Mohon tunggu...
Sesti Nurlatifah
Sesti Nurlatifah Mohon Tunggu... Penulis - Institut Teknologi Sumatera

Andai semua karena Allah, mengapa begitu banyak pertimbangan manusia yang dijadikan penyebab keputusan?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi Sang Perantau

19 Juli 2024   19:19 Diperbarui: 19 Juli 2024   19:21 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

****

Duduk diatas balkon tempat menjemur baju setiap kali menjelang malam sudah terbiasa, sambil menatap langit-langit dipenuhi bintang bahkan kali ini bulan dengan cahaya lebih terang, seolah olah ia ternyemum menyaksikanku setiap malam. Hembusan angin malam kadang membuatku kedinginan dan menyerah untuk pergi ke kamar. Suara azan insya berkumandang dari penjuru-penjuru kota, entah mengapa tiba-tiba air manataku menetes teringat kembali ibu dikampung, hampir sudah dua bulan aku belum juga menyempatkan waktu untuk pulang, padahal esok aku harus mempersiapkan diri untuk mengikuti UTBK.

"Apa aku bisa medapatkan nilai tinggi di UTBK? apakah aku bisa lanjut kuliah? PTN mana yang akan aku pilih? padahal ini kesempatan SBMPTN pertama dan terakhir dalam hidupku di tahun ketiga. Namun aku masih saja berleha-leha". Ucapku dalam hati, lalu aku turun kebawah dan bergegas masuk kamar. 

Kupandangi setiap sudut-sudut ruang sambil meratapi keadaan, adakalanya ingin menyerah karena merasa diri lelah. Memang tidak mudah berada di perantauan menjalankan hidup sendirian, apalagi di usia muda dan harus bisa membagi waktu antara kerja dan bimbel untuk persiapan masuk PTN. Sambil ku usap kembali air mata, lalu pandanganku beralih ke titik fokus pada kertas dengan tinta merah yang menempel dinding kamar bertuliskan:

 "Allah tidak mempercepat sesuatu kecuali itu yang terbaik, Allah tidak memperlambat sesuatu kecuali itu yang terbaik dan Allah tidak menghadirkan ujian kecuali itu yang terbaik pula".

Lalu aku bangkit dari tempat dudukku, ku ambil air wudhu terasa lebih dingin dari biasanya, meresap membasahi majahku dan ketenangan mulai terasa setelah itu. Dengan segera aku melaksanakn sholat isya dilanjut dengan sholat hajat dan istiharah berharap mendapat petunjuk dalam memutuskan setiap pilihanku. Kali ini doaku benar-benar khusu dengan penuh harap sambil terus meneteskan airmata, tangan yang mengadah meskipun tak tau apa jawabannya. Suara gemercik hujan mulai terdengar seolah-olah menggambarkan perasaan, padahal biasanya dari balik dinding selalu terdengar suara tetangga yang bernyanyi-nyanyi sambil memainkan gitarnya, tapi tidak dengan malam ini sepertinya ia belum pulang kuliah atau bermain dengan teman-temannya. Lalu aku segera aku bergegas tidur agar esok aku bisa mengikuti ujian dengan tenang tanpa beban.

 ****

Beberapa hari telah berlalu, sejenak aku melupakan semua kesedihanku apalagi tentang ibu. 

"Khaura ini ada makanan sedikit buat buka puasamu", ucap Teh Mira owner olshopku, memang dia sudah tau kalau setiap senin atau kamis aku menyempatkan berpuasa. 

"Iya teh makasih, Khaura pulang dulu ya teh, dadah Angga". Sambil melambaikan tangan, aku tersenyum pada sesosok anak kecil di balik pintu berwajah tampan dengan tingkah yang sangat lucu. Dia adalah anak Teh Mira yang biasa aku asuh setiap hari minggu, karena hanya dihari libur aku bisa membantu Teh Mira menjaga Rangga. Entah mengapa aku senang tiap kali aku menemi ia bermain, seolah-olah rasa jenuh dengan rutinitas antara kerja dan bimbel terobati setelah aku bermain dengan anak kecil itu. 

"Khaura jangan lupa cek pengumuman SBMPTN malam ini!" ucap teh mira dengan nada tinggi dari kejauhan, aku yang sedang berjalan serontak melihat kebelakang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun