Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Percakapan Malam di Dipo Kereta

16 April 2020   23:44 Diperbarui: 16 April 2020   23:54 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malam Corona (ilustrasi Setiyo)

“Sembarangan! Gini-gini masih gagah perkasa. Kamu aja yang suka encok.”

Keduanya tertawa. Serombongan kelelawar terbang rendah seperti ingin ikut mendengar percakapan.

“Tapi dengar-dengar dari suara penumpang mulai hari Sabtu besok kita juga harus WFD selama dua minggu.”

“Apa itu WFD”

Work from Dipo. Seperti orang-orang itu yang WFH atau Work From Home istilah keren untuk kerja dari rumah. Kalau mereka di rumah saja, kita di dipo aja. Konon tujuannya untuk memutus mata rantai penularan virus corona, karena banyak orang yang masih mengandalkan kita untuk pergi ke ibu kota.”

“Aku dengarnya juga begitu. Tapi kan itu masih wacana karena ibukota dan sekitarnya mau menerapkan PSBB tadi.”

“Tapi kasihan juga ya, banyak orang yang masih harus bekerja mencari nafkah, terutama yang bekerja di sektor-sektor yang berhubungan dengan hajat orang banyak.”

“Kita tunggu saja pengumuman resminya. Tapi kalau kita benar-benar harus libur, rencananya kamu mau ngapain berhari-hari mager di dipo.”

“Kalau bisa sih pengin pulang kampung. Aku kangen pengin suasana di kampung halaman, sudah lama tak mencium aroma Bunga Sakura. Tapi kampung kita terlalu jauh ya, harus berhari-hari naik kapal laut.”

“Rindu kampung halaman apa rindu mantan? Apa kamu lupa kalau ada himbauan dari pemerintah untuk pulang kampung. Eh kampung halaman kita lockdown nggak ya?”

“Iya ya. Kalau gitu pagi-pagi kita bisa ke tukang sayur, terus berjemur sebelum masak, baru mandi deh, kemudian bobok siang.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun