Aku berziarah ke kota yang dibangun oleh puing
tulang belulang. karena mati dengan berlusin
pengkianatan. Namun pejuang yang setia dimakamkan
oleh air mata. walau dentuman salvo hanya simbol belaka
 Jakarta, kota seribu satu kata yang menibakan selaksa  kerapuhan
menggantang dada.  dengan sekepit  nyali yang membuat nafas bertahan
untuk hidup sesak. dari kerlap kerlip  lampu jalanan yang dikerubut laron
dan wangi bunga persik. hingga lupa diri siapa  menjadi pelakon
Para hulubalang yang datang berlalulalang menggonggong dalam sulam
kicau cericit tanpa makna  dan melikas  ruing rajut  benang  kusam
bergerombol  kaum hanoman, bani anom,  pejuang  yehuda dan juga dursila