Mohon tunggu...
Sesti Nurlatifah
Sesti Nurlatifah Mohon Tunggu... Penulis - Institut Teknologi Sumatera

Andai semua karena Allah, mengapa begitu banyak pertimbangan manusia yang dijadikan penyebab keputusan?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi Sang Perantau

19 Juli 2024   19:19 Diperbarui: 19 Juli 2024   19:21 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Iya teh" ucapku. Hampir saja aku lupa kalau hari ini penguman SBMPTN. Aku tetap berjalan dengan tenang, kulihat pak satpam yang selalu tersenyum setiap kali aku keluar dari perumahan itu, begitupula Bapak pedagang lumpia basah dan pedagang batogor yang menjadi langgananku dengan ramah selalu menyapaku. Entah mengapa hal seperti ini yang membuat aku tetap bertahan berada di Bandung. Nuansa Bandung dan orang-orang yang terlibat didalamnya membuatku merasa nyaman. Tetapi tempat paling menyenangkan adalah tempat bimbelku, karena disana aku dapat bertemu dengan kawan-kawan yang satu tujuan, meskipun rasa malas belajar itu kadang menghantuiku. Benar apa kata Pidi Baiq "Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi". 

Sampai dikosan ku buka laptop, lalu kubuka info pengumuman SBMPTN dengan penuh harapan. Tiba-tiba dilayar pertama terlihat tulisan "Selamat Anda di Terima... ".

"Alhamdulillah ya Allah aku lulus di ITERA". Ucapku dengan tangan yang masih gemeteran dan masih tak percaya, tak terasa aku meneteskan air mata. Ku buka sekali lagi untuk memastikan bahwa aku benar-benar ditelah diterima. Setelah itu aku langsung mengambil wudu dan lanjut shalat Isya. Aku panjatkan syukurku pada yang Maha Kuasa, sebab keinginan untuk merantau ke Pulau Sumatera akan segera terpenuhi, padahal itu adalah mimpi dimasa kecilku. Entah begitu tertarik dengan pulau Sumatera hanya karena termotivasi dengan film pelajar anak SMA yang berlatar belakang Pulau Sumatera. Setelah itu segera ku bari Ibu di Cianjur dengan penuh gembira. Harapan baru kini sudah dimulai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun