Untuk menghasilkan biodiesel, Dibyo menerangkan biji kemiri sunan dikupas kemudian dikeringkan untuk diambil biji. Kernel atau isi dari biji kemiri sunan yang sudah dikeringkan hingga kadar airnya 5% dipres. Dari mesin pres akan keluar minyak dan bungkil.Â
Minyak kemiri sunan inilah yang kemudian diproses dalam reaktor sehingga menjadi biodiesel. Dari kernel akan dapat sekitar 48% - 54% biodiesel tergantung varietasnya.
Hingga saat ini, Ia sudah membuat reaktor biodiesel berkapasitas 400 liter/hari yang sudah mendapat paten dan merintis pembuatan reaktor berkapasitas 1.500 liter/hari.Â
Reaktor biodiesel rancangannya merupakan mesin biodiesel multifungsi yang mampu mengolah semua jenis minyak nabati termasuk jelantah menjadi biodiesel. Kedepan ia akan mengembangkan reaktor biodiesel berkapasitas 10.000 liter dan berbasis android.
Dibyo optimis kedepan kemiri sunan bisa menjadi primadona. Saat ini sudah ada pihak swasta binaan Balitbangtan yang membangun kebun induk di NTT, Flores, dan Subang sehingga sumber benih kemiri sunan tersedia.Â
Balittri sudah melakukan pengembangan kemiri sunan sebagai bahan baku biodiesel sejak lima tahun terakhir. Bahkan, pada 2019, Balittri mendapat binaan untuk menjadi Pusat Unggulan Iptek (PUI) Bioenergi dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H