Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hantu KRL 5044A

2 Juli 2011   04:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:00 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

HANTU KRL 5044A

Senja mengantarkan langkah-langkah kaki tergesa menapaki tangga Stasiun Gondangdia. Semua membawa harapan yang terengah-engah di rongga dada. Semoga rutinitas gangguan perjalanan Kereta Rangkaian Listrik (KRL) di Jumat sore tidak lagi terjadi. Apalagi sekarang hari kedua uji coba pola operasional baru.

KRL Ekspress harus mulai belajar singgah dan mengeja papan nama setiap stasiun. Seperti kita belajar menyapa atau membagi senyum kepada tetangga di sepanjang perjalanan menuju jalan raya. Tidak seperti sebelumnya, hanya berhenti di stasiun-stasiun tertentu. Menyusul KRL ekonomi yang menyingkir di jalur lain. Pola operasional yang masih mengundang pro kontra, apalagi ketika tarif dirancang dengan harga tidak semestinya.

Mulut loket di lantai dua, menyapa jajaran penumpang mengantri tiket. Mataku menyusuri lembaran perjalanan yang dibagikan seorang pemuda. Harapan tertambat pada KRL Ekonomi 5044A pemberangkatan dari stasiun kota pukul 17.15. Masih cukup banyak waktu untuk menunggu sebelum lajunya melewati 5 stasiun dan mencium peron Stasiun Gondangdia pukul 17.27.

Sayangnya harapan itu terpenggal oleh keterangan penjaga pintu peron, "KRL Ekonomi di kota kosong!" Kata yang persis sama terdengar diteriakkan oleh pengemis yang mengais iba di anak tangga. Dalam tanya, ular besi itu bisa tak ketahuan rimbanya, "Ekonomi ke kota ada di mana?".

"Belum ada keterangan Pak!," kata penjaga.

Dalam kebimbangan, kuputuskan untuk mencoba KRL Commuter Line. Sebenarnya itu hanya KRL alih nama dari KRL Ekonomi AC. Sepertinya kata Ekonomi dihilangkan, agar operator tak susah-susah menagih dana subsidi dari pemerintah yang katanya sering mampet. Tanpa subsidi tentu saja harga tiket melonjak tinggi. Penolakan berbagai pihak membuat operator merevisi harga.

(1 Juli 2011 17:08:52) Lapor Pak: krl ekonomi bogor di stasiun kota kosong. Thk. Setiyo

Pesan pendek itu semoga menggetarkan telepon genggam seorang humas pengelola kereta. Semoga kabar itu tidak menambah keresahan hatinya. Sebagaimana kata-kata curhatnya di berbagai media, yang seakan tidak rela terhadap kesepakatan penurunan tarif. Menurutnya, penolakan tarif hanya kehendak sekelompok orang, yang belum tentu mewakili aspirasi 400 ribu penumpang.

Aku tersenyum setiap kali mengingat kata-kata itu. Sepertinya harus ada pertemuan akbar entah di Gelora Senayan atau Lapangan Monas untuk mempertemukan 400ribu penumpang dengan operator. Selama ini ada sekat tebal yang memisahkan penumpang dengan pengelola kereta. Banyak penumpang tidak tahu harus mengeluh pada siapa dan kemana.

Tak mendapat jawaban lekas, aku mulai melupakan pesan pendek itu. Mataku asyik menyusuri jadwal perjalanan baru. Jatah perjalanan KRL Ekonomi tersunat, perjalanan jelata akan bertambah penat. Seketika aku teringat teman yang mungkin sedang resah menunggu kedatangan KRL Ekonomi, entah di peron stasiun kota atau Jayakarta. Pesan singkatku menanyakan keberadaan KRL Ekonomi dijawabnya segera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun