Mohon tunggu...
Riecki Serpihan Kelana Pianaung
Riecki Serpihan Kelana Pianaung Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

"Hidup hanya berkelana dari sebuah serpihan untuk "menuju" mati" ____________________________________ @rskp http://www.jendelasastra.com/user/riecki-serpihan-kelana-pianaung https://domainxx.blogspot.co.id/ https://www.youtube.com/watch?v=M11_fpnT5_g&list=PL1k1ft1F9CCobi2FMkdqQ6H4PFFWPT--o&index=2 https://www.evernote.com/Home.action#n=c9ce48a1-38c2-4b2b-b731-c340d3352d42&ses=4&sh=2&sds=5&

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Balada Pajeko Tua di Selat Lembeh

3 Mei 2016   06:55 Diperbarui: 11 Mei 2016   06:37 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada malam itu juga, tanpa sepengetahuan Sumoal. Gompa anaknya tak bisa tertidur. Teman – teman masanae lainnya sudah terpulas dengan mimpi mereka masing – masing. Gompa nampak gelisah, tetapi dia tetap saja berbaring. Usianya kurang lebih tujuh belasan tahun. Sama seperti bapaknya, Gompa hanya sampai bangku sekolah dasar kelas IV.

Apakah pepatah tua telah menjadi sumpah serapah dalam hidup ini. Sehingga apa yang dibuat oleh orang tuanya akan pula terbawa ke anak atau turunannya kelak? Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sungguh kalimat yang seakan mencemooh dan menohok bagi kehidupan seseorang. Seakan mata rantai itu menjadi dendam kesumat dan mengakar disetiap jiwa – jiwa yang pongah, sulit untuk terbantahkan dan terpatahkan.

Bola mata Gompa yang sedang berbaring, menerawang bintang gemintang di langit.Tiba- tiba saja dia melihat raut ibunya yang telah meninggal tujuh tahun silam akibat serangan malaria tropika. Tangan ibunya seakan – akan melambaikan memanggil dia dari sorga. Gompa hanya tertegun menatap dengan tatapan hampa.

Lapat – lapat, dari kejauhan di daratan sana terdengar suara adzan subuh di Mesjid mulai menggema. Pula, dentang lonceng Gereja untuk persiapan ibadah subuh di Minggu pagi itu bagi umatnya. Semua akan bersujud pada Sang Khalik. Memohon ampunan dariNya

Tiba- tiba terdengar suara teriakan keras Sumoal.

Cikaarr”. Ini sebuah perintah dan menjadai trend para Tonaas dan seluruh nelayan, agar segera dan secepat mungkin bergerak maju. Sebab operasi sudah di mulai.

Seluruh masanae terbagun, berlarian dan sibuk mempersiapkan operasi penyerbuan mereka. Buru – buru yang memegang kendali mesin menstarter mesinnya..Juru mudi segera berada memegang kemudi untuk mengendalikan perahu. Perahu pajeko Sumoal melesak dengan raungan gas mesin laksana sang raungan harimau ganas yang sedang kelaparan. . Di depan haluan perahu, pada bagian atas Sumoal dengan tongkat komando di tangannya berupa senter delapan baterai memberikan isyarat cahaya bila membelok ke kanan atau pun ke kiri. Tak berapa lama, perahu pajeko Sumoal yang bernama Dirham, melesap bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya.

Tak terhitung menit, mereka telah tiba di perahu lampu yang mengirim kode tadi, dan tak lama kemudian para masanaesegera melego pukat dengan cara melingkari perahu lampu yang berisi ikan. Lalu perahu lampu itu kemudian meredupkan cahaya lampunya, untuk membiarkan sekawanan ikan di dasar laut itu agar tidak berjibaku. Perlahan sekawanan ikan – ikan itu telah diam sambil bergerombol di bawah redup cahaya lampu petromax sebanyak enambelas buah. Sungguh suatu penglihatan cahaya yang terang benderang di tengah lautan yang maha gelap itu.

Pekerjaan ini memang membutuhkan gerakan reflex, dan sangat cepat dan cekatan. Hanya orang yang sudah tebiasa dapat mengerjakan pekerjaan secepat itu. Karena menangkap ikan itu sangat sulit sekali. Apalagi pekerjaan ini dikerjakan secara manual dengan tangan manusia. Tidak memakai alat – alat canggih seperti yang terlihat di Televisi, namun justru dengan teknologi modern sekarang ini, ikan – ikan hampir musnah oleh karena banyak pencurian ikan di wilayah – wilayah tertentu termasuk juga di wilayah Sumoal.

Sumoal sibuk memberi aba – aba kepada masanaenya. Sambil teriak –teriak, agar anak bruahnya cepat bergerak.

“ Haluan,,,,,kemudi,,,,, haluan,,,,,,kemudi,,,,!” ……………

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun