengkakan dan nyeri pada kelenjar air ludah (parotis).
Jika sistem imun penderita baik, gondongan dapat pulih dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu. Selain memberi obat, dokter memberikan beberapa tips untuk meredakan keluhan dan gejala gondongan seperti istirahat yang cukup, banyak minum air putih, dan mengonsumsi makanan lunak.
Dokter juga menganjurkan untuk mengompres area yang bengkak dengan air hangat atau air dingin guna meredakan rasa sakit. Tak lupa dokter mengingatkan agar jangan mengobati gondongan dengan blau.
Memang banyak masyarakat yang meyakini bahwa gondongan bisa disembuhkan dengan blau, serbuk atau bubuk berwarna biru untuk mencuci pakaian. Di masa lalu, mengobati gondongan dengan blau merupakan sesuatu yang biasa.
Caranya dengan mengoleskan blau ke bagian yang bengkak karena gondongan. Secara klinis tentu saja tidak bisa dibuktikan hubungan antara blau dan gondongan.
Namun, menurut beberapa orang, olesan blau bisa menyebabkan anak malu untuk bermain keluar rumah. Jadinya, anak-anak yang terkena gondongan bisa lebih banyak istirahat di rumah yang bisa membantu proses penyembuhan.
Keluar rumah dengan wajahnya belepotan blau memang bisa membuat anak-anak malu. Mungkin jadi mirip hantu blau, sosok gaib yang dipercaya oleh masyarakat berperawakan kerdil dan liar, serta tinggal di pedalaman hutan.
Beberapa tetangga yang mengetahui Sita terkena gondongan memang menyarankan untuk mengobati dengan blau. Tapi saya lebih memilih menuruti nasihat dokter, agar Sita istirahat cukup dan minum obat secara teratur. Ya, daripada membuat anak mirip hantu blau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H